Idang Rasjidi: Tampil Dengan Perasaan Kehilangan
Ada pemandangan yang menyejukkan di set Idang Rasjidi dan Oele Pattiselano di Ngayogjazz 2019. Kembalinya Idang ke panggung Ngayogjazz adalah sebuah pertunjukan seorang petarung.
Pianis legendaris itu naik panggung dan melawan sakit yang mengujinya. Di depan ratusan orang yang telah menunggunya, ia berdiri tegak dan langsung mengambil posisi di tengah. Oele Pattiselano dan sejumlah anak muda yang mengirinya berdiri sedikit di belakang. Di sisi kanan, sebuat set perkusi berdiri tegak. Sudah siap dibunyikan.
Set perkusi itu adalah milik Djaduk Ferianto. Seharusnya, Idang, Oele dan Djaduk tampil bertiga dan diperkuat sejumlah anak muda yang memang diundang khusus untuk memperkuat formasi itu.
Sebagai penghormatan, set peralatan Djaduk tetap dipasang. Bunyi yang seharusnya datang dari permainannya ditirukan suara mulut Idang. Jadi emosional di beberapa bagian, karena adegan itu bisa membuat para penonton juga larut dalam perasaan kehilangan yang ditunjukan oleh Idang.
“Dalam sunyi, ada bunyi-bunyian,” kata Idang suatu kali sambil memandangi set perkusi di sebelah kanan tempat ia duduk.
Selain keterbatasan gerak dan emosi yang begitu dalam, penampilan Idang Rasjidi dan Oele Pattiselano masih enak untuk dilihat. Dengan jam terbang yang begitu tinggi, keduanya berhasil menjadi mentor yang baik untuk orang-orang muda yang mengisi formasi band pengiringnya.
Penonton tidak bergerak ke panggung lain. Malah, mereka makin mendekat. Di barisan belakang, juga makin rapat. Kesan yang dalam, berhasil ditinggalkan oleh Idang Rasjidi dan Oele Pattiselano. Penampilannya begitu hidup.