Inspiring People
Senin, 13 Januari 2020

Mengulik Industri Musik Tanah Air Bersama Wendi Putranto

  • Share
  • fb-share
Mengulik Industri Musik Tanah Air Bersama Wendi Putranto

Yang namanya industri, pastinya bakal melibatkan banyak pihak dengan peran yang beragam. Demikian halnya dengan industri musik, basically nggak terbatas hanya di para musisi dan karya musiknya saja. Masih ada sejumlah elemen penggerak yang ikut menopang jejaring industri musik. Mulai dari label rekaman, platform streaming musik, manajemen musisi, produser musik, teknisi suara, hingga kurator, setiap elemen saling terkait dan saling mendukung satu sama lain.

Anyway, berbicara tentang dinamika musik di Indonesia, nggak akan lengkap tanpa membahas nama yang satu ini. Yes, please welcome Wendi Putranto. Banyak di antara lo mungkin lebih mengenal pria ini dengan sebutan Wenzrawk. Profesi sebagai jurnalis musik, manajer band, penulis, dan dosen musik pernah dijalani sosok yang punya pengaruh besar di industri musik lokal ini.

Perjalanan panjang Wendi berawal dari pembuatan majalah underground Brainwashed yang diterbitkan di tahun 1996 untuk komunitas metal. Berkat majalah itu, dia berhasil mendapat tawaran pekerjaan. Hal yang semula hanya menjadi hobi seketika berubah menjadi profesi. Puncaknya adalah saat dia mendapat tawaran masuk Rolling Stone Indonesia (RSI) dari Adib Hidayat di tahun 2005.

Dari 12 tahun kiprahnya RSI, pengalaman menarik yang diperoleh Wendi salah satunya adalah saat bertemu dengan vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson. Pertemuan yang terjadi di Singapura itu bahkan menjadi semakin nggak bisa dilupakan karena dia merupakan satu-satunya jurnalis yang berkesempatan melakukan wawancara dan diajak mengelilingi backstage. “Dengkul yang gemetaran masih terasa, jantung yang berdetak kencang masih terasa,” ujar Wendi.

Wendi Putranto sedang meeting bersama tim-nya

Sementara itu, nggak jauh beda dari karir sebagai jurnalis, karir Wendi sebagai manajer band juga dimulai di tahun 1996. Saat itu, dia menjajal kemampuannya bersama sebuah band hardcore bernama Step Forward. Pengalaman itulah yang kemudian menjadi proses pembelajaran pertamanya sebagai manajer band. Namun demikian, dia sempat meninggalkan posisi manajerial dan terjun ke gedung DPR di masa transisi menuju tahun 1998.

 

Mengubah Impian Menjadi Pengalaman Berkesan

Berlanjut ke tahun 2000, Wendi kembali meneruskan pekerjaannya di media. Setelah berpindah dari satu media ke media lain, dia akhirnya bertemu dengan pentolan The Upstairs, Jimi Multhazam, dan bergabung dengan manajemen band tersebut di penghujung tahun 2003. Dia pun sempat menghantarkan The Upstairs untuk menjadi bagian dari major label dan meraih penghargaan Best New Alternative Band dari AMI Awards.

Wendi Putranto sedang memilih cd musik

Fast forward ke tahun 2010, Wendi memutuskan untuk berhenti dari manajemen The Upstairs dan fokus menjadi editor RSI. Bersama RSI, dia membagikan pengetahuan dan pengalamannya di industri musik lewat buku “Music Biz: Manual Cerdas Menguasai Bisnis Musik”.

Tapi, sebenarnya seberapa penting sih peran jurnalis musik? Well, kalau menurut Wendi penting banget, Urbaners. Soalnya, jurnalis musik berperan dalam membentuk narasi sekaligus mengangkat talenta baru agar lebih diperhatikan publik. “Esensi dari jurnalisme musik, merekalah yang menuliskan sejarahnya. Semua keajaiban di atas dan di belakang panggung atau di studio rekaman didokumentasikan oleh teman-teman jurnalis musik,” jelasnya.

Di sisi lain, terkait manajerial band dalam kaitannya dengan bisnis musik, Wendi mengungkapkan bahwa basically seorang manajer berperan dalam menjadikan sebuah band dapat berfungsi pula sebagai brand. Di samping itu, manajer berperan dalam mengawinkan musik dan bisnis agar semua rencana yang ada dalam manajemen bisa berjalan.

Saat ini, Wendi telah memiliki manajemen band-nya sendiri yang bernama Brainwashed Management, yang dikelola bersama seorang temannya. So far, band yang telah tergabung dalam management company tersebut adalah Seringai.

Nggak hanya itu, Wendi pun pernah menjadi Chief Operating Officer (COO) untuk Hammersonic Festival, salah satu festival musik cadas terbesar se-Asia Pasifik. Dia bahkan telah membagikan pengalaman dan pengetahuannya tentang manajemen band dan artis dengan menjadi dosen jurusan Music Business di SAE Institute.

Yang terbaru dari Wendi, tahun ini dia ikut mendirikan M Bloc Space dan memegang posisi Program Director. Melalui creative space tersebut, dia dan para pendiri lainnya ingin menghadirkan ruang gigs yang sustainable dan bisa digunakan setiap hari secara reguler oleh para musisi pendatang baru maupun yang sudah lama berkecimpung. “Saya sempat bercita-cita punya venue musik. Ini mimpi kedua saya yang jadi kenyataan setelah yang pertama bergabung dengan RSI,” katanya.

Wendi Putranto menggunakan topi David Bowie dan kaos Seringai

Last but not least, untuk 10 tahun ke depan, Wendi memprediksikan bahwa akan ada angin segar untuk industri musik di Tanah Air. Dari sudut pandangnya, semua akan jauh lebih demokratis dan dapat diakses oleh segala kalangan pendengar musik. “Semuanya akan menjadi lebih bebas, terbuka, dan demokratis bagi para pendengarnya,” tutupnya.

Dari kisah Wendi di atas, bisa dilihat bahwa masing-masing profesi di industri musik punya peran yang sama-sama penting dalam membangun dan mengembangkan ekosistem yang ada. Penasaran dengan kisah Wendi selengkapnya? Langsung cek MLDSPOT TV Season 5 episode 9 dengan tema “Life Around the Stage” di YouTube Channel MLDSPOT TV. Pastikan lo sudah subscribe, and get yourself inspired!

Comments
Agung Sutrisno
Esensi dari jurnalisme musik,
Epul Saepuloh
Industri musik