VVYND (Kevin Wiyarnanda), dari Dunia Media hingga Luncurkan Single di Dunia Tarik Suara
Urbaners! Kalau lo sering pay attention dengan musik-musik Indonesia zaman kini, pastinya lo udah pernah denger tentang penyanyi baru yang namanya VVYND! Buat yang penasaran dengan kisah pelantun lagu ‘Next to Me’ dan ‘Coco’, langsung aja simak kisahnya, yuk di sini!
Berawal dari Zaman Sekolahan
Kevin Wiyarnanda, atau lebih sering dikenal dengan nama panggung dan media sosialnya, VVYND, udah sering nyanyi dari kecil. “Dari umur 4 tahun, sudah tampil di publik. Dulu inget banget nyanyinya jingle dari Jamu Es Kapsul!” cerita Kevin ketika diwawancara. Meski berawal sebagai hobi, Kevin pun mulai sadar kecintaannya dengan musik pada umur 11 tahun.
Kompetisi nyanyi di sekolah untuk acara 17 Agustus-an menjadi acara pertama di mana Kevin bernyanyi secara serius. “Waktu itu nyanyinya Tanah Air dan theme song-nya Indonesian Idol kalau ga salah. Nggak nyangka bakal menang!” kenang Kevin.
Ketika mengenyam pendidikan di Singapura, Kevin pun mulai mencoba untuk bermusik, dalam artian menulis musik sendiri. Pada saat itu, Kevin ikut nge-band dengan beberapa teman kuliahnya. “Sekitar tahun 2011 dan 2012 dulu gue nge-band gitu, genrenya pop-rock. Cuma nggak sempet dilanjutin karena sudah keburu balik ke Jakarta guenya, hahaha,” lanjut Kevin. Tapi, pengalaman itu yang membuat Kevin mulai ingin serius tentang musik, terutama soal menulis musik sendiri.
Media Sosial dan Industri Media Jadi Alat Tersembunyi
Karena Kevin bekerja dalam industri hiburan, dia pun mulai mengerti bagaimana pengalamannya ini menjadi fondasi dalam memosisikan dirinya di industri kreatif ini. “With my current job, gue jadi lebih ngerti tentang gimana industri ini [hiburan] bekerja, baik dalam belakang atau depan panggung.” Pekerjaannya pun menuntut Kevin untuk punya upper hand dalam situasi tertentu dan mengharuskannya untuk networking dengan banyak orang.
Nggak cuma dalam hal networking aja, Kevin pun jadi lebih mengerti hal-hal seperti event marketing, bagaimana caranya mempromosikan sesuatu, dan berbagai hal yang berkaitan dengan PR (public relations) dan marketing. “Belajar tentang industri hiburan dari sisi produksi dan operasional tim ngebantu banget buat gue ngertiin soal gerak-gerik industri musik juga,” lanjut Kevin.
Sebagai orang yang bekerja di industri hiburan, Kevin juga menggunakan media sosial sebagai ekstensi dalam kehidupan sehari-harinya di Jakarta. “Sosmed adalah pedang dengan dua ujung. Gue pun juga pake tergantung dengan konten dan utilitas, and I choose to share contents that I’m passionate about, seperti transportasi umum.”
Di Instagram, Kevin meliput banyak hal mengenai TransJakarta atau MRT. “Pernah pas WTF, ada yang nyamperin gue, dia ngajak foto dan lainnya. Ternyata dia tahu gue dari media sosial dan dia bilang dia berterima kasih banget that I post a lot about transportasi umum.” Dari situ, Kevin sadar akan kekuatan media sosial bisa ngefek ke mana saja.
Dalam Inspirasi Bermusik Sehari-hari
Dalam mencari inspirasi bermusik, Kevin lebih cenderung menarik inspirasi dari hal-hal yang dekat dengannya. “From daily life, cerita-cerita dari orang lain, dan masa kecil, seperti itu sih.” Dan juga, dengan waktunya yang makin sibuk saat bekerja, Kevin mulai belajar mengatur waktu di sekitarnya. Di situ ide Kevin berpancar dengan lancar. “Music acts as a way to help my days in the office,” ungkap Kevin. Terkadang, Kevin bisa punya melodi sendiri di halte Transjakarta, atau bahkan di bus sendiri. Buatnya, musik bisa mulai dari manapun dia berada, asal waktunya juga pas.
