Semoga Sir Dandy Terus Menghibur
Sebagai seorang seniman lintas disiplin, Sir Dandy dikenal punya reputasi yang bagus. Irisan antara seni lukis dan musik begitu kental. Yang paling kentara adalah kemampuannya menciptakan hiburan yang punya efek berpikir di belakang. Di balik kejenakaan yang ia hadirkan, sering kali pendengar atau penikmat lukisannya dibawa bertualang jauh ke wilayah yang kadang miris.
Di musik, ia lebih dikenal terlebih dahulu sebagai vokalis Teenage Death Star, band ugal-ugalan yang terbagi di dua garis geografi, Jakarta dan Bandung. Band itu diisi oleh para pelaku musik legendaris yang telah membuat banyak hal bersama-sama.
Proyek solonya, dengan nama Sir Dandy, punya wajah yang beda. Tahun 2011, beberapa tahun setelah hijrah ke Jakarta dari Bandung, debut album “Lesson #1” dirilis. Ketika mulai menulis lagunya sendiri, ia baru bisa memainkan gitar beberapa bulan. “Gue tuh nggak bisa bawain lagu orang. Solusinya bikin lagu sendiri,” katanya.
Lesson #1 kemudian diisi oleh lagu-lagu yang ia tulis berdasarkan pengalamannya masuk ke Jakarta. Beberapa di antaranya kemudian jadi ikonik seperti ‘Jakarta Motor City’ atau anthem kocak ‘Anggur Merah’. Tahun berlalu, Sir Dandy pun sempat tersesat di kesibukan lain dan meninggalkan musik. Kembalinya perlu bertahun-tahun. Di 2019 yang lalu, ia merilis EP baru berjudul “Intermediate”. Seiring perkembangan zaman, isu-isu yang ia tampilkan pun berkembang. Salah satunya adalah single ‘Mudah-Mudahan Ramai Terus (MRT)’ yang menampilkan komedian Soleh Solihun.
Perjalanan Sir Dandy makin menarik dan belakangan, ia jadi lebih sering tampil dengan format band pendukung. Salah satunya pada sesi MLDPODCAST Season 1 Episode 2.
Sir Dandy, bisa jadi memang jelmaan dari karyanya; pelajaran yang terus bergerak. Dari kisahnya, pilihan menjadi seniman bisa dihidupi dan dijalani dengan suka hati. Hari ini, bisa jadi musik yang sedang jadi corong utamanya. Lain kali, bisa jadi ia kembali ke lukisan atau bisnis interior yang juga kerap kali dijalaninya.
“Kalo diibaratkan, hidup gue tuh kanvas polos. Nah, cabang ini tuh warnanya. Jadi ngelukis tuh warna merahnya, musik itu warna birunya, interior tuh warna hijaunya, jadi semuanya ngewarnain kanvas gue yang kosong,” katanya berfilosofis.
Semoga ia panjang umur dan terus menghibur. Mari diamini.