Pemuda Sinarmas, Bersinar Menjadi Cassette Jockey
Urbaners, masih ingat sama benda berbentuk kotak dengan gulungan pita yang menyimpan musik? Apalagi kalau bukan kaset? Di era 80 sampai 90-an, mungkin lo pernah ngalamin harus muter pita kaset untuk mendengarkan lagu favorit. Namun, memasuki tahun 2000, kaset perlahan mulai hilang digantikan dengan CD dan media penyimpanan lain yang sifatnya digital, lebih mudah, dan praktis.
Karena punya nilai nostalgia dan sejarah yang kuat, Muhammad Fajrintio nggak mau kaset punah begitu saja di era digital. Dengan nama panggung “Pemuda Sinarmas”, ia menggagas aliran musik baru dengan aransemen unik bermodalkan kaset sebagai bahan utamanya. Kalau biasanya disc jockey (DJ) memainkan musik ala electronic dance music (EDM), Pemuda Sinarmas justru menawarkan musik disko dan mendapatkan sebutan cassette jockey.
Bagaimana perjalanan Pemuda Sinarmas dalam membuat aransemen musik berbahan kaset? Bagaimana ia mendapatkan stok kaset yang kini makin langka ditemui? Yuk, simak bahasan lengkapnya!
Berawal Dari Menumpuk Koleksi Kaset
Muhammad Fajrintio, atau yang akrab dipanggil Ajis, adalah pionir dari lahirnya profesi cassette jockey (CJ) di Indonesia. Sebelumnya, CJ juga banyak dipopulerkan para seniman musik di luar negeri. Ajis mulai tertarik dengan dunia cassette jockey sejak tahun 2015. Karena koleksi kaset yang semakin menumpuk di rumah, Ajis berpikir bagaimana cara memperdengarkan isi kaset kepada masyarakat luas, sehingga nggak terbuang sia-sia.
“Waktu itu, koleksi kaset di rumah udah banyak banget, tapi cuma numpuk jadi pajangan. Sayang banget kan, makanya gue melakukan riset, kira-kira apa yang bisa gue lakukan dengan koleksi kaset ini. Akhirnya, pilihan gue jatuh pada menjadi cassette jockey, karena belum ada sama sekali di Indonesia,” tutur Ajis. Idenya ternyata manjur, karena sejak tahun 2015, karir musiknya sebagai seorang CJ terus meroket. Bisa dibilang, Ajis merupakan pionir kelahiran CJ di Indonesia sekaligus salah satu yang paling aktif berkarya.
Profesi CJ mungkin memang belum terkenal seperti disc jockey yang banyak digandrungi anak-anak muda saat ini. Tapi, Ajis yang menggunakan nama panggung Pemuda Sinarmas nggak pernah patah semangat buat mempopulerkan aransemen kaset yang unik dan autentik. Ia berharap, di masa depan, generasi muda di Indonesia bisa menikmati playlist lagu kaset dengan asyik, nggak kalah dari musik elektronik yang biasa dimainkan DJ. Karena, pada dasarnya, nggak ada perbedaan signifikan antara CJ dan DJ. Yang membedakan hanyalah media dan alat yang digunakan untuk perform.
Mungkin lo bertanya-tanya, mengapa Ajis memilih nama panggung Pemuda Sinarmas? Nggak usah khawatir Urbaners, nggak ada filosofi atau arti khusus kok dari nama tersebut. Ia mengaku terinspirasi dari nama toko bangunan yang sering ditemui di sepanjang jalan! Keunikan nama panggungnya yang catchy bikin orang-orang lebih mudah mengingat Pemuda Sinarmas.
Proses Aransemen Lagu dengan Kaset
Berbeda dari musik digital yang sudah canggih, proses aransemen musik dengan kaset sangat menantang, karena alat-alat yang digunakan masih manual. Ajis menceritakan, untuk membuat lagu, ia harus mentransfer data dari kaset analog ke digital. Pengolahan musik ia lakukan lewat software digital audio workstation (DAW), sebelum akhirnya dikembalikan dalam format kaset. “Di tahap terakhir ini, gue harus hati-hati banget untuk memastikan kualitas sound tetap tinggi, karena kualitas kaset berbeda-beda,” kata pria kelahiran Jakarta ini.
Menekuni dunia cassette jockey bisa dibilang susah-susah gampang. Tantangan utamanya adalah alat-alat yang dipakai banyak yang sudah tidak diproduksi. Apalagi, Pemuda Sinarmas banyak mengaransemen lagu dengan kaset produksi sebelum tahun 2000-an, Ajis harus ekstra sabar dan teliti ketika ingin upgrade alat atau mencari spare parts yang dibutuhkan.
Banyak Mainkan Lagu Lagu Lawas
Sebagai seorang CJ, ciri khas Pemuda Sinarmas adalah lagu-lagunya yang lawas dan kental dengan nostalgia. Ia ingin penonton sungguh-sungguh merasakan hawa jadul yang sinkron dengan kaset-kasetnya. Bahkan, Ajis sering berpenampilan dengan jaket parasut warna neon yang identik dengan era fashion disko tahun 80 dan 90-an.
Lagu favorit yang paling sering dimainkan oleh Pemuda Sinarmas adalah lagu dari penyanyi Gombloh yang berjudul “Kugadaikan Cintaku”. Lagu ini juga menjadi kesukaan banyak penonton karena easy listening. Ketika di-aransemen dengan konsep house music, dijamin penonton ikut bergoyang dengan asyik.
Menurut Ajis, Pemuda Sinarmas disukai oleh berbagai kalangan karena lagu-lagu yang catchy dan asyik. Walaupun mengusung aliran musik utama Indonesia house and disco, ia mengaku banyak penonton yang meminta Pemuda Sinarmas untuk mengkombinasikan aliran musik dangdut juga, lho!
Menyebarkan Aransemen Musik ala Kaset Seluas-luasnya
Tantangan masa depan di dunia CJ adalah bagaimana melestarikan kaset agar tidak sepenuhnya punah, apalagi kaset musik Indonesia merupakan aset budaya yang cukup penting. Untungnya, kehadiran musisi-musisi seperti Pemuda Sinarmas membuat semakin banyak anak-anak muda familiar dengan kaset atau walkman. Ajis juga membuktikan bahwa kualitas musik kaset masih bisa bersaing dengan aransemen musik mainstream.
Ke depannya, ia berharap bisa segera meluncurkan single baru. “Gue juga pingin membuat Cassette Jockey World Championship di Indonesia. Seinget gue, CJ world championship terakhir itu di tahun 2007 di Spanyol, abis itu ngga ada lagi. Rencananya gue ingin mengadakan lagi, supaya makin banyak yang tahu dan tertarik menjadi CJ,” ungkap pria yang hobi badminton dan fotografi ini.