Industri Fast Fashion: Untung atau Malah Bikin Buntung?
Pastinya lo pernah dengar istilah ‘Fast Fashion’? Buat lo yang belum tau, fast fashion adalah salah satu penyebab limbah fashion yang merusak lingkungan, seperti menimbulkan polusi air, tanah dan penghasil gas emisi efek rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim.
Dilansir dari thegoodtrade.com, fast fashion adalah metode desain, manufaktur, dan pemasaran yang berfokus pada produksi pakaian dalam jumlah besar dengan cepat. Produksi garmen memanfaatkan tren replikasi dan bahan berkualitas rendah untuk menghadirkan gaya yang terjangkau untuk publik.
Gaya busana yang mengikuti perpindahan tren ini memiliki jumlah konsumsi yang luar biasa. Sayangnya, hal ini menimbulkan dampak berbahaya bagi lingkungan dan konsumen. Mau tau aja dampaknya? Simak tuntas artikel ini, bro.
Mendukung Gaya Hidup Konsumtif
Credit image - teensgogreen.id
Kemunculan fast fashion mendukung gaya hidup konsumtif karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan pakaian dari desainer. Dengan harga murah, tapi bisa tampil modis dan kece? Siapa yang nggak mau, bro?
Strategi bisnis fast fashion adalah membuat kuantitas yang terbatas untuk pakaian tertentu. Stok yang terbatas ini lo pastinya berpikir kalo nggak membeli pakaian tersebut, bakalan kehabisan stok. Memanfaatkan respon psikologis ini lah yang membuat fast fashion memiliki omset tinggi dan digandrungi oleh konsumen.
Fokus dari fast fashion adalah bagaimana menghasilkan barang dengan biaya serendah mungkin, namun mampu menanggapi permintaan konsumen yang berubah dengan cepat; berasumsi bahwa konsumen menginginkan pakaian dengan mode terbaru dengan harga terjangkau.
Mencemari Lingkungan
Semua elemen dalam fast fashion, baik itu replikasi tren, produksi cepat, kualitas rendah, harga bersaing, memiliki dampak besar pada lingkungan, bro. Kerusakan lingkungan, yang terus diciptakan oleh industri fesyen, sebagian besar disebabkan oleh fast fashion.
Setiap tahun, pakaian yang dibuang begitu aja berjumlah sekitar 11 juta ton di AS. Pakaian ini penuh timbal, pestisida, dan bahan kimia berbahaya dan beracun lain yang nggak terhitung jumlahnya dan terlepas begitu aja di udara. Selain itu, untuk menekan biaya produksi rendah, pakaian diproduksi dengan cepat, sehingga hasilnya nggak tahan lama dan mudah rusak.
Fast fashion juga menghasilkan emisi karbon dalam proses produksinya. Pemilik industri fashion membuka pabriknya di negara berkembang seperti Vietnam, Filipina, Pakistan, dan Indonesia. Negara-negara tersebut nggak memiliki bahan mentah yang dibutuhkan dan harus didatangkan dari negara lain seperti China, Amerika Serikat, dan India.
Setelah produksi selesai, pakaian akan dikirim ke seluruh penjuru dunia dengan kapal dan dikirim ke pengecer melalui truk dan kereta api. Bisa dibayangkan kan berapa banyak emisi karbon yang dihasilkan, bro?
Munculnya Slow Fashion
Credit image - myglamorista.com
Meskipun industri fesyen secara keseluruhan berdampak terhadap manusia dan lingkungan, fast fashion adalah penyumbang terbesarnya. Untuk itu, saat ini lagi marak kemunculan industri tandingan fast fashion, yaitu slow fashion.
Slow fashion adalah gerakan menuju manufaktur yang lebih perhatian terhadap hak-hak buruh yang adil, penggunaan bahan-bahan alami, dan masa pakai pakaian yang lebih tahan lama. Selain itu, memiliki merek, komunitas, dan individu yang berjuang untuk keselamatan bumi dan sesama manusia.
Itulah beberapa dampak dari maraknya fast fashion. Dengan membeli pakaian yang dapat digunakan jangka panjang, lo udah berpartisipasi untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan pekerja. Jadi, pilihlah produk dengan bijak. Kalo lo sendiri apakah lebih milih fast fashion atau slow fashion nih, bro?
Featured image - freepik.com