Inspiring People
Kamis, 23 Januari 2020

Banting Setir Dari Programming ke Doodle, Ini Sosok David Wijaya

  • Share
  • fb-share
Banting Setir Dari Programming ke Doodle, Ini Sosok David Wijaya

Jalan kehidupan memang nggak bisa ditebak. Seringkali, walaupun udah memilih jurusan kuliah, ujung-ujungnya lo akan bekerja di bidang yang berbeda. Namun, satu hal yang pasti, semangat, kerja keras, berani mencoba hal-hal baru, dan nggak mudah putus asa adalah kunci keberhasilan dalam hidup.

Semangat inilah yang sejatinya ada pada diri David Wijaya, seorang entrepreneur yang banting setir dari programming ke illustrator doodle. Sempat mendapatkan tawaran kerja setelah kuliah, David justru memilih jalan yang bertolak belakang dari jurusan yang diambilnya. Simak cerita David hingga menjadi ilustrator jagoan seperti sekarang!

 

Cerita Menarik tapi Penuh Risiko

“Kalau orang dengar kisah gue, pasti anggapannya menarik, padahal realitanya penuh risiko,” kata David memulai cerita. Alumni Teknik Informatika, STMIK-STIE Mikroskil Medan ini mengaku sebenarnya sudah sejak lama menyenangi beberapa kegiatan yang bertolak belakang dengan dunia IT yang ditekuninya semasa kuliah. Ia hobi menulis di blog, senang berorganisasi, edit gambar, dan doodling.

Pada akhirnya, David mantap memilih doodling sebagai pilihan karirnya. Bisa dibilang, ia selalu mempelajari doodling secara otodidak, misalnya dengan iseng corat-coret di buku pelajaran, hingga jualan kartu ucapan dan gambar dinding.

Salah satu karya doodling David Wijaya.

“Gue kuliah di IT, tapi malah nggak sempat kerja di bidang ini. Sempat ditawarin kerja ketika kuliah sudah hampir selesai, tapi gue mikir, kalau diterima gue sudah bisa memperkirakan masa depan gue seperti apa. Sebaliknya, kalau gue beralih ke bisnis doodle, risikonya ada dua: antara gagal atau bakal sukses jadi entrepreneur di bidang yang gue inginkan,” demikian pengakuan David.

Namun, seperti kisah-kisah sukses pada umumnya, karya-karya David nggak langsung menemukan peminatnya. Selama enam bulan, hanya sedikit yang tertarik membeli karyanya.  Kalaupun ada, pendapatan yang diterima David nggak sebanding dengan gaji teman-temannya yang bekerja di bidang IT.

Orang tua David sempat mengomel, kenapa nggak mau kerja seperti orang pada umumnya saja, malah di rumah gambar-gambar nggak jelas. “Gue pernah berada di posisi penuh pertimbangan untuk menerima ajakan nongkrong teman. Sampai-sampai gue siasati untuk makan dulu di rumah, baru nongkrong, atau beli minuman saja, karena uangnya nggak cukup,” kenang David.

Doodle paper karya David Wijaya

Penghematan seperti ini membuat David bisa mempertahankan bisnisnya. Pendapatan yang kecil bisa diimbangi dengan pengeluaran yang lebih kecil. Kiat inilah yang pada akhirnya bisa membuat David dan bisnis doodle-nya bertahan di saat krisis sekalipun. “Ya, kita harus tahu dirilah. Ketika memang nggak ada uang, ya nggak usah mengeluarkan uang yang nggak perlu,” tukasnya.

 

Usaha Membuahkan Hasil

Singkat cerita Urbaners, usaha David lama-kelamaan membuahkan hasil. Brand Doodle Art DWSkellington miliknya semakin mencuri perhatian masyarakat dengan 200 varian produk yang dimiliki. Karya unik dari David bisa didapatkan dalam bentuk bantal, pin, kartu ucapan, sampai kaos. Semua doodle-nya pun terlihat lucu dan menggemaskan! Kalau lo penasaran, lo bisa cek akun Instagram-nya di @dwskellington.

Nggak hanya menjadi produsen karya-karya kreatif doodling, David juga sering didapuk menjadi pembicara inspiratif. Ia sering berbagi cerita tentang bagaimana menjadi wirausahawan muda yang sukses dengan segala tantangannya. Di Januari 2019 lalu, David menjadi guest speaker untuk acara “Canon Roadshow: Share Your Passion with Darwin Wu” di Universitas Pelita Harapan (UPH), Medan. Sebulan kemudian, ia menjadi pengisi Live Talkshow di TVRI Medan untuk berbicara seputar inspirasi bisnis kreatif. David juga menjadi narasumber di kanal Spotify Millenial Podcast @millenialpwr Episode 013 mengenai pengalaman bisnis doodle art serta kegiatan-kegiatan inspiratif lainnya.

 

Konsisten dan Jangan Males

Proses pengerjaan karya yang dilakukan David

Menjadi narasumber insipiratif yang berbagi cerita mengenai suka duka sebagai wirausaha muda membuat David semakin yakin kalau musuh menjadi wirausaha sejati adalah kemalasan dan inkonsistensi. “Anak muda seringnya banyak yang belum tahu arah hidupnya mau kemana. Hal ini sebenarnya wajar sih. Tapi, untuk menjadi berbeda dari orang-orang lain, beranikanlah diri untuk mencoba hal-hal baru dan menemukan ciri khas lo sendiri,” saran David.

David sendiri selalu memberikan sentuhan personal untuk setiap karya-karyanya. Setiap karya David dibuat secara handmade dengan pengerjaan cukup cepat, sekitar 1-2 hari. Proses yang cepat dan hasil yang bagus menjadi pembeda antara produk David dengan produk sejenis lainnya.

Kartu pop up handmade karya David

Nah, buat yang sudah tahu mimpinya apa, jangan malas untuk mengejar mimpinya dan kejar dengan penuh kesabaran. Anak muda seringnya nggak sabar dan senang membandingkan diri dengan orang lain, khususnya dari sosial media. Padahal nih, kesuksesan orang nggak bisa dibanding-bandingkan, Urbaners! Yang perlu lo lakukan adalah menikmati semua proses dan jangan terlalu ambisius, karena hidup nggak hanya sekedar tentang uang.

David juga menggarisbawahi tentang pentingnya semangat pengembangan diri, jangan pernah bosan untuk mencari inspirasi dan belajar. “Kalau gue suka cari inspirasi dari YouTube, Pinterest, brand sejenis, dan sesama seniman. Intinya sih, jangan sampai kita malas untuk belajar dari orang lain,” jelas pengusaha doodle yang setiap harinya bisa menerima 10-30 pesanan ini. So, are you ready to work on your passion, Urbaners?

 

Comments
John Hutabarat
Keren nih bro
Riza Astuti
Cerita Menarik tapi Penuh Risiko