Hobi koleksi jam tangan tapi bosan sama desain yang itu-itu aja? Urbaners, ini saatnya lo melirik produk Lima Watch yang mempunyai desain unik dan simplistik. Nggak banyak pembuat jam tangan yang memanfaatkan kayu sebagai material utama, karena kayu mempunyai tekstur dan sifat yang rentan pada suhu dan kelembapan tertentu. Tapi, di tangan Lima Watch, kayu disulap menjadi produk masterpiece yang kece dan berkelas.
Bagaimana proses pembuatan jam tangan kayu Lima Watch? Apa cerita di balik desain ikoniknya? Simak langsung penjelasannya di sini, yuk!
Bermula Dari Ketertarikan Dengan Dunia Horology
Memiliki karir cemerlang di bidang periklanan rupanya nggak membuat Herman Tantriady, founder dan desainer Lima Watch, berpuas diri di comfort zone. Ia merasa, ada banyak sekali ruang kreasi dari ide kreatifnya yang belum bisa tersalurkan dengan baik.
Secara personal, Herman memiliki ketertarikan besar pada dunia horology, yaitu seni dan ilmu mengenai pengukuran dan penunjuk waktu. Ilmu yang sangat teknis ini belum banyak terdengar di Indonesia. Di luar negeri, ilmu horologi sering menjadi benchmark bagi para produsen jam tangan, kolektor, maupun desainer jam.
Ketertarikannya pada horology mendorong Herman untuk fokus mengejar passion dan mulai berkonsentrasi pada proyek pribadinya. Sejak awal, konsep Lima Watch adalah proyek lama yang ingin direalisasikan Herman. Bahkan sejak tahun 2012, ia sudah memiliki rancangan untuk Lima Watch, sebelum akhirnya dipasarkan secara resmi pada bulan Oktober 2014. Pemilihan kata Lima memiliki arti spesial, yaitu singkatan nama anaknya, Elias dan Emma - yang kemudian dipadukan menjadi kata “Lima”.
Untuk mempersiapkan peluncuran Lima Watch, Herman nggak mau setengah-setengah. Ia memerlukan waktu hampir 2 tahun untuk mencari pemasok yang bisa menghasilkan komponen berkualitas, sesuai dengan ekspektasinya. “Selama dua tahun, saya sering datang ke pameran-pameran jam dan komponen di Hongkong, sampai akhirnya saya berhasil menemukan pabrik yang bisa memenuhi standar kualitas untuk Lima Watch. Seiring berjalannya waktu, kini produk kami diproduksi berdasarkan batch atau gelombang tertentu,” ungkapnya.
Pemilihan Kayu sebagai Material Utama
Bukan tanpa alasan Herman memilih kayu sebagai material utama pembuatan jam tangan Lima Watch. Ia menggunakan perpaduan kayu jati, maple, ebony Afrika, zebra Wood, dan stainless steel, karena jenis kayu tersebut memenuhi kriteria pilihan warna yang ingin ditampilkan. Lo bisa melihat sendiri desain setiap produk Lima Watch selalu elegan dan berkelas. Dengan pendekatan minimalis, ada sentuhan natural dari ulir dan serat kayu yang masih terlihat pada bagian frame-nya.
Saat ini, Herman mengaku kalau semua produksinya masih berpusat di Hongkong, karena di Indonesia belum ada supplier yang memenuhi kualitas yang ditetapkan. Selain itu, komponen mekanik atau elektronik jam juga masih harus diimpor, karena belum ada pabrik Indonesia yang memproduksinya. Tapi, nggak semua material menggunakan produk impor kok, Urbaners. Beberapa material seperti tali jam tangan sampai packaging kayu Lima Watch tetap mengandalkan bahan baku dari dalam negeri.
Keunikan Lima Watch bukan hanya karena menggunakan material kayu. Dari sisi desain, brand lokal kebanggaan ini berhasil menonjolkan ciri khas yang ikonik. Saking kerennya, lo bisa mengandalkan jam tangan ini dengan berbagai variasi outfit yang lo punya. Tampilannya yang klasik dan minimalis bakal bikin lo terlihat effortlessly classy, Urbaners!
Proses Pembuatan Lima Watch
Langkah pertama dalam proses pembuatan Lima Watch adalah tim desain Jakarta yang melakukan proses desain dan prototyping, kemudian dilanjutkan dengan sourcing pembuatan yang dilakukan di Hongkong, China, dan Temanggung.
Jam tangan Lima Watch adalah produk yang didesain untuk dapat diproduksi secara massal. Oleh karena itu, sebagai peminat horology, Herman tahu betul bahwa dibutuhkan pabrik berteknologi canggih untuk mencapai presisi dan ketepatan waktu untuk setiap produk Lima. Proses desain sendiri membutuhkan waktu 1-3 bulan, prototyping selama 3 bulan, dan proses produksi berjalan kurang lebih 3 bulan.
Biasanya, tantangan dan kesulitan muncul dalam proses konseptualisasi desain awal. Tim Lima Watch di Jakarta harus menemukan rancangan yang tepat, nggak hanya secara estetika namun juga secara bisnis. Umumnya, kedua hal ini cukup bertolak belakang. Namun jika keduanya sudah menemukan kecocokan, biasanya desain tersebut sudah dianggap sempurna.
“Untuk inspirasi baru saat mendesain, biasanya muncul dari kehidupan sehari-hari, seperti misalnya dari otomotif, buku yang sedang saya baca, atau hobi baru yang saya gemari,” ujar Herman yang juga turun tangan menjadi desainer Lima Watch.
Dengan desain yang ikonik, Lima Watch memiliki segmen pasar tersendiri. Brand ini sangat populer di antara pekerja industri kreatif yang memiliki sense of design. Desain jam tangan yang nggak mainstream menarik minat pembeli yang menghargai karya original dan unik dari Lima Watch. Beberapa produk yang paling laris adalah seri Lima Pagi dan Lima Sore. Belum lama ini, Lima Watch juga baru saja meluncurkan produk terbaru, yaitu Lima Zenga, pada pertengahan Juli 2019 lalu.
Urbaners, kalau lo tertarik buat meminang jam tangan Lima Watch, ada tips khusus nih dari Herman biar jam tangan lo bisa awet dan bertahan lama. Sebaiknya, jam ini nggak lo gunakan untuk kegiatan fisik yang berat, misalnya berolahraga. Soalnya, keringat berlebih bisa merusak tekstur kayu alami dan strap kulitnya.
Comments