Kisah Warga NTT yang Keliling Dunia Berkat Alat Musik Sasando
Mungkin lo hanya melihat sasando dalam uang pecahan Rp. 5000. Namun, pernah nggak terbayang dalam benak Urbaners jika sasando-lah yang mengantarkan anak muda NTT berkeliling dunia. Lima orang Pah bersaudara yakni Jeagril, Berto, Djitron, John dan Ivan telah membuktikannya.
Piawai Sejak Anak-Anak
Sebagai putra daerah bermarga Pah yang lahir dan dibesarkan di tanah NTT, John dan lima saudara kandungnya mulai bermain sasando sejak kecil. Ayahnya yang bernama Jerremias A. Pah merupakan maestro sasando dan mengembangkannya jadi alat musik modern. Agar tidak hilang tergerus zaman, Jerremias mengharuskan sang anak untuk belajar bermain sasando dengan semangat dan tekad yang kuat.
Hal itu juga diungkapkan oleh saudara John, Berto yang sejak usia 6-7 tahun belajar sasando dari sang ayah. Beda cerita dengan John yang pernah memiliki pengalaman unik belajar sasando. “Dulu sampai diimingi uang untuk belajar sasando. Paling diberi seribu dua ribu. Uang biasa untuk jajan beli kue. Tetapi sudah mulai dewasa mikir kok banyak yang suka sasando. Sampai orang luar negeri saja mau belajar,” ujar John seperti dilansir dari Kompas.com.
Setelah lulus SMP, John pun mahir bermain sasando. Sejak saat itu ia pun dengan gigih belajar hingga akhirnya dapat berkeliling dunia. Mulai dari Perancis, Swiss, Italia, hingga ke Selandia Baru, Jepang dan Taiwan. Begitu pula dengan Berto yang kini sudah 60 negara dia jelajahi dengan sasandonya. Berto pernah mengikuti Festival Folklore di Italia selama tiga minggu pada 2016 lalu.
Misi Kenalkan Budaya Indonesia Pada Dunia
Bagi Berto, John dan saudara-saudaranya sasando sudah menjadi bagian hidupnya. Untuk itulah dia dan saudaranya terus melakukan inovasi dalam mengenalkan sasando kepada masyarakat dunia. Di antaranya dengan mengembangkan sasando dari yang awalnya sembilan senar menjadi 32 senar yang disebut sasando biola. Juga sasando kromatik dengan 48 senar.
Pah bersaudara tidak hanya memainkan lagu tradisional atau pun lagu Indonesia saja saat perform di atas panggung. Melainkan pernah menggubah lagu-lagu populer yang akrab di telinga penontonnya. Seperti Yesterday milik The Beatles sampai Havana Camila Cabello pernah dia bawakan.
Ketika tampil, baik John maupun Berto serta saudaranya yang lain tidak lupa mengenakan topi khas Rote dan kain tradisional. Ini sebagai pelengkap dalam mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia. Jadi dengan kata lain, tidak hanya mengenalkan alat musiknya saja melainkan juga unsur lain seperti pakaian tradisional.
Source: Kompas.com. Detik.com