Perkembangan musik di Indonesia saat ini emang nggak terlepas dari sejarah dan gimana perjuangan musisi di zaman dulu. Nggak cuma sekedar sejarah aja, ternyata ada banyak momentum penting dalam dunia musik yang perlu untuk lo ketahui.
Salah satunya adalah perkembangan musik jazz di Indonesia yang nggak terlepas dari seorang Jack Lesmana. Well, siapa yang nggak tau ayah dari Indra Lesmana ini?
Kontribusinya di dunia musik – khususnya jazz, punya sejarah tersendiri dan perjalanannya juga nggak main-main. Mengaku sudah bermusik dan menggeluti dunia jazz sejak umur 12 tahun, sebesar apa sih peran Jack Lesmana di industri musik Indonesia – terlebih musik jazz sendiri? Langsung aja simak ulasannya di bawah ini deh, bro!
Awal Karir Bermusik
Credit image – Tirto
Jack Lesmana merupakan seorang yang lahir dari keluarga blasteran – dalam hal ini, Jawa-Belanda. Memiliki nama asli Jack Lemmers, ternyata Jack udah memulai karya bermusiknya dari keluarganya. Sang ayah merupakan seorang pemain biola, dan ibunya merupakan penyanyi Opera – Miss Riboet.
Jack udah mengenal jazz sejak 12 tahun karena saat itu ia membentuk grup musik jazz bernama Dixieland. Setelah memegang gitar di grup band ini, Jack melanjutkan perjalanan musiknya dengan bergabung di grup Berger Quarter serta Boogie Woogie Rhytmics.
Memiliki fokus di alat musik gitar, terhitung sejak 1950 hingga 1970-an Jack udah tergabung dengan banyak proyek jazz yang mendunia. Mulai dari Gema Irama, Jack Lesmana Quintet, hingga bergabung dengan Indonesian All Stars yang membuat namanya semakin melambung.
Perjalanan Jack di Indonesian All Stars
Di awal dekade 50-an, Jack Lesmana semakin mengembangkan sayapnya dengan Jack Lesmana Quintet hingga sempat dibahas oleh Willis Connover – seorang pengamat jazz asal Amerika Serikat, karena membantu proses album Bubi Chen yang bertajuk Bubi Chen With Strings.
Setelah sukses dengan Jack Lesmana Quintet, di pertengahan dekade 60-an Jack mendirikan Indonesian All Stars dengan Bubi Chen, Benny Mustapha, Jophie Chen, dan Maryono. Kelompok jazz yang cukup dilihat eksistensinya oleh dunia barat ini berhasil mendapat kesempatan untuk tampil di Australia, Amerika Serikat, dan Jerman.
Nggak sampai situ aja, Tony Scott – seorang pemain clarinet jazz asal Amerika Serikat, pun ikut melirik kebolehan yang dimiliki oleh Jack, hingga ia berkesempatan untuk datang ke Jakarta dan melakukan kolaborasi pada album Djanger Bali yang berisikan lagu-lagu tradisional Indonesia – seperti “Ilir-Ilir”, “Burung Kakaktua”, dan “Djanger Bali” sendiri.
Memajukan Musik Jazz Indonesia
Credit image – Youtube
Setelah berhasil melambungkan namanya di mancanegara dengan membawa nama Indonesia, Jack juga memiliki peran yang penting pada perkembangan musik Jazz di Indonesia. Ayah dari Indra Lesmana ini ikut berkontribusi dengan bergabung dalam Irama Record – sebuah industri rekaman yang dimiliki oleh Suyoso Karsono. Peran penting Jack dalam industri rekaman ini yaitu ikut memainkan instrumen dari album yang dirilis oleh Irama Record.
Selain itu, Jack juga ikut membantu para musisi jazz dalam negeri lainnya dengan melibatkan mereka pada sebuah komunitas dan membuat pertunjukan jazz di Taman Ismail Marzuki di era 70-an. Di waktu yang bersamaan, Jack juga mengadakan acara jazz bulanan di stasiun televisi TVRI bertajuk Nada dan Improvisasi.
Acara musik jazz ini menampilkan banyak musisi jazz baik dari kalangan yang sudah mendunia maupun yang masih pemula. Acara ini pun diterima dengan baik oleh publik, terbukti dengan berjalannya acara ini selama kurang lebih 10 tahun lamanya.
Salah satu karya Jack yang bisa kita nikmati sampai saat ini adalah Api Asmara miliki Rien Djamain serta Semua Bisa Bilang milik Mergie Segers – kedua lagu ini pasti pernah lo temui di playlist Indonesian City Pop di platform musik, kan?
Atas dedikasi yang tinggi pada perkembangan musik jazz di Indonesia, nggak heran kalau nama Jack Lesmana sering disebut sebagai ‘Jazz Lesmana’. Meskipun mendiang Jack sudah berpulang, tapi karyanya masih banyak yang bisa dikenang, bro!
Comments