Lincah Berbahasa Asing dengan Polyglot Indonesia
Urbaners, untuk bisa mempelajari bahasa asing dengan baik, tentu lo harus punya ruang untuk praktek. Kalau cuma belajar teori, kapan lo bisa fasih bercakap-cakap dengan bahasa Spanyol, Mandarin, sampai Jerman? Karena itulah, lo wajib nih kenalan sama Polyglot Indonesia, komunitas yang mau membuktikan kalau belajar bahasa asing itu mudah dan menyenangkan. Sering ngumpul bareng mereka bakal bikin lo makin lincah dan fasih berbicara dengan bahasa asing. Yuk kenalan!
Hadir sebagai Wadah Temen Ngobrol
Dalam memahami bahasa asing, setidaknya ada empat kemampuan yang harus lo kuasai, yaitu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Nggak cuma belajar di tempat les atau di dalam kelas, lo juga harus rajin latihan dan praktek secara terus-menerus untuk menjaga konsistensi dan cakupan kosa kata. Sayangnya, seringkali nggak gampang menemukan temen yang bisa diajak ngobrol untuk mempraktekkan kemampuan bahasa lo.
Alasan inilah yang melatarbelakangi terbentuknya Polyglot Indonesia, sebuah komunitas dimana para penggemar bahasa asing dapat berkumpul dan mempraktikkan bahasa yang dikuasainya. Pada tahun 2013, Arra’di Nur Rizal, Monis Pandhu Hapsari, dan Krisna Laurensius mendirikan komunitas ini sebagai wadah temen ngobrol, dimana anggotanya bisa berlatih bersama dengan cara yang fun.
Awalnya, komunitas Polyglot Indonesia bertujuan untuk saling mempertemukan orang-orang Indonesia yang sudah pernah atau sedang mempelajari bahasa asing untuk melatih kemampuan komunikasi dan menemukan lawan bicara. Nggak hanya itu, mereka juga menyambut orang asing di Indonesia yang sedang belajar bahasa Indonesia dan ingin berlatih dengan nyaman. Polyglot Indonesia ingin membuat safe space dan ruang belajar yang bebas, supaya lo nggak perlu merasa terintimidasi ketika melakukan kesalahan saat berbicara.
Kegiatan rutin yang dilakukan Polyglot Indonesia sejak tahun pertama adalah menggelar kegiatan Language Exchange Meet Up. Sampai saat ini, Polyglot Indonesia sudah melakukan pertemuan di enam kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Banda Aceh, dan Semarang. Pertemuan Exchange Meet Up biasanya dilakukan selama dua sampai tiga jam. Para anggota Polyglot dikelompokkan sesuai bahasa yang dikuasainya, lalu tiap kelompok mendiskusikan topik-topik tertentu yang dipandu oleh seorang koordinator bahasa.
“Saat ini ada beberapa kelompok yang kita miliki, mulai dari bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Arab, dan Jepang. Tapi kalau ada yang minta bahasa Korea bisa juga kita gabungkan,” ujar Mira Zakaria, Executive Directory Polyglot Indonesia.
Koordinator bahasa yang ditunjuk Polyglot Indonesia bukan sembarang orang, Urbaners. Setidaknya, koordinator bahasa harus menguasai tiga sampai empat bahasa asing di luar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahkan, ada satu orang koordinator bahasa yang mampu menguasai sebelas bahasa. Wah, inspiring banget ya!
Walaupun sudah mahir, bukan berarti anggota Polyglot berhenti berlatih. “Pada dasarnya, kemampuan berbahasa asing itu harus selalu dilatih. Kalau tidak digunakan, lama-lama kemampuan bahasa akan berkurang dan hilang. Sayang banget kan, udah capek belajarnya, lalu hanya karena tidak dipraktekkan, lalu harus mengulang dari dasar lagi,” ungkap Mira.
Sering Adakan Kopi Darat Dan Diskusi
Penggemar bahasa asing di Indonesia cukup banyak lho, Urbaners. Pengurus Polyglot mengaku bahwa semakin banyak orang yang menyadari pentingnya belajar bahasa asing selain Inggris. Seiring dengan adanya media sosial, Polyglot juga semakin mudah untuk menjangkau anggota baru. Hingga April 2019, komunitas ini sudah memiliki 9500 followers di Instagram, 6400 followers di Twitter, 17.000 followers di Facebook fanpage, dan 21.200 member di Facebook discussion group.
Sebagai organisasi non-profit, Polyglot Indonesia sering mengadakan pertemuan yang fun tapi produktif. “Kita sering melakukan kopi darat (kopdar) untuk sekedar berkumpul atau nonton festival film di pusat kebudayaan, dan melakukan presentasi-presentasi,” ungkap Mira yang fasih berbahasa Jerman, Inggris dan Perancis ini. Untuk belajar bahasa, anggota Polyglot nggak hanya bercakap-cakap, tapi juga bermain game, membaca puisi, buku, melatih public speaking, dan sebagainya. Dengan begitu, para anggota akan semakin lincah menggunakan bahasa asing dan memperkaya kosa kata mereka.
Merangkul Semua Orang
Komunitas Polyglot Indonesia punya tiga segmen kelompok utama. Kelompok pertama adalah orang-orang yang pernah belajar bahasa di luar negeri, supaya mereka tetap bisa mempraktekkan bahasa yang pernah mereka kuasai. Kelompok kedua adalah orang asing yang ingin mempraktekkan bahasa Indonesia mereka. Kelompok Ketiga adalah orang-orang yang ingin atau sedang mempelajari bahasa asing, dan mencari lawan bicara untuk berlatih. Latar belakang anggotanya sangat beragam, mulai dari pelajar, mahasiswa, interpreter, dosen, karyawan, sampai aktivis LSM.
Polyglot Indonesia juga berkomunikasi intens dengan komunitas polyglot lain di berbagai negara. Sebagai sesama polyglot, mereka sama-sama merasakan pentingnya kehadiran komunitas seperti ini untuk melatih bahasa yang sudah dikuasai. Nggak jarang juga, pertemuan di komunitas berubah menjadi pertemanan yang bertahan bertahun-tahun lho, Urbaners.
Bahasa adalah Media Berkomunikasi
Nggak bisa dipungkiri, kemampuan bahasa asing semakin diperlukan, terutama di era globalisasi ini. Saat kita bertemu dengan orang asing dan kita bisa berbicara dengan bahasa yang mereka gunakan, maka orang tersebut akan lebih nyaman untuk berdiskusi dengan kita. Kemampuan bahasa asing juga berguna banget buat lo yang pingin mengembangkan karir di perusahaan multinasional, atau bersekolah di luar negeri.
“Kami percaya, bahwa tidak ada jalan pintas untuk menguasai bahasa asing, kecuali dengan berlatih. Karena itu, kita harus sesering mungkin berlatih. Tapi, biar nggak bosan, cara latihan harus bervariasi. Kalau ada teman atau lawan bicara, pasti kita akan makin semangat untuk belajar dan improve,” kata Mira yang tumbuh besar di Austria.