Trending
Jumat, 30 Agustus 2019

Menyusuri Sejarah Studio Musik Tertua di Museum Lokananta

  • Share
  • fb-share
Menyusuri Sejarah Studio Musik Tertua di Museum Lokananta

Perkembangan industri musik di era digital berlangsung begitu cepat. Buat lo pecinta musik yang pingin throwback masa kejayaan musik dengan kaset dan piringan hitam, sekarang lo bisa mengunjungi Museum Lokananta yang terletak di Solo. Museum Lokananta merupakan studio musik tertua di Indonesia, dengan koleksi musik paling jadul sampai kekinian.

 

Tahu nggak, Urbaners? Musisi-musisi legendaris seperti Titiek Puspa, Waldjinah, Gesang, hingga Glenn Fredly pun pernah melakukan rekaman di Museum Lokananta, lho. Sekarang, museum ini nggak cuma berfungsi sebagai studio saja, tapi juga sebagai atraksi wisata dan tempat ngumpul yang asyik buat mengapresiasi musik dalam negeri. Cek di sini yuk kenapa lo mesti banget visit museum musik ini!

 

Menyusuri Jejak Sejarah Museum Lokananta

 

Tampilan bangunan depan dari Museum Lokananta 

Ketika menjejakkan kaki di Museum Lokananta, lo pasti bisa merasakan nostalgia yang kental terhadap suasana rekaman tempo dulu. Museum yang terletak di Jalan Ahmad Yani No 387 Solo ini memang menjadi saksi sejarah perjalanan industri musik tanah air dari masa ke masa.

Pertama kali memasuki gedung utama, pengunjung akan disambut dengan pemandangan sejumlah pita master rekaman dengan berbagai ukuran menggantung di dinding. Tiket masuk ke Museum Lokananta adalah Rp 20.000, dan jam bukanya yaitu mulai pukul 08.00-16.00. Salah satu keunikan Museum Lokananta adalah bentuk bangunannya yang berupa lorong-lorong panjang, yang juga menjadi ciri khas bangunan peninggalan Kolonial.

Keluar dari gedung utama yang berbentuk lorong, pengunjung lantas disambut dengan taman hijau yang asri, lengkap dengan air mancur. Irama lagu Jawa dari pengeras suara menemani lo ketika mengeksplorasi ruang demi ruang. Ruang pertama yang bisa lo singgahi adalah tempat penyimpanan gamelan bernama Kyai Sri Kuncoro Mulyo. Gamelan ini dibuat pada zaman Pangeran Diponegoro yang ada sejak 1920.

Peralatan rekaman tempo dulu yang masih tersimpan rapi di Museum Lokananta

Ruang selanjutnya adalah ruang koleksi peralatan rekaman yang pernah digunakan di Museum Lokananta, seperti mesin duplikasi kaset audio, VHS, mesin pemotong pita kaset, dan pemutar piringan hitam. Koleksi mesin tersebut mayoritas diproduksi pada tahun 1960 -1990-an. Di sebelah ruang koleksi mesin, terdapat koleksi piringan hitam lawas yang sepenuhnya diproduksi oleh Lokananta Record. Salah satunya adalah souvenir piringan hitam bagi negara-negara peserta ASEAN Games tahun 1962. Semua koleksi piringan hitam itu masih bisa diputar sampai saat ini lho, Urbaners!

Puas melihat berbagai koleksi Museum Lokananta, lo bakal menemukan sebuah ruangan studio rekaman. Sama seperti studio pada umumnya, ruangan ini dibuat kedap suara. Di dalamnya, terdapat alat-alat rekaman lawas, termasuk konsol musik yang hanya ada dua di dunia, satu di Lokananta dan satu lagi di London.

 

Studio rekaman milik Museum Lokananta yang sampai saat ini masih digunakan untuk rekaman musisiBertahan Di Tengah Gempuran Musik Digital

Bertahan di industri musik yang serba digital tentu bukan perkara mudah bagi Museum Lokananta. Saat ini, ada banyak studio rekaman yang menggunakan teknologi lebih canggih. Lokananta bukan lagi studio raksasa yang menjadi primadona di era tahun 70-80an.

