Penyajian Ulang ala Deredia
Menyajikan ulang musik di salah satu era keemasan Indonesia memerlukan keberanian, termasuk di dalamnya konsekuensi untuk berdandan lawas. Deredia memilikinya.
Menjelang maghrib, salah satu panggung Jazz Goes to Campus ke-39 (JGTC) kedatangan Deredia, quintet asal Jakarta. Sedikit nyeleneh dari konsep jazz yang konservatif, band ini mempertontonkan interpretasi mereka dari serangkaian riset perjalanan ke masa lalu mengulik musik Indonesia di era 50-an.
Beberapa waktu yang lalu, Deredia merilis debut album mereka, Bunga & Miles. Selain itu, mereka juga berpartisipasi di album kompilasi OST. Tiga Dara yang dibuat untuk merayakan film musikal legendaris Indonesia, Tiga Dara, yang dirilis ulang versi restorasinya.
Secara khusus, band ini bisa memotret musik Indonesia 50-an yang ingin mereka tampilkan kembali. Selain dengan dandanan lawas, pilihan instrumen juga mendukung. Mereka menggunakan kontra bas dan grand piano, beberapa microphone yang digunakan juga bermodel lawas. Lalu, bagaimana dengan musiknya?
Deredia bisa dibilang mampu untuk mempertanggungjawabkan pilihan yang mereka ambil. Musiknya berhasil memprovokasi orang untuk berdansa mengikuti nada-nada yang dilantunkan. Kadang ada swing, kadang ada chacha dan kadang ada bossanova juga dimainkan. Perpaduan yang gado-gado ini, sesuai sekali dengan image keseluruhan yang coba ditampilkan.
Menyaksikan Deredia memainkan lagu-lagu mereka meninggalkan kesan yang mendalam.
Buat generasi sekarang, bisa jadi, musik-musik seperti Deredia bisa menjadi penyambung yang baik bagi perkenalan lebih dalam dengan sejarah masa lalu musik Indonesia yang memang penuh gelora. Dari literatur-literatur yang tersedia –namun terbatas— memang musik Indonesia di era itu penuh dengan eksplorasi dan bisa membuat definisi yang baik tentang negeri ini dari kacamata seni suara.
Pilihan JGTC untuk mengajak band ini bermain juga bisa dianggap cerdas. Musik-musik penuh eksplorasi seperti ini, memang sudah sepantasnya dapat tempat yang lebih besar untuk bisa diketahui dan dinikmati oleh orang banyak. Video di halaman ini rasanya bisa menjawab kenapa mereka perlu untuk didengarkan oleh orang banyak, kan?