Kisah Founder Westbike Messenger Service Jeli baca peluang usaha saat tren Fixie meredup
Hendi Rachmat, 40, hampir bingung ketika tren sepeda fixie perlahan meredup setelah booming dalam kurun waktu dua tahun, 2010-2012. Alasannya, sepeda fixed gear yang tadinya selalu tampak wara-wiri di jalan-jalan Jakarta perlahan menghilang.
Membuka usaha toko yang menjual perlengkapan sepeda fixie di Pasar Santa membuat Hendi merasakan cepatnya euforia fixie. Toko yang tadinya banyak didatangi para penggemar fixed gear, perlahan hanya didatangi segelintir.
Menolak untuk tergusur dari tren, Hendi pun memutar otak untuk membuat sepeda fixie tetap hidup. Film Premium Rush yang tayang di bioskop pada 2012 agaknya jadi salah satu yang merangsang Hendi untuk memutar otak agar bisa terus hidup lewat kegemarannya yaitu sepeda fixie.
Akhirnya, setelah melakukan riset kecil-kecilan, Hendi bersama Duenno Ludissa pun tergerak untuk membuka jasa layanan pengiriman paket dengan kurir sepeda. Namanya, Westbike Messenger Service.
“Waktu itu kita lihat Jakarta sudah makin macet dan makin parah polusinya. Ini kayaknya bisa menjadi peluang dengan kita menggerakkkan hidup sehat dan go green. Ya sudah akhirnya kita jalan membuat Westbike Messenger Service. Sejak saat itu mengalir, sampai akhirnya jadi seperti ini,” kata Hendi.
Dia bercerita, pembuatan jasa kurir sepeda WMS awalnya hanya memiliki struktur dua orang manajemen dan dua rider. Kini, WMS semakin berkembang hingga memiliki 64 rider.
“Berdarah-berdarah perjuangannya,” ujarnya mengenang awal usaha kurir sepeda yang kini sudah mulai merambah ke Bandung, Jawa Barat, itu.
Empat tahun berjalan, Hendi mengaku, WMS kini sudah digaet oleh perusahaan jasa ekspedisi ternama. Bermodalkan riset yang dilakukannya sebelum melahirkan WMS pada 13 Oktober 2013 silam, dia pun menawarkan sesuatu yang berbeda di pasar jasa kurir Indonesia.
“Sekarang kami bekerja sama dengan JNE. Ada lima area gedung perkantoran yang jadi target pengiriman kami yaitu kawasan Sudirman, Thamrin, Kuningan, Slipi dan Arteri TB Simatupang,” papar Hendi.
Meski layanan pengiriman paket saat ini sudah masuk dalam jasa yang ditawarkan para vendor transportasi online, namun Hendi menilai, WMS memiliki keunggulan dibandingkan fitur-fitur kurir barang ojek online.
“Kami berbeda dengan kurir motor dan sepeda. Kalau di jalan kami mungkin kalah sama motor. Tapi kalau sudah masuk perkantoran, motor itu kan harus jalan ke parkiran. Kalau kami tinggal cari tembok dan pagar, kunci, dan bisa langsung masuk,” sebut Hendi.
Tidak hanya itu, seragam pengemudi ojek online juga, menurut Hendi, menjadi faktor yang bisa menghambat kecepatan pengiriman paket. Para riders WMS yang mengenakan kostum santai, akan lebih luwes saat masuk ke gedun-gedung perkantoran.
“Dengan atribut kurir, mereka (pengemudi ojek online) harus masuk lewat loading dock, yang liftnya itu pasti lama. Kami dengan style yang funky dan anak muda, bisa masuk lewat lobby. Artinya, kurir sepeda ini lebih cepat untuk pengiriman perkantoran,” kata Hendi bangga.