“Fingers” adalah EP berisi lima lagu yang meneruskan perayaan kegelapan yang sudah dilakukan Danilla sejak “Lintasan Waktu”. Yang membedakan, Fingers fokus pada kisah hubungan romantis antara dua manusia. Sementara Lintasan Waktu punya tema yang lebih kompleks.
EP ini hadir tanpa woro-woro yang banyak. Tiba-tiba dirilis. Ia juga direkam di tengah kesibukan super padatnya turun naik panggung di segenap penjuru negeri. Fakta ini, lumayan bikin kagum, ketika seorang yang super sibuk masih bisa meluangkan waktu untuk kembali ke studio yang berkarya.
Seluruh lagu di Fingers diambil dari nama masing-masing jari di tangan manusia dalam Bahasa Inggris. Semua liriknya juga menggunakan Bahasa Inggris. Konsep yang diusung Fingers menggoda untuk ditelaah ulang.
Jari manusia punya simbol masing-masing. Jempol bisa memangkas pembicaraan. Telunjuk bisa menerangkan posisi atau memberi keterangan pilihan. Jari tengah bisa menampilkan kemarahan. Jari manis melambangkan pengikatan komitmen. Dan yang terakhir, kelingking bisa menunjukkan rekonsiliasi. Penyusunan yang berurutan dari menggambarkan sebuah siklus yang komplit; ada awal, ada akhir dan titik tengah cerita yang menyebalkan.
Pendekatan sebuah konsep album, tidak banyak dilakukan belakangan ini. Danilla memilih hal yang tidak populer untuk karya terbarunya.
Di balik suara-suara laidback yang cenderung menghiasi kelima lagu di Fingers, sebenarnya Danilla sedang meneruskan spesialisasinya bercerita tentang sisi hidup yang gelap. Bagian yang sama pentingnya dengan sisi yang cerah, bagian yang melengkapi perjalanan keseharian manusia.
Perlu energi lebih untuk bisa menyelami sisi gelap ini.
Danilla bukan tentang kisah yang melulu bahagia. Ia tentang realita hidup. Fingers ini, kendati durasinya pendek, meneruskan apa yang coba ia sajikan dalam bentuk karya.
Track favorit: ‘Thumb’. Katanya di lagu itu, “We’ll be politician somehow...”
Kredit foto: Dok. Danilla
Penulis: Felix Dass
Comments