Rajin menulis di Nuranwibisono.net, Nuran Wibisono juga kini sudah menjadi jurnalis dan kontributor di berbagai media ternama, sebutlah seperti Tirto.id, Mojok.co, dan Geo Times. Tulisannya punya karakteristik tersendiri: renyah, jenaka, tapi tetap kritis.
Kalau diperhatikan, musik, perjalanan, dan makanan, adalah tiga inspirasi utama yang paling banyak dituangkan Nuran dalam tulisan. Alasannya sederhana, karena ketiga hal tersebut adalah kegiatan yang nyaris nggak terpisahkan dari hidupnya. Selain itu, pengaruh sang Ayah yang memperkenalkannya pada kegiatan musik, perjalanan, dan makanan adalah hal yang membentuk karakter Nuran Wibisono sampai sekarang.
Kenangan Bersama Ayah
Kebiasaan unik bersama sang Ayah meninggalkan kesan mendalam baginya. Sejak kecil, almarhum Ayahnya kerap mengajak jalan-jalan untuk mencari makan enak, sambil mendengarkan musik di sela perjalanan.
“Sejak saya bahkan masih belum sekolah, saya sudah diajak Ayah saya jalan-jalan dan cari makan enak. Hingga ke luar kota, bahkan. Di sela perjalanan itu, sudah pasti dengar musik. Ayah saya punya lumayan banyak koleksi kaset, rata-rata album band rock era 60-70an, eranya doi tumbuh besar,” kenangnya.
Kebiasaan tersebut kemudian terbawa hingga Nuran beranjak dewasa, bahkan kemudian menjadi sebuah “paket” yang nggak bisa lepas dari keseharian pria kelahiran Lumajang ini. Di dalam tulisan tentang makanan, musik, dan perjalanan, Nuran kerap menyelipkan gagasan inti mengenai nasionalisme hingga nilai-nilai kehidupan.
Ada hal lain yang menjadi motivasi Nuran dalam menulis, yaitu buku-buku karangan Karl May yang ia temukan di perpustakaan almarhum ayahnya. “Dia bisa membawa saya yang hidup di desa, untuk ikut berpetualang bareng Old Shatterhand dan Winnetou di era Wild Wild West. Saya mulai jadi suka nulis catatan harian, membayangkan saya sebagai Karl May yang doyan berpetualang,” ungkap Nuran.
Walau ketagihan menulis, bukan berarti Nuran nggak pernah merasa bosan. Ketika menulis menjadi pekerjaan utama, maka tentu harus dilakukan dengan serius. “Dukanya itu mungkin ketika merasa tulisan saya jelek. Hehe. Dukanya makin bertambah kalau tulisan buruk itu harus terbit karena deadline!” tukasnya.
Terbukti, pekerjaan sebagai penulis yang dijalaninya dengan sepenuh hati membawanya pada karir yang cemerlang. Ia mengisi berbagai platform ternama dengan pembaca setia yang selalu terbawa dengan alur tulisan Nuran yang ringan dan luwes. Tulisannya sangat diterima di tengah pasar media digital saat ini yang dikonsumsi generasi millenial dan generasi Z. Nuran berhasil mengangkat topik-topik sosial kritis dengan gaya bahasa dan analogi ringan yang mudah dicerna.
Ingin Membawa Pembaca pada Diskusi Berkelas
Dalam sebuah artikel mengenai makanan di Voxpop, Nuran menjelaskan bahwa nasionalisme bisa diumpamakan seperti melihat seporsi soto. Dalam semangkuk soto dari berbagai daerah, Nuran menegaskan bahwa setiap daerah memiliki keunggulannya masing-masing, tidak ada satupun yang lebih baik daripada yang lain, itulah makna dari nasionalisme.
Inilah salah satu alasan kenapa tulisan Nuran Wibisono sangat ringan dan menarik untuk dibaca, Urbaners, meski sebenarnya topik yang dibicarakan adalah topik yang serius. Melalui tulisan yang dekat dengan kegiatan sehari-hari, Nuran mengajak pembaca untuk membicarakan hal-hal yang ‘berat’ dengan lebih ‘ringan.’
Ketertarikannya pada dunia musik juga ia buktikan melalui buku berjudul “Nice Boys Don’t Write Rock ‘N Roll”. Buku ini mengisahkan pengalaman Nuran dalam menjelajahi berbagai gigs band-band ternama yang disukainya, mulai dari Nirvana, Guns N’ Roses, hingga Kurt Cobain. Dalam buku ini, Nuran menceritakan tentang kecintaannya pada musik rock, menuangkan pengetahuannya tentang band-band favorit, hingga setiap detail dari lagu-lagunya yang dibalut dengan narasi apik berupa kenangan yang berkaitan dengan lagu tersebut. Rasanya seperti membaca sebuah jurnal yang ditulis dengan teliti dan seru!
Buat Urbaners yang juga menyukai musik rock, buku ini wajib lo baca untuk memperkaya khazanah musik rock yang mungkin belum banyak orang tahu. Nuran juga berencana menulis buku baru mengenai festival musik. Buku ini agaknya akan menjadi buku musik yang lebih teoretis, karena merupakan pengembangan dari tesis Nuran mengenai pariwisata musik yang ditulis sejak 2013.
Menurut Nuran, salah satu kunci utama agar sebuah tulisan dapat diterima orang banyak adalah teknik story-telling. Sebuah narasi yang bercerita dapat membuat orang tak bosan membaca tulisan hingga habis. “Story-telling yang bagus rasanya akan bisa bertahan hingga generasi manapun. ‘Frank Sinatra Has a Cold’ itu ditulis pada 1966, dan sampai sekarang tulisan itu masih dibaca dan dibicarakan orang,” terangnya.
Nah, buat lo yang ingin mulai menulis atau menjadi blogger, ada dua hal dari Nuran Wibisono yang bisa lo jadikan pegangan, Urbaners! Pertama, mulai menulis topik-topik yang lo suka terlebih dahulu. Kedua, perbanyak membaca, karena penulis yang baik memang harus banyak membaca tulisan dan buku yang bagus untuk menghasilkan tulisan yang bagus pula. Referensi yang bagus ibarat alat atau tools yang akan lo gunakan dalam menulis.
Selain itu, Nuran juga mengutip quote dari Sabda Armandio Alif: menulis itu craftmanship, alias pertukangan, alias bisa dilatih dan harus terus dilatih.
Jadi, terus berlatih dan jangan menyerah, ya! Buat Urbaners yang pengen tahu lebih banyak soal Nuran, bisa kunjungi websitenya, ya!
Comments