Gitar Hybrid 12 Dawai Asli Indonesia
Sering mengeluhkan kondisi Indonesia, tapi lo nggak berusaha melakukan apapun untuk memperbaikinya. Sama aja, dong, Urbaners. Lo harus mencontoh pemuda asal Jombang, Jawa Timur, ini. Ia berhasil menciptakan gitar nilon elektrik berdawai 12. Penemuanya ini disebut-sebut sebagai gitar hybrid pertama di dunia. Wow!
Berawal dari Proyek Ujian Akhir
Gitar hybrid 12 dawai ini diciptakan oleh pemuda bernama Bayu A. Pridahastama. Awalnya, Bayu cuma ingin membuat gitar biasa sebagai proyek ujian akhir kuliahnya di jurusan Sendratasik, Universitas Negeri Surabaya. Ia memang mengambil konsentrasi Seni Musik dengan mayor gitar klasik. Tapi, berbeda dari gitar yang biasa lo temui, gitar ciptaan Bayu bukan merupakan gitar akustik meski berdawai nilon. Alih-alih menggunakan tabung resonansi, ia lebih memilih teknologi equalizer.
Hal lain yang jadi keunggulan gitar ciptaan Bayu adalah desain uniknya dengan dua headstok (kepala gitar) yang saling bertolak belakang. Satu kepala berada pada posisi depan, sedangkan kepala lainnya berada pada ujung bawah badan gitar. Bayu juga membagi 12 tuning gitar menjadi dua bagian, 6 tuning pada posisi kepala gitar dan 6 tuning lain pada posisi bagian bawah. Hal ini menjadikan bagian leher dan badan gitar lebih seimbang.
Sudah Diuji Coba oleh Pakar Gitar Tanah Air
Demi melakukan uji coba pada gitarnya, Bayu melakukan wawancara langsung dengan beberapa pembuat gitar klasik yang udah punya nama di Indonesia, seperti Engkos Perkasa, Rama Ferian, dan Tri Andhika. Ia bahkan sempat nekat berangkat ke Jakarta cuma dengan uang 350 ribu rupiah. Di sana, ia bertemu dengan Jubing Kristianto, Hanief Palopo, Andre Indrawan, Rahmat Raharjo, dan Royke Bobby. Usaha Bayu nggak sia-sia karena mereka semua mengakui gitar temuannya.
Hal tersebut nggak mengherankan, sebetulnya, karena sebelumnya gitar 12 dawai cuma bisa ditemui pada gitar folk. Bayu menggunakan material kayu padat yang didapatkannya tempat pemotongan kayu. Asyiknya, gitar tersebut juga mudah dibongkar pasang, mengingat bahwa bagian tubuh dan leher gitar nggak disatukan dengan lem, melainkan menggunakan skrup. Lo jadi bisa membawa gitar tersebut ke mana-mana secara mudah.
Belum Ada Respon Baik dari Pemerintah
Bayu menciptakan gitar hybrid-nya ini pada tahun 2012. Sejak saat itu, ia berusaha untuk mematenkan karyanya. Tapi, hingga kini belum ada respon yang baik dari pemerintah. Ia bahkan terpaksa cuti kuliah S2 karena kesulitan biaya. Beasiswa yang diurusnya, pun, nggak kunjung cair. Kini, Bayu sedang berusaha melakukan pengembangan gitar sebagai bentuk kepeduliannya terhadap inovasi anak bangsa.
Pengalaman Bayu tersebut bisa lo contoh, Urbaners. Jangan pernah takut untuk berkarya. Dengan begitu, kreativitas lo bakal meningkat pula. Siapa tahu hasil kreasi lo bisa membuat nama lo dikenal di mana-mana. Nothing’s impossible.
Source: cheersbanggaindonesia.com, unesa.ac.id, brilio.net