Rentan Diretas, Militer Amerika Serikat Kandangkan Drone DJI
Pesawat nirawak atau biasa disebut drone memang tengah marak saat ini. Mulai dari mereka yang sekadar hobi hingga fotografer profesional yang memanfaatkan drone untuk estetika pengambilan foto maupun video. Beberapa merek drone banyak beredar di pasaran seperti Parrot, Hubsan, Syma atau DJI dengan range ratusan ribu hingga belasan juta rupiah.
Salah satu merek paling populer di kalangan penggemar drone adalah DJI. Produk buatan China ini banyak digunakan baik itu oleh perorangan, perusahaan swasta hingga kalangan pemerintah. Mungkin Urbaners yang suka drone juga akrab dengan merek DJI?
Namun, penggemar DJI kini mesti wanti-wanti. Bukan tanpa alasan, pasalnya, militer Amerika Serikat melalui pimpinan tertinggi angkatan daratnya memerintahkan semua direktorat dan sub-ordinat yang dinaunginya untuk tidak lagi menggunakan drone yang diproduksi perusahaan China, SZ DJI Technology Co Ltd.
Dalam memo US Army yang dilansir VOA awal Agustus silam, alasan keamanan menjadi pertimbangan. Militer AS menilai produk-produk DJI rentan serangan siber dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Bahkan berpotensi menjadi ancaman militer bagi AS.
Pihak militer selanjutnya meng-grounded seluruh drone, sistem, komponen, maupun perangkat lunak buatan DJI. Tindakan ini juga termasuk menghapus aplikasi, mencopot baterai dan media penyimpanan serta mengamankan peralatan yang berhubungan dengan DJI.
Langkah ini sepertinya merujuk pada hasil penelitian Army Research Laboratory dan pihak Angkatan Laut AS terhadap sejumlah produk DJI pada Mei lalu. Kedua lembaga tersebut menemukan bahwa produk asal China itu rentan terhadap serangan siber.
Menanggapi hal ini, pihak DJI mengaku terkejut. Mereka juga kecewa karena militer AS tak melibatkan pihak DJI meneliti keamanan produk. "Kami akan menghubungi militer AS untuk mengonfirmasi memo tersebut dan untuk memahami apa yang secara khusus dimaksudkan dengan 'kerentanan siber', lanjut juru bicara DJI.
Isu keamanan drone DJI ini bukanlah pertama kali. Medio 2016 silam, SZ DJI Technology Co Ltd selaku produsen dituduh bersekongkol dengan Pemerintah China. Mereka dituding menyuplai informasi pengguna ke pemerintah.
Untuk Urbaners ketahui, DJI menguasai 70 persen pangsa pasar drone secara global, termasuk pasokan untuk pihak militer. Dalam analisa yang dirilis Goldman Sachs dan Oppenheimer itu, nilai transaksi DJI diperkirakan mencapai lebih dari US$ 100 miliar. Nilai yang cukup fantastis bukan.
Source: Okezone.com, voanews.com