Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusama, atau sering disebut Sultan Agung, merupakan Sultan Mataram ketiga dari tahun 1613-1645. Keganasan Sultan Agung terhadap kekejaman VOC menjadikan Kesultanan Mataram disegani di seluruh Indonesia. Dedikasi Sultan Agung tersebut juga menjadi latar belakang terbitnya SK Presiden untuk menetapkan Sultan Agung sebagai pahlawan nasional pada tahun 1975.
Untuk menjaga ingatan, pendiri Martha Tilaar Mooryati Soedibyo dan sutradara Hanung Bramantyo membuat film Sultan Agung dengan nama Sultan Agung The Untold Story. Film yang udah memasuki proses editing ini akan tayang akhir tahun. Seperti apa jalan ceritanya?
Bercerita tentang diangkatnya Sultan Agung, percintaan dan perlawanan terhadap VOC
Ketika pertama kali dilantik menjadi Sultan Mataram, umur dari Sultan Agung ini masih 20 tahun. Walaupun berumur sangat muda, Sultan Agung benar-benar tidak gentar dengan para pesaing kerajaan lain. Setelah Pasuruan dan Surabaya ditaklukkan, Sultan Agung berencana menaklukkan Batavia yang sedang dikuasai oleh VOC.
Nggak gentar dengan kekuatan VOC, Sultan Agung berturut-turut mengirim 10 ribu dan 14 ribu tentara pada tahun 1628 dan 1629. Walaupun secara keseluruhan penyerangan tersebut gagal, serangan Sultan Agung ini termasyur karena strateginya yang sangat jitu.
Diprakarsai oleh Mooryati Soedibyo
Dilansir dari bintang.com, founder dari Martha TIlaar Mooryati Soedibyo ini ingin berdedikasi secara langsung kepada masyarakat Indonesia. Mooryati Soedibyo kemudian mendirikan Mooryati Soedibyo Cinema dan menjadi eksekutif produser di film Sultan Agung The Untold Story. Film ini diperkirakan menghabiskan dana hampir 15 miliar dan semuanya ditanggung oleh rumah produksinya.
“Terutama kalangan genersi muda yang hidup di tengah gempuran modernisasi agar nilai-nilai luhur sejarah, patriotisme, nasionalis, dan humanis tetap dijaga dan dipertahankan sebagai identitas bangsa,” ujar Mooryati seperti dilansir dari bintang.com
Film ini sempat menjadi bahan perbincangan setelah foto rilisnya dikritik secara langsung oleh anak dari Sultan Hamengkubowo X, Gusti Kanjeng Ratu Bendara. Putri keraton tersebut mengatakan bahwa parang yang digunakan oleh Sultan Agung ini terlalu kecil. Makin penasaran kan, apakah kritikan dari putri keraton tersebut bisa dijawab dengan karya yang epic oleh Hanung?
Source: bintang.com
Comments