Buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Pepatah ini layak disematkan kepada Mick Schumacher putra pembalap legendaris Formula 1 Michael Schumacher.
Seperti halnya sang ayah, nama Mick juga populer di olahraga satu ini. Apalagi setelah dia dipastikan mentas di ajang Formula 3 Eropa pada musim 2017 bersama Prema Powerteam.
Jika tampil brilian di ajang tersebut, peluang Mick mentas di F1 semakin terbuka lebar. "Ini satu langkah lebih dekat ke Formula 1, ini semua soal lebih sulit dan profesional," ujar Mick.
Berdasarkan regulasi saat ini, seorang pembalap F1 harus berusia 18 tahun dan mencapai setidaknya memiliki 40 poin dalam tiga tahun balapan di kejuaraan yang disetujui FIA, termasuk GP2, F3 atau WEC. Sedangkan untuk pemenang Formula E, akan diberikan lisensi super secara otomatis.
Itu artinya, Mick belum bisa membalap di F1 sebelum 2018. Meski demikian, sudah ada tim yang siap menampung pembalap yang saat ini masih berusia 17 tahun tersebut.
Sebelum naik kelas ke F3 Eropa, Mick merupakan pembalap tim Van Amersfoort Racing untuk ajang ADAC Formula 4 (F4) Jerman. Bersama timnya itu, Mick tercatat satu kali memenangi seri balap F4 Jerman 2015. Akhir musim lalu, Mick menuntaskan F4 Jerman dan F4 Italia (bersama Prema) di urutan kedua klasemen akhir.
Beberapa waktu lalu, anak bungsu pasangan Michael Schumacher dan Corinna Betsch itu, juga menyabet penghargaan. Dia menerima penghargaan sepatu emas setelah dinobatkan sebagai pembalap junior terbaik tahun 2016. Itu tak lepas dari keberhasilannya menjuarai ajang MRF Challenge Formula 2000.
Darah Pembalap
Boleh dikatakan, darah pembalap mengalir sejak Mick lahir pada 22 Maret 1999 di Swiss. Ia pertama kali terjun di ajang karting ADAC Kart Masters pada 2012.
Perjalanan kariernya di lintasan kian menanjak hingga Mick diajak untuk menjadi tes drive tim Jenzer Motorsport di Formula 4. Petualangannya berlanjut sampai akhirnya ia bergabung dengan Prema Powerteam yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Akademi Ferrari.
Kabar terakhir menyebutkan tim Ferrari mengaku tertarik merekrut Mick. "Tentu kami mengikuti kabar tentang dia (Mick)," ucap Manajer Akademi Pembalap Ferrari (Ferrari Driver Academy/FDA) Massimo Rivola.
Sejarah mencatat bahwa Ferrari memang punya hubungan dekat dengan klan Schumacher. Sang ayah, Michael, merupakan pebalap tim Kuda Jingkrak paling sukses. Selama 11 musim membela Ferrari, Michael berhasil mempersembahkan lima gelar juara dunia secara beruntun (2000-2004).
Rivola menuturkan bahwa Ferrari tertarik merekrut Mick bukan hanya karena performanya di atas lintasan, melainkan juga cara pembalap itu membawa diri di luar balapan.
"Mick sangat sopan dan dia tidak egosentris, jadi selamat kepada orangtuanya. Mereka berhasil mendidik dia dengan sangat baik," puji Rivola kepada generasi kedua dari Schumacher itu.
Source: Bola.com
Comments