Bukti Sepeda Lebih dari Hobi di Tangan Seorang Hendi Rachmat
Olahraga sepeda kembali menjadi tren di Indonesia setelah selama 10 tahun cukup ditinggalkan. Selain karena pandemi COVID-19, yang membuat semua orang lebih baik berolahraga secara individu dan sepeda adalah olahraga yang cocok, masyarakat ibu kota juga mulai menggunakan sepeda sebagai transportasi alternatif untuk menembus kemacetan yang semakin parah.
Sama seperti Hendi Rachmat, alumni Universitas Nusantara yang cintanya terhadap sepeda nggak pernah mati. Berbeda dari kebanyakan orang, Hendi sukses mentransformasikan olahraga sepeda menjadi jasa pengiriman terintegrasi di Indonesia.
Jatuh Bangun Mencintai Sepeda
Tren sepeda fixie yang berlangsung di era 2010-an membuat banyak orang yang bersepeda di sepanjang jalan di Kota Jakarta, mulai dari pagi, lalu lanjut lagi ke sore hari. Ini juga yang jadi keseharian Hendi Rachmat, pencinta sepeda fixie yang akhirnya membuka toko perlengkapan sepeda fixie.
Toko yang diberi nama Westbike ini awalnya ramai pengunjung, bahkan bisa dibilang sebagai pusat komunitas pencinta sepeda fixie di Jakarta. Namun sama seperti tren pada umumnya, pengunjung pun mulai berkurang seiring pudarnya tren sepeda fixie. Namun, Hendi nggak membiarkan rasa cintanya terhadap sepeda fixie lenyap begitu saja.
Dari keterpurukannya, Hendi langsung membuka search engine Google dan menemukan fenomena bike messenger di kota-kota besar di dunia. Dari sinilah Hendi memulai survei untuk mendata preferensi penjual dan pembeli. Dari survei tersebut ia menemukan kalau jam 9 pagi sampai 7 malam adalah primetime pengiriman barang instan dan pembeli hanya mau menunggu maksimal 3 jam untuk menerima barang tersebut.
Nggak Mau Ketinggalan Zaman
Berangkat dari data yang sudah Hendi miliki, semakin mantap pula niatnya untuk mengembangkan toko perlengkapan sepedanya menjadi bisnis bike messenger pertama di Indonesia. Takdir pun mempertemukan kembali Hendi dengan temannya ketika kos saat kuliah dulu, Duenno Ludissa, yang baru saja lulus dari program MBA di Swiss German University. Bersama Duenno, Hendi membentuk Westbike Messenger Service (WMS) di tahun 2013.
Bersama, mereka juga mendapatkan suntikan semangat dari film “Premium Rush” yang dibintangi Joseph Gordon-Levitt. “Film itu memompa semangat. Kepada saya, Hendi lantas minta bantuan agar dipikirkan sisi bisnis agar fixie tetap hidup dan berkembang,” ujar Duenno. Kegigihan Hendi dalam merintis WMS ini serta merta karena ia nggak mau hobi sepedanya tergerus zaman.
Media transportasi kurir boleh saja tradisional, tetapi Hendi memutuskan untuk menerima order sepenuhnya secara online melalui website. Promosi juga dilakukan lewat media sosial Instagram untuk mendapatkan lebih banyak pelanggan, khususnya para generasi milenial yang semakin gemar menerapkan hidup environmentally friendly.
Visi Go Green Jadi Motor Bisnis
Meski diterpa dengan banyaknya saingan kurir bermotor, WMS tetap bertahan hingga sekarang. Menurut Hendi, kuncinya ada pada visi go green yang selalu diprioritaskan WMS. Selain karena kemampuan menyalip yang hanya dimiliki oleh sepeda, para kurir sepeda juga lebih mudah untuk memasuki kompleks gedung perkantoran yang punya peraturan ketat perihal kurir berseragam.
Masalah ketepatan waktu, nggak pernah melebihi 2 jam. WMS sendiri sudah pernah menangani kasus pengantaran dari Jakarta Selatan ke Jakarta Utara, literally dari ujung ke ujung. Motto “Support Our Movement for Better Jakarta” yang pernah diusung WMS juga menjadikan banyak pelanggan yang tetap loyal dengan bike messenger service ini, khususnya perusahaan yang memiliki program CSR serta pebisnis yang bergerak di bidang health dan produk sustainable.
“Kami kurir sepeda membawa misi pekerjaan yang ramah lingkungan,” begitu ungkapan dari Hendi. Pada akhirnya, hobi sepeda yang begitu dicintai Hendi ini melahirkan sebuah bisnis maju dan juga Indonesia Bike Messenger Association yang sudah menghimpuni lebih dari 200 orang di 25 kota Indonesia.
Hebatnya lagi, WMS sangat mendukung pengasahan kompetensi para kurir, mulai dari mengikuti ajang kompetisi di luar negeri sampai pelatihan bisnis untuk menjual produk aksesoris sepeda. Tujuannya, tentu saja untuk mempertahankan industri sepeda tetap bertahan di era revolusi industri 4.0.
Sources: Kompas, Republika, Antara News, Gatra.