Isu sosial umumnya seringkali dibahas dan disuarakan melalui buku, seminar ataupun konten di media sosial. Namun, bi.cara mengambil langkah berbeda yang unik untuk turut mengangkat isu sosial pada khalayak luas, yaitu melalui industri fashion. Melalui clothing line yang diciptakan, bi.cara ingin mengajak orang-orang untuk memberikan statement mereka dalam satu isu dengan cara yang nggak biasa. Bukan hanya didengar namun juga dilihat.
Berawal Dari Tugas Kuliah
Siapa yang menyangka kalau brand fashion bi.cara lahir dari tugas mata kuliah yang diberikan dosen? Project ini terbentuk dari salah satu tugas mata kuliah Business Creation di Universitas Prasetiya Mulya. Mata kuliah ini mengharuskan mahasiswa untuk membuat bisnis dan langsung menjalankannya.
Berkat tugas yang diberikan di Universitas, bi.cara pun terbentuk pada Oktober 2018 lalu. Selain karena faktor memenuhi tugas kuliah, para founder bi.cara juga melihat potensi industri fashion yang sangat luas. Karenanya, bi.cara ingin membuat brand fashion yang tidak hanya mengejar nilai estetika namun juga dapat mengejar nilai sosialnya dengan memadukan fashion dengan seni sehingga brand bi.cara dapat menyuarakan isu sosial pada produknya.
Bi.cara fokus mengangkat berbagai isu sosial karena hal ini dinilai sebagai isu yang sangat dekat dengan keseharian masyarakat. Isu yang sering terjadi dan penting untuk dibahas namun seringkali diabaikan atau bahkan dianggap biasa bagi sebagian besar masyarakat.
“Untuk isu sosial yang kami angkat itu bisa apa saja, tetapi kami lebih memilih isu sosial yang berada di dekat lingkungan kami tetapi isu tersebut masih sering dilakukan baik secara sadar maupun secara tidak sadar,” ujar CEO bi.cara, Evan Putra Gratia.
Hingga saat ini, anggota yang terlibat aktif dalam bi.cara ada 11 orang. Untuk proses pengembangan brand, bi.cara mendapat bantuan dari dosen pembimbing dan juga berkolaborasi dengan para seniman dalam pembuatan produk. Saat ini, ada 3 orang seniman yang bekerjasama dengan bi.cara.
Gunakan Media Sosial Untuk Suarakan Brand bi.cara
Tak bisa dipungkiri, kini media sosial memiliki dampak yang luas terutama bagi generasi milenial. Hal ini juga yang dirasakan bi.cara dalam mensosialisasikan brand-nya ke masyarakat luas. Meski belum mampu mengukur seberapa efektif isu sosial yang disuarakan dalam industri fashion, namun sejauh ini tanggapan masyarakat sangat positif pada bi.cara jika dilihat dari respon mereka pada campaign di Instagram.
“Pada akun Instagram @kitabicara.id, kami menjelaskan makna dari karya seni yang dibawakan mengenai isu sosial yang sedang kami angkat. Kemudian respon dari masyarakat sendiri, berdasarkan yang kami lihat dan rasakan cukup positif. Beberapa orang di lingkungan kami juga sudah mulai mengatahui dan mengerti mengenai isu sosial yang sedang kami angkat sehingga mereka bisa lebih sadar tentang bahaya dari isu tersebut. Beberapa dari followers kami juga mengapresiasi konsep dari brand kami yang menggunakan fashion untuk menyuarakan isu sosial,” tambah Evan.
Isu-isu Sosial yang dibahas
Untuk mendapat gambaran yang pas dalam mengaplikasikan isu pada fashion, bi.cara memastikan untuk berkolaborasi dengan seniman yang karyanya cocok dengan tiap isu. Pada isu pertama yaitu body shaming, bi.cara berkolaborasi dengan Heidi dari segi puisi dan Miranda dari sisi fotografi.
Setelah selesai mengerjakan isu body shaming kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan isu marine trash. Untuk isu ini bi.cara berkolaborasi dengan Adriel dengan karya seni berupa watercolour. Pemilihan isu sosial yang ingin diangkat tentunya sudah dalam proses penelitian yang cukup dalam dengan melihat fenomena yang sedang terjadi di masyarakat dan lingkungan.
Harus Menemukan Ide Yang Unik
Menciptakan brand fashion dipadukan dengan tema isu sosial tentu bukan perkara mudah. Kendalanya terletak pada bagian concepting. Hal utama yang harus dilakukan adalah harus menemukan ide yang unik namun tetap dapat diterima di masyarakat. Kendala lain adalah bagaimana bi.cara harus bisa memaksimalkan sosial media dalam menyebarkan awareness mengenai brand. Selain itu, kendala yang cukup sulit yang dihadapi saat ini adalah menemukan vendor yang pas.
“Saat ini kami sedang mengusung isu marine trash. Alasannya karena memang isu ini sudah sangat banyak diangkat. Tetapi, dari yang kami lihat, masih banyak orang yang belum mau merubah kebiasaan kecilnya seperti tidak menggunakan sedotan plastik atau membawa botol minum yang bisa dipakai ulang sendiri dari rumah,” ungkap Evan.
Brand bi.cara saat ini sudah memproduksi 2 jaket dan 2 tote bag. Produk yang paling di minati adalah jaket bewarna hitam. Untuk isu marine trash, bi.cara akan memproduksi 2 produk bowling shirt.
__
Melalui media apapun yang digunakan, isu sosial selalu penting untuk dibahas bersama-sama. Kalau lo, lebih senang membahasnya lewat media apa nih Urbaners?
Comments