Untuk mencegah penularan virus Covid-19, sejak Maret 2020 lalu, pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk mematuhi aturan social distancing. Adanya pandemi dan peraturan ini tentu menyulitkan kita untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan di luar rumah. Meskipun di rumah saja, bukan berarti jadi harus santai dan malas-malasan, Bro. Justru lo harus memanfaatkan kesempatan karantina di rumah dengan melakukan kegiatan-kegiatan produktif seperti olahraga!
Bersepeda secara virtual dengan Zwift Indonesia (ZID) misalnya, bisa jadi alternatif kegiatan yang bisa lo lakukan. Komunitas ZID hadir dengan membawa solusi bagi orang-orang yang ingin tetap bugar selama masa karantina, yaitu bersepeda online dengan Zwift. Buat yang belum tahu, Zwift adalah sebuah virtual training dari Amerika Serikat di mana lo bisa seru-seruan sepedaan virtual bersama orang-orang dari seluruh dunia.
Berawal dari Cedera
ZID awalnya didirikan oleh Imam Santoso, ketika sedang mencari alternatif berolahraga yang aman walaupun sedang cedera. “Karena cedera, saya harus diam di rumah untuk recovery, sedangkan waktu itu saya sudah daftar Triathlon Ironman. Makanya saya cari cara untuk latihan indoor,” ceritanya. FYI, Triathlon Ironman adalah kompetisi di mana seseorang harus berenang, bersepeda, dan berlari dalam kurun waktu 16--17 jam, Bro.
Santoso bercerita bahwa ia sudah mencoba berbagai aplikasi indoor cycling tapi hanya Zwift yang pas dan cocok baginya. Ia merasa Zwift adalah sesuatu yang baru di dunia balap sepeda virtual. “Ada power up-nya, bisa team race, dan mengatur rute sepeda. Pokoknya lengkap deh! Lalu saya pun mulai meracuni teman-teman sepedaan untuk ikutan. Hahaha,” gelak Santoso.
Kian Meroket sejak Pandemi Corona
Sulitnya untuk beraktivitas di luar rumah sejak pandemi Covid-19 membuat banyak kegiatan outdoor terpaksa dilakukan indoor. Kesulitan ini pun dirasakan para cyclist. Kondisi ini pun membuat trend indoor cycling dengan Zwift melesat. Terbukti sekarang anggota ZID meningkat pesat dengan jumlah anggota sekitar 5.000 orang dari seluruh penjuru Indonesia.
“Pas awal-awal sih paling peningkatan anggotanya hanya 100 orang per tahun, karena yang ikut kan pemain-pemain lama di dunia gowes. Memang cukup banyak tapi masih lebih sedikit dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Thailand dan Filipina. Nah, baru ketika ada pandemi ini, anggota kita langsung melonjak drastis. Sampai-sampai saya harus bikin beberapa grup WhatsApp karena sudah nggak bisa menampung banyaknya orang yang mau join,” imbuh Santoso.
Memasyarakatkan Zwift
Anggota ZID awalnya berkomunikasi via WhatsApp, namun seiring bertambahnya anggota baru, dibuatlah Facebook Group, Instagram, dan Telegram. Melalui platform-platform tersebut, mereka biasa menjadwalkan kegiatan-kegiatan rutin seperti gowes sebelum buka puasa, group ride, team race dan turnamen-turnamen lokal maupun internasional lainnya.
Santoso mengaku tujuannya mendirikan ZID adalah untuk memasyarakatkan masyarakat dan memasyarakatkan Zwift. Menurutnya, Zwift harus dicoba para pecinta gowes apalagi yang berada di kota-kota besar dan sulit menemukan waktu untuk bersepeda. “Kebanyakan orang bersepeda kan hanya pas weekend saja, nah dengan Zwift ini mereka nggak perlu repot-repot mandi atau ganti baju dulu, bahkan baru bangun tidur pun sudah langsung bisa gowes,” katanya sambil tertawa.
Selain menjadi alternatif kegiatan pada masa karantina, Zwift juga adalah solusi untuk menurunkan angka kejahatan dan kecelakaan ketika bersepeda. “Kalau sepedaan di jalanan kan banyak rintangannya, seperti bisa disalip angkot, ditabrak mobil, dan belum kalau ada begal. Jadi kami memperkenalkan solusi bagi para cyclist untuk bisa gowes dengan aman,” ujar Santoso.
Nggak Mengurangi Esensi Bersepeda
Salah satu tantangan ZID untuk terus mengembangkan komunitasnya adalah mengubah mindset para cyclist agar mempertimbangkan beralih ke indoor cycling yang lebih aman dan nyaman. “Mereka kebanyakan masih idealis, belum mengerti asyiknya gowes di rumah. Dikira indoor cycling itu membosankan karena lihat tembok terus, padahal kan lihatnya layar yang ada pemandangannya juga,” jelas Santoso yang sudah menekuni Zwift sejak akhir tahun 2015.
Bersepeda memang identik dengan berolahraga sambil menikmati pemandangan rute sepeda yang dilewati. Meskipun nggak dilakukan di luar ruangan, Santoso merasa hadirnya Zwift nggak akan mengurangi esensi dari bersepeda. “Zwift justru seperti terobosan baru bagi dunia gowes karena menawarkan banyak keunggulan dan fasilitas yang nggak bisa kita dapatkan dengan outdoor cycling,” tegasnya.
Di akhir pembicaraan, Santoso menjelaskan bahwa keasyikan indoor dan outdoor cycling nggak bisa dibandingkan. Ia merasa bahwa keduanya sama-sama punya kelebihan dan kekurangan, jadi nggak bisa memilih mana yang lebih baik. “Tapi kalau untuk sekarang tentunya saya prefer indoor cycling, karena mau keluar nggak bisa juga kan,” tutupnya.
Nah, apakah lo tertarik untuk bergabung dengan Zwift Indonesia dan memulai keseruan balap sepeda secara virtual? Kalau ingin tahu lebih jauh seputar kegiatan-kegiatan yang diadakan Zwift Indonesia, lo bisa langsung join komunitas ZID di Facebook dan ikuti Instagram-nya saja, Bro!
Comments