Tidak Pernah Cukup untuk Tulus
Album barunya dirilis beberapa pekan yang lalu. Ada sesuatu yang lebih besar dalam karya musik Tulus. Menampilkan beberapa lagu langsung di atas panggung pun menjadi hal yang dinantikan.
Tulus merupakan salah satu penampil yang ditunggu-tunggu di Prambanan Jazz 2016. Bermain di hari kedua, ia mengakhiri sesi festival sebelum masuk ke special show. Kali ini, yang ia sajikan bertambah. Beberapa lagu dari album ketiganya yang baru dirilis, Monokrom, menghiasi set yang ia mainkan.
Dengan sendirinya, itu membuat materi-materi yang disajikan makin kaya dan bertambah warna.
Di Prambanan Jazz 2016, ia memainkan sejumlah lagu-lagu dari album Monokrom. Ruang Sendiri, single terbarunya, Tukar Jiwa, Monokrom dan Pamit yang hari itu menutup set. Tentunya, beberapa lagu lama yang menjadi favorit penonton seperti Teman Hidup, Gajah, Sewindu dan Jangan Cintai Aku Apa Adanya tetap dimainkan.
Datang dengan album baru yang dirilis dan dimainkan di atas panggung, membuat Tulus menampilkan sesuatu yang berbeda ketimbang biasanya. Yang lebih seru, di beberapa kesempatan, ia dengan rendah hati mencoba membangun komunikasi dengan penonton untuk menayakan respon mereka terhadap materi-materi baru di Monokrom.
Memberikan porsi besar pada materi-materi ini seolah menjadi alat promosi yang baik untuk mendukung penjualan Monokrom.
Aksi panggung yang piawai dan fasih, juga membuat Tulus memesona penonton. Di depan ribuan orang, seperti biasa, ia berhasil menyihir mereka yang datang. Ratusan mungkin secara khusus menantikannya bermain.
Kehangatan selalu menjadi aura yang berhasil diulang dan ditampilkan dari aksi panggungnya. Di Prambanan Jazz 2016, tidak ada yang berbeda, kedua faktor itu tetap tersaji dengan baik.
Ketika pada akhirnya ia memainkan Pamit sebagai penutup setnya malam itu, teriakan sesal meluncur dari penonton. Rasanya kurang lama dan seharusnya lebih panjang. Padahal, Tulus sudah menjalankan fungsinya dengan baik, memainkan banyak lagu untuk para penonton. Ia dicintai, dan rasanya apapun yang dimainkan di atas panggung tidak pernah cukup untuk orang banyak.