Inspiring People
Selasa, 04 Mei 2021

Revolusi Karya Seni di Industri Musik Ala Alipjon

  • Share
  • fb-share
Revolusi Karya Seni di Industri Musik Ala Alipjon

Kalau lo streaming atau beli rekaman baik dalam bentuk digital atau secara fisik, hal pertama yang lo lihat pasti adalah cover albumnya, bukan musiknya. Dari situ kelihatan, kan, musik aja enggak cukup untuk menjual sebuah album. Buat para pendengar, musik bakal kurang lengkap tanpa cover album.

Malahan, karya seni yang aneh, mencolok, dan mengesankan bisa jadi daya tarik bagi seseorang untuk mencoba musik baru.

Bukan cuma itu, artwork juga bisa jadi identitas tersendiri buat musisinya. Lihat aja sampul album ‘The Dark Side of the Moon’-nya Pink Floyd. Artwork-nya yang legend banget jadi ciri khas band rock asal Inggris tersebut, yang sampai sekarang pun masih menghiasi kaos dan totebag anak-anak muda.

Tapi, enggak cuma artwork album aja, ada juga bentuk-bentuk visual lain yang jadi kunci daya tarik pendengarnya. Ada juga video klip dan lyric video buat memanjakan mata para pendengarnya. Dari situ, supaya hasilnya maksimal, musisi seringkali mengandalkan talent para seniman visual.

Profesi inilah yang dilakoni sama Inspiring People, Alipjon. Seniman muda dan liar ini memang baru beberapa tahun ini terjun ke dunia seni dan musik. Tapi, di jenjang karir yang terbilang belum lama, Alipjon sudah pernah berkolaborasi sama musisi-musisi kenamaan tanah air.

Dipandang Sebelah Mata, Alipjon Bikin Jalannya Sendiri di Dunia Seni

Berawal dari hobi gambar, Alip mulai mengulik dunia seni di 2007. Alip yang sebelumnya enggak punya latar belakang seni sama sekali, belum aware sama seluk-beluk dunia seni yang kompleks dan bernilai tinggi.

Sadar kalau seni adalah hal yang dia minati, Alip nekad untuk menyeriuskan kariernya di dunia seni. Bermodal nyali dan usaha, Alip menggelar solo exhibition pertamanya di 2017. Di awal kariernya, Alip enggak asing sama penolakan dari banyak galeri seni karena masih “belum punya nama”.

Karena itulah, Alip nekad bikin solo exhibition sendiri secara independen. Dibantu teman-temannya, pameran ini digelar di sebuah musala di Kemang. Selain enggak biasa dan unexpected, pameran perdana Alip dapat respon baik dari banyak orang.

Ia pun nekad untuk menggelar solo exhibition perdananya secara independen dengan bantuan dari teman-temannya. Uniknya, pameran pertama Alipjon digelar di salah satu musholla di daerah Kemang dan mendapat respon baik dari banyak orang.

Dari situ, Alip selalu menyempatkan bereksplorasi dengan berbagai medium. Metode seninya spontan dan pakai teknik tradisional—kuas, cat minyak, akrilik, dan alat-alat seni manual lainnya. Kanvas seorang Alipjon juga enggak terbatas sama kanvas konvensional.

Alip bisa sketching di kertas, bon, tembok, bahkan tisu. Alip juga menjadikan lapangan sebagai kanvasnya. Dari karya tersebut Alipjon punya kesenangan tersendiri. Soalnya, hasil karyanya bisa membuat lapangan komplek yang sudah mati jadi hidup lagi.

Walaupun menciptakan karya seni adalah sebuah passion miliknya, Alipjon nggak bisa memungkiri bahwa dunia seni adalah dunia yang berbahaya baginya. Alipjon selalu ditantang untuk terus mengembangkan karyanya dan membuat ‘api’ dalam dirinya untuk terus berkobar.

“Dunia seni kalau buat gue dunia yang berbahaya, dunia yang gelap. Lo harus bisa bawa lentera lo sendiri dan lo harus bisa nyalain api lo sendiri. Kalau lentera lo mati, yaudah lo tersesat dalam situ dan nggak bakal balik.” tegas Alipjon.

Semakin Liar, Semakin Berkobar

Sebagai bahan bakar yang membuat semangatnya terus berkobar, Alip yang pengin berkontribusi lebih ke skena musik menggabungkan seni dan musik dengan berkolaborasi sama banyak musisi tanah air. Salah satunya adalah kolaborasi pertamanya dengan band Kelompok Penerbang Roket, dimana ia mendesain merchandise untuk band rock asal Jakarta tersebut.

