Buat lo para sineas muda yang baru mau buat atau sudah punya portfolio film pasti pernah punya pertanyaan semacam “Gimana sih caranya film gue bisa ikut festival dunia” atau “Bisa gak ya minimal film gue di notice deh sama para kurator penyelenggara festival dunia”. Hal-hal tersebut sangat wajar karena udah jadi bagian dari mimpi yang entah kapan bisa terwujud.
Lewat edisi MLDPODCAST episode 77, pertanyaan tersebut bakal dijawab oleh para pelaku industrinya langsung. Ryo Wicaksono (RW) selaku host bakal membedah satu-persatu dari jawaban langsung sutradara, produser, dan cast utama film Before, Now, & Then (Nana) yaitu Kamila Andini (KA), Ifa Isfansyah (II), dan Laura Basuki (LB).
(RW) Nah, balik lagi kalo misalkan kita ngomongin soal festival film. Prosesnya itu gimana sih awal dari mendaftarkan sampai melewati proses pengkurasian mereka?
(II) Festival itu ada beberapa cara. Cara yang pertama ada submission, jadi basically kita buka websitenya, kita lihat caranya gimana. Ada yang bayar ada yang gratis tinggal submit saja dan nanti akan diseleksi oleh programmer-nya. Yang kedua itu scouting, jadi programmer festival film biasanya punya programmer dan dari setiap programmer punya territory yang untuk Asia Tenggara itu siapa, untuk Afrika itu siapa, untuk Amerika siapa, ada Head of Programmer, ada Artistic Director dan segala macem. Jadi mereka scouting beberapa pelaku film kayak saya ditanya di Indonesia ada film apa, mereka saling mencari info dan menyeleksi lah dari situ. Jadi kalo submission itu harus submit dari bawah, scouting itu kita udah sampe di titik atasnya lagi tapi belum tentu diterima tentu saja. Jadi ada yang based on recommendation, mereka saling berhubungan kan terus kemudian ‘eh Kamila Andini lagi bikin film nih’, ‘oh iya coba deh lihat dong filmnya’. Walaupun tetep submit kemudian ada proses seleksi disitu jadi seperti tadi Dini bilang semakin kita punya karir di festival sebenarnya proses mendaftarnya jaminan film itu dilihat itu lebih besar tapi bahwa terseleksi ya kita juga nggak tau.
(KA) Kadang kan submissionnya ribuan kan, mereka kan harus nonton ribuan film kayaknya pasti tergantung mood juga.
(RW) Tapi kalo scene festival film di luar ngeliat industri film Indonesia seperti apa sih?
(II) Eeee… sekarang sih menurut saya masih tetep kayak anomali aja. Kayak kemaren kan ada yang menang di Toronto, dan lainnya. Tapi sebenarnya ini masih belum kayak kalo di Korea tuh memang mereka bagian rencana, strategi dan sebagainya. Yah kalo kita pelaku industrinya kita ngerti lah bahwa dua-tiga tahun ke depan saya bisa bilang masih terbaik lah di Asia dan beberapa tahun ke depan bakal ada film yang muncul akan cukup konsisten.
(RW) Kalo tadi mas Ifa dua-tiga tahun ke depan kita sedang ada di posisi terbaiknya, tapi kan pengennya bisa long-term kalo bisa seterusnya dan lebih naik lagi. Dan pasti proses regenerasi itu juga penting kan. Nah, di Before, Now, & Then (Nana) ditujukan juga untuk menginspirasi film maker yang muda-muda? Gimana Din menurut lo?
(KA) Yah gue harap sih. Maksudnya saat membuat film atau karya gue berusaha memperlihatkan juga sejauh mana sih film itu punya ruang untuk gagasan kita as a creator gitu kan. Dan semoga sih terlihat menyenangkan buat generasi sekarang bahwa ada lho ruang di mana memang kita bisa jadi diri kita sendiri, kita buat nuangin gagasan yang kita mau.
Gimana bro, sudah terketuk hati lo untuk bikin film buat nembus festival dunia kayak film Laura Basuki, atau baru mau buat production house sendiri bareng temen-temen yang sehati sama lo sebagai pecinta film? Gas lah mulai aja dulu pelan-pelan, nanti bakal ketemu jalannya juga.
Obrolan tanya jawab lainnya seputar cara supaya film lo bisa ikut festival dunia masih panjang bro. Simak sekarang juga di sini, hanya di Youtube MLDSPOT. Dengerin juga melalui Spotify, cek di sini.
Kalo menurut lo artikel ini atau artikel lainnya di website MLDSPOT menarik untuk lo share, jangan kelupaan buat share di semua akun media sosial lo. Kunjungi websitenya di sini dan dapetin iPhone 12 Pro sampai PS5.
Comments