Inspiring People
Jumat, 18 Mei 2018

Naufal Abshar: Seniman Muda Mendunia yang Sempat Diremehkan

  • Share
  • fb-share
Naufal Abshar: Seniman Muda Mendunia yang Sempat Diremehkan

Sempat mendapat cibiran semasa kecil, bahkan diremehkan oleh teman-temannya karena hobby melukisnya tak menyurutkan langkah Naufal Abshar untuk menjadi seniman. Pilihan hidupnya semakin mantap setelah ia masuk Lasalle College of the Arts di Singapura.

Saat di bangku kuliah, Naufal sempat bekerja paruh waktu di Art Company Singapura sebagai Art Porter. Dari sini juga ia memberanikan diri untuk memperkenalkan karyanya.

Perjalanannya semakin menemui titik terang setelah Naufal magang di Venice Biennale melalui Indonesia Pavilion selama tiga bulan. Di tempat itu, ia banyak berkenalan dengan seniman lain hingga akhirnya bertemu dengan pemilik galeri di Venesia, Italia. Mereka akhirnya bekerja sama untuk membuka eksibisi karya Naufal Abshar.

Naufal kemudian menggelar pameran bersama teman-temannya di Lithuania. Perlahan nama Naufal Abshar mulai diperhitungkan di dunia seni. Ciri khas karya Naufal didominasi oleh tulisan “Haha”, figur tertawa dengan warna-warni yang tajam.

Karya-karya Naufal penuh warna dan selalu ada kata “haha”, karena memang sedang fokus untuk tema “Haha” series-nya. Karya “haha” ini terinspirasi dari laughter atau sebuah tawaan. Tertawa pada dasarnya adalah suatu ekspresi lucu ataupun bahagia, tetapi sebuah “haha” bisa memiliki arti yang luas. seperti menertawakan diri sendiri, sebuah ejekan ataupun sindiran secara halus. jadi kata “haha” bisa saja mengandung arti yang negative, hanya saja tidak slap in the face.

Menurut naufal, humor itu menghasilkan tawa tetapi tidak semua tawa berasal dari humor, banyak aktivitas-aktivitas ketawa yang diluar dari humor. Dan humor sendiri itu the best way untuk mengkritik sesuatu dengan tidak menyerang langsung kepada yang bersangkutan. Karya “haha” series ini berkonsep menertawakan diri, politik, bahkan ejekan. Baginya, karya adalah sebuah kaca, yakni media untuk mengungkapkan sesuatu “what i see, what i feel, is all about my work”, ujarnya.

Sederet prestasi kemudian mengikuti perjalanan hidupnya. Tahun 2013, Naufal memenangkan peringkat satu di kompetisi live painting Indonesia Art Festival. Wajahnya mengisi sampul cover majalah besar di Singapura. Ia juga kerap menjadi pembicara pada forum seni tingkat dunia. Naufal juga berhasil menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia sebagai The Youngest Fast Artist.

Comments
John Hutabarat
lanjutkan bro
Agung Sutrisno
mengkritik sesuatu dengan tidak menyerang langsung kepada yang bersangkutan.