Aktif mencari kolaborator, Ia punya kriteria dan syarat tersendiri akan musisi mana saja yang bisa bekerja sama dengannya. Alip harus suka terlebih dahulu dengan musisi tersebut dan suka dengan musiknya, dari segi lirik dan segala aspeknya. Setidaknya, musiknya harus bisa relate dengan dirinya.

Dalam proses pembuatan konsep pun Alipjon selalu berdiskusi dengan para musisi supaya karya yang dituangkan bisa dibuat dengan maksimal.

Salah satu highlight kariernya sebagai seniman di industri musik adalah kolaborasinya dengan grup band rock legendaris Indonesia Slank pada 2019. Di kolaborasi tersebut, Alipjon membuat merchandise untuk album ‘Slanking Forever’ berupa kaos, celana pendek, bendera, dan masih banyak lagi.

Alip juga berkolaborasi dalam pembuatan video klip untuk single dalam album ‘Slanking Forever’, dan diberi kebebasan oleh Kaka dan Bimbim ‘Slank’ untuk memilih lagu tersebut. Alipjon kemudian memilih ‘Jangan Marah’ untuk dibuatkan video klip.

Alip yang merasa relate sama lagu itu karena saat membuat desain merchandise, Alip merasa jenuh dan marah dengan dirinya sendiri. Berangkat dari perasaannya, video klipnya hadir dalam konsep yang menarik.

Proses produksi video klip tersebut dilakukan dengan metode one take dengan musik yang ditampilkan secara live. Di video tersebut Alipjon ‘bermain’ cat di tengah para personil Slank yang mengenakan pakaian serba putih dan dikelilingi backdrop berwarna putih.

Alip juga sempat melakukan performing arts di private party Slank yang diadakan di M Bloc Space, Jakarta Selatan. Di acara tersebut Alipjon membuat ‘AK-92’, senjata AK-47 dengan ujung kuas.

Kolaborasi Alipjon dengan Slank nggak cuma sampai di situ. Setelah menumpahkan karya seninya untuk album ‘Slanking Forever’, Alipjon ditantang langsung oleh Bimbim untuk membuat logo baru Slank. Alipjon pun menamakan logo tersebut dengan ‘Rock N Roll Sun’.

Terus Berkarya Melalui ‘Dosa dan Kesalahan’

Untuk proses penerjemahan karyanya, teknik tradisional udah melekat banget sama Alipjon. Ketika ditanya apakah mau membuat karya dengan teknik digital, Alipjon menjawab bahwa ia sudah pernah mencoba membuat karya dengan bantuan digital, namun merasa nggak cocok dengan dirinya.

Fitur undo yang tersedia di platform digital jadi salah satu alasannya. Ia mengaku, karya yang dibuat olehnya adalah ‘made by sins and mistakes’.

“Karena waktu dulu gue sempet ada kisah dimana gue lagi ikut kelas gambar, gue teriak “woy pinjem penghapus dong”. Terus tiba-tiba si dosennya bilang, “iya ini gue kasih penghapus tapi asal lo tau ya, di dunia ini nggak ada penghapus”. Oke, sejak saat itu gue tidak menggunakan penghapus.” terang Alipjon.

Karier Alipjon di industri seni dan musik memang masih terbilang pendek. Masih banyak rencana-rencana yang dimiliki sama Alipjon untuk bisa terus mengibarkan bendera yang pertama kali ia tancapkan sejak 2017 lalu. Kedepannya, ia ingin selalu membuat gebrakan-gebrakan baru dan terus konsisten dalam berkarya supaya bisa terus berkontribusi pada revolusi.

Gimana? Menarik nggak tuh perjalanan karir Alipjon? Kalau lo mau tau lebih banyak tentang Alipjon dan karya seninya di industri musik, jangan lupa nonton MLDSPOT TV Season 7 Episode 5, “Tukang Gambar di Industri Musik” di YouTube channel MLDSPOT TV. Sekalian, subscribe juga YouTube channel MLDSPOT TV, dan follow Instagram @mldspot buat lihat konten-konten inspiratif lainnya. Get yourself inspired by MLDSPOT!

Comments
Tjong tjauw min
karya seninya di industri musik
Agus Sungkawa
Revolusi Karya Seni