Indonesia Fixed Day jadi ajang persiapan balap kurir sepeda Internasional
Beberapa tahun belakangan, Urbaners pasti ngeh kalau penampilan bikers sepeda fixie mulai jarang terlihat penampakannya di jalur-jalur Car Free Day. Tapi, pada malam minggu pekan lalu ratusan penggila sepeda fixed gear kembali menunjukkan keberadaannya, lho.
Di area West Parking Space JIExpo Kemayoran, penggemar Fixed Gear berkumpul sejak siang hingga tengah malam. Bukan cuma sekadar untuk kopi darat atau meluaskan jaringan, tapi mereka bertemu untuk mengikuti sebuah perlombaan yang digelar pertama kalinya. Namanya, Indonesia Bike Messenger Championship (IBMC).
Indonesia Bike Messenger Championship ini jadi ajang perdana adu balap para kurir sepeda di negeri ini. Meski mengusung sebutan ‘kurir’, namun tidak semua peserta yang berpartisipasi dalam acara ini berlatar belakang profesi sebagai kurir, lho. Mereka, para penggila sepeda urban di Indonesia seperti dari Jawa, Lampung, Medan hingga Aceh.
Jika beberapa tahun lalu penampakan para penggemar fixie di jalur Car Free Day terlihat santai menggowes sepeda ber-velg warna-warni mereka, maka di event yang didukung MLDSPOT ini, para peng-gowes Fixed Gear tampil dengan gaya yang lebih tangguh.
Bagaimana tidak, persis seperti balapan Formula-1, pesepeda fixie di sini harus beradu kekuatan kaki dan konsentrasi dalam mengitari lap yang sudah ditentukan. Buat mereka yang masuk kategori U18, harus mengadu kecepatan dalam 10 lap. Sedangkan peserta kualifikasi kelas Open harus adu cepat sebanyak 7 lap.
Sistem kejuaraan ini layaknya seorang kurir sepeda yang sedang bekerja di lapangan. Dengan lintasan steril sepanjang kurang lebih 5 km yang dibuat satu arah dengan di dalamnya terdapat 10 pos sebagai checkpoint.
Masing-masing peserta di berikan manifest yaitu berupa job order untuk mengambil paket dari satu pos untuk diantarkan ke pos yg lainnya. Mereka harus menyelesaikan tiga lembar manifest dalam waktu 1,5 jam.
Ketua Umum Indonesia Bike Messenger Association Duenno Ludissa menyebut ada tiga syarat yang harus dimiliki peserta balap ini.
“Dibutuhkan tiga syarat utama untuk memenangkan messenger race ini yaitu kecepatan, kecerdasan dan ketangguhan,” kata dia.
Ditantang Holycrit
Meski sudah berusia empat tahun, Westbike Messenger Service, sebagai penggagas Indonesia Fixed Day baru besar-besaran merayakan ulang tahunnya kali ini. IFD pertama, yakni tahun lalu, hanya dirayakan dengan konsep mempertemukan berbagai komunitas Fixed Gear di Indonesia.
Sedangkan yang kali ini, sebuah kompetisi besar menjadi hajatan perdana mereka. Tidak tanggung-tanggung, Urbaners!, event organizer balap criterium fixed gear Asia Holycrit digandeng untuk berpesta bersama penggemar sepeda urban Indonesia.
“Holycrit ini brand balapan dari Singapura. Mereka biasa bikin event besar kejuaraan di Asia, dan kami beberapa kali ikut datang. Awal tahun ini, ketika mereka bikin di Ipoh, saya ketemu dengan Foundernya. Di sana kami komunikasi dan mereka ingin bertemu dengan teman-teman di Jakarta. Akhirnya kita kerjasama dan memasukan mereka dalam Indonesia Fixed Day,” ujar Founder Westbike Messenger Service, Hendi Rahmat.
Lebih lanjut, dia membeberkan, sistem Holycrit Criterium Race ini mirip dengan balapan formula 1. Para peserta memutari lintasan sepanjang 1,2 km dalam satu putaran. Race ini terbagi menjadi 2 kelas yakni Open dan U-18.
Kelas U18 yang diikuti 26 peserta langsung dibuat final dengan mengharuskan peserta melintasi 10 putaran. TIga peserta kemudian dipilih menjadi pemenang. Sedangkan untuk kelas Open yang diikuti 50 peserta, balap dibagi menjadi empat grup untuk babak kualifikasi.
Dalam kualifikasi ini para peserta diwajibkan menyelesaikan 8 putaran dan 5 peserta yang pertama kali memasuki garis finish berhak melaju ke babak final. Dalam babak final para peserta diwajibkan melalui 20 putaran untuk menentukan 3 org pemenang.
Ajang persiapan adu cepat di lap kelas internasional
Kedatangan Holycrit di Indonesia Fixed Day tahun ini tentunya bukan semata-mata sebagai pendukung acara. Namun ada misi menarik yang dibawa Indonesia Fixed Day bersama Holycrit.
Hendi, yang sudah tiga kali mengikuti kejuaraan dunia kurir sepeda, ingin membagi pengalaman semasa beradu cepat di lapangan dengan kurir sepeda dari berbagai negara.
Lewat IFD, para kurir sepeda Indonesia menyiapkan pengetahuan hingga mental mereka untuk bersaing dengan kurir sepeda dunia.
“Kami buat ini untuk persiapan bagi seluruh rider nasional utk mengikuti kejuaraan dunia CYCLE MESSENGER WORLD CHAMPIONSHIP (CMWC) 2019 yang akan di gelar di jakarta. Dan bagi kami panitia, ini juga menjadi pembelajaran bagaimana nanti event dunia tersebut kami laksanakan,” kata Hendi.
WMS siap bersaing dengan kurir sepeda dunia
Jika event Indonesia Fixed Day kemarin menjadi salah satu jalan bagi para cyclist fixed gear untuk uji coba sebelum berpartisipasi dalam CMWC yang digelar dua tahun lagi, maka bagi empat orang anggota Westbike Messenger Service yang berkompetisi pada CMWC di Kanada, Agustus lalu, menjadi ajang pembuktian keberadaan kurir sepeda Indonesia.
Hendi mengatakan, untuk pertama kalinya kurir sepeda dari Indonesia mampu menembus babak final. Hamzah Muttaqien, nama riders tersebut, memang tercatat sudah berpengalaman mengikuti CMWC sebelumnya yakni di Australia dan Prancis.
“Waktu ke Montreal itu kami disupport oleh MLDSPOT. Alhamdulillah kami berhasil masuk final dan menempati urutan ke-53 dari total 300an peserta,” ujar Hendi.
Tidak hanya sukses masuk dalam jajaran finalis, kedatangan WMS di Montreal ternyata juga membawa keberhasilan lain. Mereka sukses memenangi bidding untuk Indonesia menjadi tuan rumah CMWC 2019.
WMS, kata Hendi, berhasil mengalahkan kandidat lainnya yakni Los Angeles, Amerika Serikat dalam bidding tersebut. “Bukan hal yang mudah membawa sahabat di seluruh dunia untuk mau bersepeda di Jakarta. Terlebih, CMWC ini belum pernah diselenggarakan di Asia Tenggara sebelumnya,” ujar dia.
“Kami buat ini gunanya untuk persiapan bagi seluruh rider nasional utk mengikuti kejuaraan dunia CYCLE MESSENGER WORLD CHAMPIONSHIP 2019 yang akan di gelar di Jakarta. Dan bagi kami panitia ini juga menjadi pembelajaran bagaimana nanti event dunia tersebut kami laksanakan,” sebut Hendi.
Comments