Meski begitu, banyak musisi Indonesia yang mengakui Lokananta sebagai tonggak sejarah musik dalam negeri. Terlebih, Lokananta Records tetap menjadi pilihan utama bagi para band dan musisi indie yang ingin memiliki rilis album dan hasil karya mereka dalam bentuk fisik. Para musisi ini berusaha menghadirkan rilis album fisik bagi para penggemar, karena memberikan sensasi dan memorabilia tersendiri dibandingkan hanya lagu digital.

Selain mengandalkan Lokananta Records, sekarang Museum Lokananta juga menjadi obyek wisata yang menarik banyak turis dan pecinta musik dari Indonesia. Para pengunjung bisa bertemu ataupun menikmati acara musik dengan band dan musisi yang berbeda setiap

minggunya. Acara musik ini biasanya diadakan di tengah asrinya taman tengah, sehingga menawarkan pengalaman seru buat lo dan temen-temen, Urbaners!

Tyas, salah satu pengunjung Museum Lokananta, mengungkapkan rasa penasaran dan ketertarikannya datang ke museum karena melihat musisi idolanya, seperti Glenn Fredly dan Slank, yang sempat rekaman di Lokananta. "Sebenarnya saya sering lewat daerah sini. Lama-lama saya penasaran, katanya Lokananta ini studio rekaman musik yang pertama di Indonesia. Jadi saya putuskan untuk mampir dan lihat-lihat,” kata Tyas. “Ada kebanggaan tersendiri sih, ternyata di Solo ada studio rekaman legendaris untuk musisi favorit saya, yaitu Glenn dan Slank.”

Di dalam museum, pengunjung bisa berkeliling sepuasnya untuk melihat sejarah perkembangan alat-alat rekaman musik dari jaman dahulu hingga sekarang. Misalnya saja, terdapat ruangan khusus untuk memamerkan mesin quality control keluaran tahun 1980, pattern generator tahun 1980, mesin pemotong pita tahun 1980, VHS Video Recorder tahun 1990, pemutar piringan hitam tahun 1970, hingga power amplifier tahun 1960. Yang paling istimewa, lo juga bakal menemukan pemutar piringan hitam antik keluaran London dan Swiss. Pemutar piringan hitam bermerek Lenco dan Garrard ini masih terlihat bagus dan terawat.

Setiap koleksi barang di Museum Lokananta tak ubahnya seperti emas yang terkubur. Buat lo pecinta musik vinyl, pasti betah berlama-lama melihat penyimpanan koleksi piringan hitamnya. Lima rak terbuat dari besi berjajar menampung ribuan piringan hitam dari puluhan tahun yang lalu. Koleksi piringan hitam seperti Waldjinah, Orkes Aneka Warna, Orkes Kerontjong Tjendrawasih, dan Zaenal Combo, bisa lo dengarkan dengan kualitas terbaik.

 

Peran Penting Lokananta Di Industri Musik

 

Seorang pengunjung sedang melihat-lihat koleksi album dan kaset di Museum Lokananta

 

Urbaners, Museum Lokananta ini mempunyai peran yang penting banget di industri musik dan pelestarian kebudayaan serta sejarah Indonesia. Lokananta merupakan studio rekaman pertama milik negara, sekaligus bertugas untuk mendokumentasikan dan menggandakan setiap bentuk karya seni dan sejarah kenegaraan yang berbasis pada materi audio.

Hingga hari ini, begitu banyak dokumentasi tentang sejarah dan seni Indonesia yang tersimpan dan tersusun secara rapi di Museum Lokananta. Mereka sedang melakukan digitalisasi untuk melestarikan konten dari audio fisik ke dalam bentuk digital agar bisa dikelola dengan lebih baik. Kira-kira sudah ada 5.000 master rekaman yang selesai didigitalisasikan. Proses ini tentu sangat penting, karena master rekaman tersebut punya nilai historis yang tinggi. Selain itu, tentu ada juga faktor kerentanan terhadap master rekaman yang terus termakan usia.

Jadi Urbaners, kebayang kan, kalau nggak ada Museum Lokananta, mungkin kita belum tentu bisa mendengar kualitas musik Indonesia yang seperti sekarang? Yuk mampir dan telusuri sejarah musik di Museum Lokananta!

Comments
Theo
Nak oke nih
Fadya Aulia
Bagus sekali