Inspiring Places
Selasa, 13 Agustus 2019

Dari Film untuk Film, Auditorium Visinema Jadi Ruang Diskusi dan Belajar untuk Umum

  • Share
  • fb-share
Dari Film untuk Film, Auditorium Visinema Jadi Ruang Diskusi dan Belajar untuk Umum

Nggak terasa, 11 tahun sudah Angga Dwi Sasongko mendirikan Visinema. Sebelum benar-benar terjun ke dunia film pada 2014 melalui “Cahaya dari Timur: Beta Maluku”, Visinema merupakan sebuah production house yang memproduksi iklan hingga video klip.

Kini, Visinema nggak hanya sebatas production house yang menelurkan film-film bergengsi saja. Perlahan tapi pasti, Angga dan timnya terus melebarkan sayap melalui beberapa anak perusahaan. Tujuannya pun nggak lain dan nggak bukan untuk memajukan ekosistem perfilman di Tanah Air.

Nah, sejalan dengan tujuan mulia tersebut, Visinema akhirnya membangun sebuah fasilitas baru bernama Auditorium Visinema. Auditorium sederhana ini kabarnya dilengkapi dengan sebuah perpustakaan kecil. Well, bisa dibilang langkah tersebut sangat jarang dilakukan oleh production house lain pada umumnya, Urbaners.

Dari Film untuk Film, Auditorium Visinema Jadi Ruang Diskusi dan Belajar untuk Umum

Secara misi, Auditorium Visinema ingin menjadi tempat untuk berbagi pengetahuan sekaligus titik temu bagi berbagai pandangan dalam satu forum terbuka yang berkaitan dengan perfilman. Oleh karena itu, Auditorium Visinema nggak hanya berfungsi sebagai sebuah ruang alternatif untuk diskusi rutin, tapi juga untuk mengadakan beragam masterclass secara terbuka dan gratis untuk publik. Dalam istilah Angga, Auditorium Visinema menjadi “ruang publik di dalam ruang privat”.

 

Ruang Berkarya untuk Bakat-bakat Baru

Salah satu program yang pernah diadakan di Auditorium Visinema adalah Visinema Campus. Melalui Visinema Campus, Angga ingin memberi kesempatan bagi semua pihak untuk berkarya secara produktif di bidang yang telah membesarkan namanya. “Gue ingin menghadirkan bakat-bakat baru dalam industri film kita,” ungkapnya.

Ruang Berkarya untuk Bakat-bakat BaruFYI, Visinema Campus merupakan program rekrutmen dan pengembangan bakat dari Visinema bagi para penulis skenario film. Lebih tepatnya, program ini terbuka bagi siapa saja yang memiliki minat dan tujuan dalam membuat cerita. Setelah melalui proses seleksi ketat dari tim profesional dan Skriptura (script development company Visinema), terpilihlah 7 peserta dari 325 orang yang mendaftar.

Selama 6 minggu pada 2 April hingga 10 Mei yang lalu, para peserta Visinema Campus mengikuti program mentorship bersama para mentor dari dalam dan luar negeri. Selama program berlangsung, mereka sama sekali nggak dipungut biaya. Sebaliknya, mereka justru dibekali biaya transport dan tunjangan hidup. Bahkan, kandidat terpilih pun ditawari kontrak kerja usai pelatihan.

Bagi Angga, membangun infrastruktur nggak lepas dari adanya investasi untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia. Dengan kata lain, Visinema Campus turut menjadi bagian dari perwujudan mimpi besar Angga dalam membangun infrastruktur bagi ekosistem perfilman.

Sementara itu, program masterclass sebenarnya juga merupakan bagian dari Visinema Campus yang diadakan di Auditorium Visinema. Bedanya, masterclass dibuka untuk publik yang lebih luas. So, kalau lo berminat untuk menelusuri seluk-beluk bercerita dalam perfilman, lo bisa join di masterclass berikutnya.

Ruang Berkarya untuk Bakat-bakat Baru

Dengan demikian, Auditorium Visinema dapat menjadi tempat untuk saling mendengarkan plus mendiskusikan isu dan pemikiran di tengah maraknya perbedaan pendapat. Lebih dari itu, Auditorium Visinema dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk merespon isu terkini. Terbukti lewat beberapa diskusi terbuka yang pernah diadakan di sana, yaitu diskusi untuk film “Kucumbu Tubuh Indahku” karya Garin Nugroho dan dokumenter “Sexy Killers” dari WatchDoc.

Masih banyak info menarik lainnya yang bisa lo kulik dari Auditorium Visinema. Penasaran, Urbaners? Tonton MLDSPOT TV Season 4 episode 4 dengan judul “Ruang Bersuara” di YouTube Channel MLDSPOT TV. Don’t forget to subscribe and get yourself inspired!
 

Comments
Bilang Mardhana P
Emang film dokumenter nya doi terkonsep dengan baik sih. Terlepas bener gaknya
John Hutabarat
lanjutkan bro