Papua Nugini Dapatkan Daerah dengan Jumlah Bahasa Terbanyak Di Dunia

Pada awal 1900-an, Pulau Papua terbagi menjadi 3 wilayah. Ada jajahan Belanda yang sekarang masuk wilayah Indonesia, kemudian ada jajahan Jerman dan Inggris yang sekarang dikenal dengan Papua Nugini. Hampir sebagian besar penduduk dari Papua Nugini ini berasal dari imigran Afrika yang datang sekitar 40 ribu sampai 45 ribu tahun yang lalu dan akhirnya hidup berpindah-pindah layaknya suku pedalaman di wilayah Papua.

Pada awal November 2018 kemarin, Australian National University mengeluarkan sebuah studi bahwa Papua Nugini ternyata mempunyai sekitar 841 bahasa yang tersebar di seluruh wilayah Papua Nugini maupun di kepulauan Melanesia. Dari jumlah tersebut, bisa dikatakan Papua Nugini menjadi salah satu negara yang mempunyai bahasa terbanyak di dunia.

Hidup berkelompok

Salah satu alasan mengapa Papua Nugini mempunyai bahasa daerah yang sangat banyak adalah masyarakat di sana kebanyakan hidup berkelompok. Bahkan suku satu dengan yang lain nggak berhubungan, jadi bahasa di sana mengalami modifikasi yang cukup besar. Dari studi yang sama menyebutkan bahwa di ibu kota Papua Nugini saja, yaitu Port Moresby, ada beberapa bahasa dengan dialek yang berbeda-beda pula.

Ada kejadian lucu, di beberapa instansi pemerintah di Papua Nugini harus siap beberapa translator untuk mengetahui beberapa jenis bahasa yang ada di sana. Jika nggak, akan ada miskomunikasi yang tentunya akan sangat merepotkan masalah administrasi.

Bermacam-macam bahasa di Papua Nugini

Bahasa nasional Papua Nugini sebenarnya adalah Inggris, tetapi kebanyakan masyarakat di Papua Nugini menggunakan bahasa Tok Pisin yang merupakan saduran antara bahasa daerah Papua Nugini dengan bahasa Inggris. Selain itu, keragaman bahasa di Papua Nugini juga mendapatkan “bantuan” dari jumlah pulau di Melanesia yang jumlahnya mencapai 600 pulau. Diyakini di setiap pulau tersebut, ada jenis bahasa yang berbeda-beda.

Indonesia sendiri mempunyai 400 bahasa daerah, dan itu saja sudah sangat kompleks perbedaannya antar bahasa. Bagaimana jika tinggal di Papua Nugini ya, Urbaners?

Source: thejakartapost.com