Berjiwa di Asmara Art & Coffee Shop
Selalu ada sesuatu di Yogyakarta yang membuat lo bakal betah menghabiskan waktu di kota nyeni ini. Café-cafenya, komunitasnya, serta sentra-sentra seni yang asyik sebagai lokasi untuk berkontemplasi.
Jangan heran kalau tempat-tempat baru selalu muncul, secara Yogyakarta adalah kota wisata favorit. Salah satu tempat nongkrong yang nggak pernah sepi adalah Asmara Art & Coffee Shop. Café yang berlokasi di Jalan Tirtodipuran ini juga kerap menjadi tempat nongkrongnya para seniman. Mulai dari berkreasi sampai ber-tipsy.
Nongkrong yang “Berjiwa”
Sebenarnya kalau dari eksterior dan interior, Asmara Art & Coffee Shop jauh dari Instagrammable. Feel-nya memang belum dapat kalau lo datang di jam 6 sore atau bahkan jam 8 malam. Crowded-nya belum ada! Yah, bisa dibilang crowded dan live music di Asmara Art & Coffee Shop-lah yang menjadikan tempat nongkrong ini lebih “berjiwa” ketimbang tempat serupa di kawasan Tirtodipuran.
Bersama sang suami Diar, Arya mendirikan Asmara Coffee sejak 2011 lalu. Dan konsep awalnya memang nggak hanya restoran tetapi juga ruang kreatif untuk berkesenian. Sejak berdiri sampai sekarang, dalam kurun waktu tiga minggu sekali, Asmara memiliki program #asmararupa. Program ini melibatkan banyak seniman Indonesia dan luar negeri untuk yang telah terlibat ataupun berpameran di #asmararupa.
Seperti 14-26 Oktober 2019 lalu, Asmara menggelar acara Zen Blots, Ink Is Bloods yang merupakan solo exhibition dari Madzen GV, kemudian ada pertunjukan musik akustik dari musisi Belanda Anabel Laura di Minggu sebelumnya 7 Oktober, dan visual arts and memory exhibition bertajuk Dia De Los Muertos yang dibuka oleh Ugo Untoro 2 September 2019.
Variasi Live Music
Selain pertunjukan musik yang dilakukan secara berkala, Asmara juga menyiapkan live music secara rutin. Untuk band reguler yang perform setiap hari Rabu sampai dengan Sabtu dipilih beberapa genre berbeda setiap harinya. Mulai dari Classic Rock, Rock ‘N Roll, Blues, Reggae dan British Pop.
“Selain karena selera pribadi, genre tersebut dipilih berdasarkan permintaan paling banyak dari pengunjung,” jelas Arya Sukma lagi. Tentunya walaupun selera personal, tetap ada standarnya baik itu band/solo yang memang khusus untuk live session ataupun pameran.
Meski judulnya “seni”, karena Asmara memang notabene adalah sebuah café, urusan food and beverage tentunya nggak serta merta diabaikan. Karena tamu yang datang beragam, Asmara menyajikan beberapa menu yang bisa menjadi pilihan baik untuk tamu domestik maupun manca negara.
Bicara soal target market, sebisa mungkin Asmara ingin menjaring massa dari berbagai kalangan. Nggak hanya anak muda tapi juga para senior. Sebagai wadah untuk berekspresi ataupun sekedar bersantai.
Sejauh ini, pengunjung di Asmara kebanyakan dari berbagai komunitas, baik itu seni, musik, otomotif, dan lain sebagainya. Pada umumnya, mereka memiliki kegiatan lain siang hari, ada yang bekerja, kuliah sehingga waktu yang paling tepat untuk bertemu bersama teman-teman lain adalah pada waktu malam hari.
Selain untuk melepas penat dari kesibukan masing-masing juga menjadi ajang bertukar ide dan berbagi pengalaman. “Ini juga alasan kenapa Asmara bukanya dari sore ke malam,” Arya Sukma menerangkan.
Ada Banyak Tempat Kreatif
Berbicara soal tantangan, nggak bisa dipungkiri kalau begitu banyak café dengan nuansa kreatif di Yogyakarta. Karenanya, sebisa mungkin Asmara berusaha menghadirkan ide-ide yang “lebih” baru. Terutama pada event-event yang diprogram secara berkala.
“Gue berharap terciptanya iklim yang lebih baik ke depannya untuk ruang-ruang seni seperti Asmara untuk mendukung Yogyakarta sebagai kota seni,” tutupnya mantap.