Inspiring Places
Senin, 18 Mei 2020

The Sunrise of Java, Ragam Wisata Legendaris dari Banyuwangi

  • Share
  • fb-share
The Sunrise of Java, Ragam Wisata Legendaris dari Banyuwangi

Adanya pandemi Covid-19 membuat sebagian besar orang rindu berat dengan aktivitas liburan. Gimana nggak, liburan adalah kesempatan refreshing dan mengumpulkan tenaga, sekaligus quality time asyik bersama keluarga ataupun teman-teman. #MumpungLagiDirumah, nggak ada salahnya merencanakan liburan asyik setelah pandemi ini berlalu. Kota Banyuwangi, bisa masuk dalam daftar kunjungan lo, Bro!

Kota yang sering disebut “The Sunrise of Java” ini punya banyak tempat wisata legendaris, mulai dari Kawah Ijen, Pantai Pulau Merah, Pantai Plengkung, dan Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi memang punya keindahan alam yang oke banget! Nah, buat memperlengkap itinerary liburan lo, ada beberapa rekomendasi asyik yang nggak boleh lo lewatkan!

 

Taman Nasional Baluran

Jangan tertipu dengan kata “taman” yang disematkan, karena tempat ini juga sering mendapat julukan sebagai Padang Savana-nya Indonesia. Khusus buat lo yang menyukai tamasya ala safari atau ingin adventure di lanskap alam yang indah, wajib hukumnya untuk menyempatkan diri ke Taman Nasional Baluran. Untuk wisatawan lokal, satu orang cukup merogoh kocek kisaran Rp15.000 sampai Rp20.000, tergantung dengan kendaraan apa yang lo gunakan untuk mengeksplorasi taman.

Sempatkan setidaknya satu hingga dua jam untuk menjelajahi taman ini, karena luasnya mencapai 250km², Bro! Belum lagi kalau lo berpapasan dengan hewan-hewan yang melintas di tengah jalan. Selain sebagai tempat wisata, fungsi utama Taman Nasional Baluran ini adalah sebagai wilayah konservasi fauna, seperti rusa, kerbau, burung merak, banteng, sampai monyet. Di beberapa sudut jalan, lo akan melihat himbauan kecepatan hanya di batas 20 km/jam supaya nggak membahayakan hewan-hewan yang menyeberang jalan.

Pohon di tanah gersang

Masuk ke dalam hutan menyusuri jalan, lo akan tiba di pemandangan padang savana yang membentang luas. Di musim panas, Taman Nasional Baluran akan menyajikan hamparan padang gurun dengan nuansa gersang dan tandus. Tanah kering berwarna coklat muda dihiasi dengan beberapa pohon besar yang tumbuh berjauhan antara satu dengan lainnya bisa menjadi objek foto menarik. Tapi, lo tetap harus memperhatikan papan dan rambu di sekitar ya, karena ada area tertentu yang dilarang untuk diinjak.

Waktu terbaik untuk mengunjungi Taman Nasional Baluran adalah pukul 8 hingga 10 pagi, karena di tengah hari panas akan sangat menyengat. Jika mengincar nuansa keindahan matahari senja, maka datanglah mendekati pukul 4 sore. Taman Nasional Baluran buka pada setiap hari kerja (Senin - Jumat) dari pukul 7:30 - 16:30 WIB.

Kalau lo belum puas bersafari seharian, Taman Nasional Baluran juga dilengkapi dengan penginapan yang bisa lo sewa, Bro! Tinggal pilih mau menginap di Padang Savana Bekol atau di pinggir Pantai Bama. Harga penginapan di Savana Bekol bermacam-macam, ada Wisma Rusa Rp100.000/kamar untuk 2 orang, Wisma Merak Rp150.000/kamar untuk 2 orang, dan Wisma Banteng Rp400.000 untuk 4 orang. Listrik di penginapan hanya berjalan dari pukul 18.00-21.00. Rasakan sendiri sensasi seru menginap dikelilingi suasana hutan, padang sabana hingga satwa liar di habitat alamnya!

 

Hutan De Djawatan

Pepohonan yang mempesona di Hutan De Djawatan

Sempat ramai dan viral disebut-sebut sebagai hutannya Lord of The Rings, De Djawatan menawarkan nuansa berbeda dengan suasana ‘mystical’. Lokasinya berada di area Benculuk, yang membutuhkan waktu tempuh selama satu jam dari arah Pelabuhan Ketapang. De Djawatan awalnya merupakan tempat penimbunan kayu (TPK) hasil hutan di tahun 90-an. Setelah hasil kayu berkurang, lahan seluas 4,8 hektar ini kemudian dikelola oleh Perhutani Banyuwangi dan dijadikan tempat wisata hutan trembesi.

Sebelum berangkat ke De Djawatan, ada baiknya lo mempersiapkan beberapa hal, seperti semprotan anti nyamuk/serangga, air minum, topi, dan payung. Area di dalam De Djawatan dikelilingi pepohonan trembesi tua yang berukuran sangat besar. Keunikan pohon trembesi ini adalah adanya benalu yang berbentuk seperti paku-pakuan di batang dan dahannya.

Deretan pepohonan membentang lebar seakan menyambut kedatangan lo di tengah hutan De Djawatan. Keindahan tempat wisata yang satu ini tersebar dengan cepat, dan nggak jarang juga dijadikan sebagai lokasi foto pre-wedding. Kalau lo berencana untuk melakukan sesi foto di sini, siapkan dana untuk membayar sebesar Rp250.000.

Gerombolan Kambing Melintas dengan Santai di Tengah Hutan

Begitu masuk ke dalam, lo akan merasa diselimuti oleh suasana asri dan tenang dari bunyi gemerisik dedaunan. Menjelajah lebih jauh, hamparan sawah luas terbentang dan menampilkan pemandangan senja yang indah di sore hari. Ketika berada di sini, jangan heran kalau lo akan berpapasan dengan kawanan kambing berbulu tebal. Sepintas, terlihat seperti domba! Sekedar tips, jika ingin berkunjung dengan lebih nyaman, sebaiknya lo berkunjung pada saat hari kerja (Senin-Jumat), karena pada saat akhir pekan hutan ini biasanya ramai dipenuhi turis.

 

Pilihan Kuliner

Jelajah wisata tentu belum pas tanpa serunya wisata kuliner. Nah, mumpung lo ada di kota Banyuwangi, ada beberapa menu masakan enak yang wajib lo cicipi. Salah satunya adalah Warung Ayam Betutu Spesial Mbak Timah. Lokasinya ada di Jl. Klatak, Kalipuro, dan selalu ramai ketika jam makan siang tiba. Pilihan sajian ayam betutunya ada dua, yaitu Betutu Kuah atau Betutu Goreng. Kalau lo pecinta pedas, cobain Betutu Kuah karena deretan cabe utuh ramai berjajar di atas kuah ayam betutu. Sebaliknya, buat lo yang nggak kuat pedas, sebaiknya pesan Betutu Goreng atau bisa juga pesan Betutu Kuah tanpa kuah cabenya.

Penyeberangan Antar Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Ketapang

Gimana? Makin penasaran ingin segera menjejakkan kaki di kota Banyuwangi setelah pandemi berakhir? Kalau ingin sekali dayuh dua pulau terlewati, Bro, lo bisa merencanakan perjalanan wisata ke dua tempat sekaligus: Bali dan Banyuwangi. Kedua kota ini hanya terpisahkan sejauh 45 menit naik kapal ferry.

Comments
Fariz Madani
Kalo gak salah abis hutan ada pantai apa gitu namanya.
Candra
Keren artikelnya