Untuk Menang, Perlu Komitmen: Kisah Danny Oey Wirianto
Seni mengenal diri sendiri adalah fondasi. Danny Oey Wirianto mengalami perjalanan hidup yang seru. Ada banyak inspirasi yang bisa digali.
Memulai bisnis adalah sebuah persoalan yang tidak mudah. Salah satu faktor utama yang bisa dibilang cukup penting adalah keberanian. Ada banyak potensi perubahan nasib yang mengintai. Semuanya bisa dikalkulasi asalkan punya bekal yang cukup.
Danny Oey Wirianto, memulai belokan tajam dalam hidupnya ketika krisis moneter menghantam Amerika Serikat. Perusahaan yang ia rintis tiba-tiba kehilangan klien, persaingan makin keras. Fakta bahwa ia pendatang di tanah orang merupakan faktor pemberat. Padahal, ia baru mulai bangun dari kesulitan hidup yang menderanya.
Pilihan yang tidak mudah harus diambil; pulang ke Indonesia dan memulai bisnis di kampung halaman. Ada lagi fakta berat: Pengalaman berkarya di bidang e-commerce ternyata tidak begitu berpengaruh. Ladang berkarya di Indonesia ternyata berbeda seratus delapan puluh derajat dari apa yang ia temui di Amerika Serikat.
“Pas gue balik ke Indonesia, mencoba memulai semuanya sendiri lagi dari awal, ternyata gue harus buang itu semua ‘e’ di depan kata yang gue percaya ada. Nggak ada e-commerce, e-banking apalah itu. Di sini gue harus belajar lagi dari nol. Kaget, tapi ya coba dijalani,” kenangnya.
Indonesia adalah sebuah pertempuran baru. Tapi, di sanalah ia menemukan peluang penting yang mengubah jalan hidupnya.
“Gue ikut pitching. Dan idenya disukai sama klien. Itu klien gila sih, dia berani coba hal baru dengan hire gue. Bayangin aja, orang baru balik, anak muda, nggak punya apa-apa, eh menang. Udah gitu, gue minta DP di depan lagi. Dari sana, gue bisa bikin kantor pertama untuk belajar mengerjakan project sesuai dengan kebutuhan si klien. Ada keberanian di sana,” lanjutnya.
Tahapan berkembang. Kantor kecil yang ia rancang mulai menemukan titik cerahnya.
“Tapi gue masih harus tinggal di kantor. Nggak bisa sewa rumah sendiri. Harus belain bayar pegawai. Di situlah gue belajar banyak,” matanya menerawang mengenang fakta ini.
Pengorbanan yang dilakukan, ternyata memang membuka jalan. Perusahaan itu, dengan etos kerja keras yang dimiliki, berjalan sesuai harapan. Waktu membuktikan. Hari ini, Danny punya banyak bisnis yang dimulai dengan spirit yang sama.
“Bisnis itu bisa direplikasi. Sekali-kali gagal, tapi faktornya menurut gue adalah mengenali diri sendiri. Kalau kita mau sukses, yang kita butuhkan adalah mengetahui diri kita sendiri,” paparnya.
Pengenalan pada diri sendiri pula membuatnya berbelok drastis di masa lalu. Tidak banyak yang tahu bahwa Danny memiliki pendidikan dasar seni murni. Sesuatu yang sama sekali berjauhan dari bisnis.
“Dari seni gue belajar. ‘Kenapa sih orang bisa bikin lukisan Monalisa, tapi gue nggak bisa?’. Dulu gue nggak bisa melukis. Tapi dari latihan yang terus menerus akhirnya bisa. Sampai bisa bikin lingkaran tutup mata bisa nyambung titiknya. Seni membuat gue belajar banyak hal; hal-hal detail, cara pandang yang lain, garis besar persoalan. Ketika dipraktekan di bisnis, semua konsepnya masuk. Cara berpikir itu yang gue pelajari dari seni. Termasuk bagaimana bisa meyakinkan orang lewat karya kita. Bagaimana membuat konsep yang kita punya bisa relevan untuk orang lain dan membuat orang tergugah untuk menikmati karya kita,” jelasnya.
Danny adalah sosok yang lengkap. Itu mungkin menjelaskan bagaimana perjalanan kerasnya membuat semesta bisnisnya berkembang kemana-mana. Sejarah mencatat ia menjadi salah satu orang di balik sukses banyak perusahaan digital di Indonesia model Kaskus, Semut Api Colony, Merah Putih Inc., Kincir.com, Bolalob.com, Mindtalk.com dan beberapa nama lainnya.
“Bisnis itu bisa direplikasi. Sekali-kali gagal, tapi faktornya menurut gue adalah mengenali diri sendiri.”
Kisahnya tidak berhenti. Sekarang, ia sedang terlibat dalam sebuah proyek besar yang punya guna untuk orang banyak. “Sayang gue belum bisa bilang. Tapi ini sesuatu yang punya guna untuk orang banyak dan bikin bahagia. Sesuatu yang bagus untuk Indonesia,” terangnya.
“Satu hal yang jadi tantangan adalah komit sama apa yang kita pikirkan. Itu bagian paling berat,” tutupnya. Komitmen menjadi benang merah yang membawanya sampai ke titik ini. Tentu saja, ada banyak hal menyusul di masa depan yang bisa didapat darinya. (*)
Lebih jauh dengan Danny Oey Wirianto: