Fenomena Musical Paralysis: Kita Semua Bakal Ngalamin Kok!
Sepanjang umur lo hidup – dari kecil sampai sekarang, pastinya lo punya lagu yang berbeda untuk dinikmati dalam setiap fase hidup lo. Mulai dari SD, SMP, SMA, Kuliah, hingga kerja pastinya lo punya selera musik yang berbeda-beda.
Tapi percaya nggak sih, ketika lo memasuki kepala 3 – selera musik lo akan terhenti sampai disitu. Hal inilah yang dinamakan dengan Musical Paralysis. Fenomena unik ini akan membuat lo hanya mendengarkan lagu yang udah jadi comfort zone selama ini.
Nggak cuma sebuah fenomena belaka, apa sih yang sebenarnya yang dimaksud dengan Musical Paralysis ini? Dari pada penasaran, langsung aja simak ulasannya di bawah ini!
Penelitian dari Deezer: Valid!
Bukan sekedar fenomena, Musical Paralysis sebelumnya udah diteliti oleh Deezer – aplikasi streaming asal Prancis. Fenomena yang menyebabkan kondisi di mana selera musik di usia 30 tahun berhenti mendengarkan musik baru dan enggan mengetahui tentang musik yang baru dirilis. Alih-alih mendengarkan musik baru, fenomena yang dialami ketika orang memasuki umur kepala 3 ini justru mendorong mereka untuk mendengarkan musik yang sama secara terus menerus secara berulang-ulang. Pada riset yang Deezer lakukan – pihak riset dari mereka mengumpulkan 1.000 responden dan menanyakan apa preferensi musik dan kebiasaan mendengarkan musik yang mereka lakukan. Untuk hasilnya, 60% responden menyatakan mereka berhenti mendengarkan musik baru dan tetap pada musik yang menjadi zona nyamannya, dalam hal ini pada genre musik yang sama. Sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka nggak punya keinginan untuk mendengarkan musik-musik baru karena adanya kesibukan untuk bekerja dan hal-hal rumit lain yang dilakukan dalam berumah tangga. Pada akhirnya, para responden ini merasa nggak lagi memiliki waktu untuk mencoba mendengarkan musik-musik baru. Mungkin hal ini nggak cuma tentang musik, tapi juga hal-hal lainnya. Karena hidup setelah 30 tahun hits different, bro! Hal menarik dari Musical Paralysis lainnya adalah adanya fenomena yang disebut dengan Reminiscence Bump. Di dalam ilmu psikologi, hal ini merupakan sebuah kecenderungan seseorang untuk mengingat dengan jelas, menggali, dan memanggil ulang kejadian dari masa remaja hingga dewasa awal. Pendekatan yang disebut sebagai reminiscence bump ini terjadi karena sistem memori otak paling efisien terjadi selama masa remaja akhir dan awal masa dewasa. Pada usia tersebut lo juga mengalami banyak hal untuk pertama kalinya – dan hal ini yang membuat masa ini menjadi lebih berkesan. Mekanisme alami dalam tubuh ini bisa menjadi hal yang baik dan buruk di waktu yang bersamaan. Sebagai manusia, kita seringkali merasa lebih baik bertahan pada satu pilihan nyaman dibandingkan harus mencoba hal baru lagi – dan keinginan untuk mempertahankan zona nyaman ini menguat di umur 30-an. Jadi, fenomena musical paralysis ini sebenarnya alamiah dan pasti dialami, bro! Kalo lo merupakan orang yang senang meng-explore musik, fenomena ini sepertinya akan menjadi hal yang menyeramkan. Sebagai orang yang tadinya mendengarkan berbagai macam genre hingga akhirnya hanya mendengarkan genre yang membuat lo nyaman aja tentunya bukan hal yang baik. Tapi di satu sisi, fenomena ini menjadi pengingat untuk menjaga lo dari hal-hal yang nggak membuat lo nyaman. Meskipun kesannya lo menjadi orang yang kurang melek dengan dunia dan tetap berada dalam zona nyaman lo itu aja. Melawan musical paralysis bukan hal yang mudah, tapi mekanisme alamiah tubuh ini bisa lo ubah. Ibaratnya, lo kayak belajar move on untuk menikmati musik lain selain yang menjadi zona nyaman lo. Jadi, pilihan lo mau melawan atau bertahan nih, bro? Baik udah mengalami atau belum – ada baiknya lo tetap menjadi orang yang tetap open dengan industri musik Indonesia. Perihal suka atau menikmati atau nggak, yang penting lo tau aja – biar nggak ketinggalan sama obrolan di tongkrongan, bro!Musik yang Bertahan adalah Musik Kala Remaja
Jadi, Mau Melawan atau Bertahan?
Feature image – Rockit Record Play