Meski begitu, bagi Kevin, penting untuk membedakan inspirasi bermusik dan bernyanyi. Soalnya, hal yang diutamakan dalam kedua hal itu berbeda.
Untuk inspirasi bernyanyi, Kevin sudah mendengar lagu Reflections milik Christina Aguilera sejak tumbuh besar dan langsung jatuh cinta dalam sekejap. Kevin pun juga terinspirasi dari penyanyi kondang seperti Whitney Houston dan Mariah Carey, apalagi dengan belajar adlibs (teknik vokal dengan menambahkan vokalisasi dalam vokal utama).
Sedangkan untuk inspirasi bermusik (seperti menulis dan memproduksi lagu), Kevin punya favoritnya sendiri. “Moses Sumney, Blood Orange, Frank Ocean juga sebagai penyanyi dan produser,“ lanjut Kevin. Musisi yang dapat menulis dan memproduksi musiknya sendiri punya hal yang lebih berarti untuk Kevin.
Dalam hal genre juga, Kevin tidak ingin membatasi dirinya dalam hanya genre R&B dan Soul—dua jenis sound yang Kevin adopsi di musiknya. Dia pun kepingin untuk eksperimen dengan musik pop, “Cuz it’s fun!” jawabnya.
Cerita Mengenai Overload, Coco, dan Next to Me
Overload mulai terinspirasi saat Kevin bekerja untuk suatu acara dan bertemu dengan The Temper Trap. Ketika sedang acara promosi, Kevin bangun dari tempat duduknya dan iseng meminjam gitar dari salah satu personelnya dan mulai nyanyi-nyanyi sendiri. Saat itu, Kevin menyanyikan salah satu lagu dari Bruno Mars. Dougy Mandagi, vokalis dari The Temper Trap ngeluarin HP dan merekam Kevin.
“Dia bilang kaya, ‘Wow you got an amazing voice! Have you always been singing?’ dan gue jawab iya.” kenang Kevin dengan saat itu. Dougy pun mendukung Kevin untuk pursue mimpinya. “I said yah ga bisa, lalu dia (Dougy) bilang ‘Then why are you sitting on that side?’ karena saat itu gue lagi duduk dari sisi yang berlawanan dengan Dougy,” cerita Kevin. Tertegun dengan pertanyaan Dougy, Kevin pun mulai mencoba menciptakan lagu dan bekerja sama dengan Josh Daniels dari linesforeyes untuk menulis lagu Overload.
Sedangkan kolaborasi dari lagu Next to Me dan Coco berasal dari orbit Kevin sendiri. “Gue kenal Emir [Hermono] di 2012, zaman kami tinggal di Singapura, he was studying there too. Dan ternyata, kita saudara jauh!” cerita Kevin dengan tertawa renyah. Rencana mereka untuk kolaborasi sudah dicanangkan sejak awal tahun ini, sampai pada akhirnya Emir Hermono menghubungi Kevin via Whatsapp dengan pesan singkat ‘Do you wanna be on my album?’ Setelah Kevin menulis lirik dan melodinya, Emir menyusul dan diselesaikan oleh Erik Soto. Di Next to Me, Kevin mengangkat isu interfaith relationship dalam liriknya, lagi-lagi terinspirasi dari cerita temannya.
Coco datang dari kelas produksi musik yang Kevin pernah ambil di Double Deer Academy. “Pokoknya pas kelasnya udah selesai, Yudistira [mentornya] gave the track and he wanted me to sing in it.”
Inspirasi untuk lagu Coco pun datang pada Kevin ketika dia baru bangun tidur di pagi hari. “I woke up one morning, sat on my table and wrote my part about being chill and not think about things that stress me out,” ucapnya. Untuk lagu ini juga, Kevin terinspirasi dengan lagu kondang internet, Plastic Love-nya Mariya Takeuchi.
Ketika ditanya tentang proyek lainnya di masa depan, Kevin berusaha untuk tidak membocorkan banyak hal. Akhirnya, Kevin menutup wawancara dengan mengatakan, “Yang ingin gue sampaikan nanti adalah, I want people to be comfortable in your own skin and embrace yourself in your own way.”