Lintang Gitomartoyo, Penjaga “Harta Karun” PPHUI
Dia bukan artis, bukan sutradara, bukan produser atau script writer. Lintang Gitomartoyo adalah super hero atau penyelamat ribuan pita film seluloid yang tersimpan di lembaga arsip film Sinematek Indonesia PPHUI (Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail).
Penyelamat pita film? Profesi ini mungkin sangat asing buat Urbaners. Tapi bagi Lintang bidang ini sudah lama ditekuni secara otodidak tanpa mengambil sekolah khusus perfilman. Kecintaan Lintang akan dunia film sudah sejak dirinya kecil,karena sang ayah jurnalis budaya sekaligus pengamat film.
Lintang bersama dua rekannya Budi dan Firdaus bekerja merapikan gulungan pita seluloid di gudang penyimpanan film Sinematek yang bersuhu ruangan 15 derajat celcius. Aroma asam dari cairan kimia sudah akrab betul di hidung Lintang.
Sarung tangan dan masker adalah alat perang para super hero ini. Sebelum memulai pekerjaanya, Lintang Cs terlebih dahulu mengecek kondisi gulungan pita seluloid. Dibutukan ketelitian dan kehati-hatian saat memperlakukan pita-pita film lawas ini.
Pemeliharaan pita disesuaikan dengan tingkat kerusakan pita film. Seperti pita yang sobek, berapa pesen penyusutan peforasinya (lubang pinggiran pita), dan membersihkan pita dari serangga, debu atau jamur yang menempel.
Ketertarikan Lintang dengan restorasi film sejak 6 tahun lalu ketika mendapat tawaran dari National Museum of Singapore merestorasi film "Lewat Djam Malam" karya Usmar Ismail. Sejak itulah Lintang mulai mengenal dan memahami bagaimana cara menyelamatkan pita-pita film lawas.
Urbaners pasti sudah nonton film Tiga Dara Milik Usmar Ismail yang ditayang ulang di bioskop-bioskop. Ya, Lintang adalah orang dibalik keberhasilan restorasi film musikal yang pertama kali diputar pada tahun 50-an itu.
Restorasi film hingga saat ini belum bisa dilakukan di Indonesia. Lintang mendapatkan kesempatan emas melakukan perbaikan atas gulungan pita-pita film itu di laboratorium L'Immagine Ritrovata, Bologna, Italia, pada 2015 lalu. Lintang harus bertanggung jawab mereparasi 38 rol film Tiga Dara dengan panjang masing-masing 100 meter seorang diri.
Sinematek Indonesia sejauh ini menyimpan 2.000-an koleksi roll film seluloid. Tak hanya itu, ada pula sekitar 2.500 buku perfilman, belasan ribu skenario film, poster, kliping artikel perfilman, dan profiling tokoh film Indonesia.
Profesi penyelamat film sama dengan menjaga aset sejarah. Lintang Cs mungkin bisa jadi inspirasi Urbaners untuk ikut serta membantu keberlangsungan sejarah perfilman Indonesia.
Source. http://vik.kompas.com/restorasi/