Otniel Christofer nggak pernah menyangka, pekerjaan yang dulunya dia geluti untuk tambahan uang jajan semasa kuliah justru menjadi karir yang ditekuninya sekarang. Selama kurang lebih lima tahun menekuni dunia perkopian, profesi ini justru udah membawa Otniel ke berbagai ajang kompetisi dunia yang bergengsi.
Menjadi wakil Indonesia di World Cup Tasters Championship pada tahun 2015, Otniel baru-baru ini juga menjadi tim Indonesia pada kompetisi seduh manual tingkat dunia di World Brewers Cup 2019 di Boston, Amerika. “Gue dan tim menduduki peringkat 11 dari kurang lebih 30 peserta di seluruh dunia,” cerita Otniel. Eksplorasi terus dilakukan, bahkan saat ini Otniel beralih dari barista menjadi roaster. Simak, kisah inspiratifnya di sini!
Tentang Interaksi dan Menciptakan Rasa yang Bervariasi
Bisa dibilang, dalam satu dekade terakhir, industri kopi memang sedang berkembang dengan cepat. Seiring dengan banyaknya coffee shop yang menyuguhkan rasa, sensasi, dan nuansa yang berbeda, para penggemar baru juga semakin marak nan bergairah mengeksplorasi pengalaman menyeruput kopi.
Tapi, menikmati dan meracik kopi tentu adalah dua hal yang berbeda. Otniel menggeluti hal yang kedua. “Yang membuat gue tertarik dengan industri perkopian adalah interaksi yang terjadi di dalamnya. Baik itu interaksi antar sesama pelaku di industri maupun interaksi antara kita sebagai pelaku dengan para konsumen,” ungkap Otniel.
Selain konteks sosial tersebut, satu hal yang nggak kalah penting adalah luasnya varian rasa yang bisa dihasilkan dari kopi. Variasi rasa kopi inilah yang membuat Otniel beranggapan nggak ada patokan pasti dari kopi yang sempurna. Kopi yang sempurna menurutnya sangat subyektif. “Itu kalau dari segi rasa, ya. Tapi, kalau dari segi konsep, kopi yang baik itu adalah kopi yang dapat membantu kita menjalin interaksi dengan orang lain,” tambahnya.
Proses Trial and Error
Otniel sempat menyinggung kalau karirnya sebagai barista semua bermula dari keinginan untuk menambah-nambah uang jajan. Lama-kelamaan, isu finansial nggak lagi menjadi faktor utama. Ia justru punya ketertarikan untuk mengeksplorasi dan mendalami “misteri” dari perkopian ini. Akhirnya, Otniel memutuskan untuk mengambil kursus singkat di ABCD School of Coffee.
Selain kursus singkat ini, Otniel juga memperluas ilmu mengenai kopi secara otodidak. Ia tekun mempelajari dari berbagai sumber yang berkembang, trial dan error, dan pastinya “berguru” dengan para senior di industri kopi dan aktif berkompetisi. “Kompetisi bisa jadi salah satu medium untuk belajar. Selain itu, pengalaman networking dan berkenalan dengan berbagai macam orang adalah cara lain untuk mendapatkan inspirasi dan wawasan terkait dunia kopi,” tambah Otniel lagi.
Dari Barista ke Roaster
Otniel memulai karirnya dari barista. Namun, akhir-akhir ini ia beralih menjadi roaster. Peralihan ini terjadi tanpa sengaja. Dulu, ketika bekerja di tempat sebelumnya, Otniel diminta untuk membantu roastery yang baru didirikan. Berawal dari situ, kemudian Otniel mendapat peluang-peluang baru menapaki karir di sebagai roaster, dari assistant roaster sampai akhirnya menjadi production roaster.
Ketika ditanya mana yang lebih seru, Otniel menjawab kalau kedua bidang ini memiliki kekuatannya masing-masing. Menjadi barista memberikannya kesempatan untuk bertemu dengan berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sedangkan sebagai roaster, Otniel bisa melakukan eksplorasi lebih dalam mengenai flavor yang terbentuk dari proses roasting.
“Saat ini, gue kerja di KLTR Café & Roastery sebagai Head of Roastery-nya. Gue juga paruh waktu membantu marketing dari brand ini,” terangnya. Otniel juga menambahkan, bahwa dari segi konsep, KLTR adalah coffee bar yang menggabungkan kopi dan bar di bawah satu atap. Salah satu produk yang menjadi ciri khas dari KLTR adalah coffee cocktails yang diracik sendiri. Kontribusi Otniel lebih condong kepada aspek kopi, yaitu melakukan eksplorasi untuk kopi yang akan dirilis, roasting, quality control, dan sesekali membantu kreasi dari coffee cocktails yang disajikan.
Hasil roasting yang dibuat di KLTR juga bisa dibeli di berbagai official online store. “Sejauh ini, antusias dan respons penikmat kopi untuk hasil roasting di KLTR oke banget. Ada banyak masukan yang bikin gue makin bersemangat untuk mengeksplorasi kopi-kopi terbaik dunia, terutama dari Indonesia,” kata Otniel.
Industri Kopi di Indonesia
Salah satu menu yang saat ini populer di Indonesia adalah es kopi susu. Buat sebagian pecinta dan pelaku di industri kopi, tren ini dianggap merusak cita rasa kopi yang sebenarnya. Bahkan, beberapa barista berkomentar kalau menempatkan susu kental manis sebagai bahan dasar dari kopi susu kekinian ini merusak rasa dari espresso.
Bertolak-belakang dengan anggapan tersebut, Otniel sendiri mengaku mengapresiasi kehadiran es kopi susu kekinian. “Tren ini ikut menaikkan minat masyarakat untuk mengonsumsi kopi. Tinggal bagaimana para pelaku di industri kopi bersama-sama memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kopi apa yang dikonsumsi dan proses pembuatannya. Lalu, yang paling penting adalah mencegah terjadinya persaingan yang nggak sehat,” tegas cowok yang memenangkan Indonesia Cup Tasters Championship tahun 2015 ini.
Edukasi mengenai kopi itu penting, salah satunya yaitu memperkenalkan rasa kopi, ada asam, manis, segar, dan nggak melulu pahit. “Kopi nggak selalu harus diminum dengan gula. Dengan menikmati kopi tanpa gula, kita bisa merasakan kualitas asli dari kopi-kopi yang dihasilkan oleh petani kopi,” tutup Otniel.
Bercerita tentang kopi memang nggak pernah ada habisnya. Demikian juga ketika bertutur mengenai passion. Buat para millennials yang saat ini sedang dalam proses pencarian jati diri, Otniel memberikan saran, “You have all the time in the world. Apa yang ingin lo lakukan saat ini, coba aja dulu. Lo nggak akan pernah tahu dan belajar sesuatu sebelum mencobanya!”
Penasaran dengan rasa kopi hasil roasting-an Otniel? Lo bisa cobain langsung di @kltr.jkt, Urbaners!
Comments