Kenapa Gunung Semeru Ramai Dijadikan Upacara 17 Agustus?
Gunung Semeru sebenarnya nggak sendirian sebagai gunung yang selalu ramai dikunjungi para pendaki setiap tanggal 17 Agustus. Gunung Merapi di Jawa Tengah sebelum meletus juga cukup ramai dikunjungi para pendaki, juga demikian di Gunung Merbabu Boyolali. Apa sebenarnya alasan banyak sekali pendaki yang rela meluangkan waktunya untuk pergi ke puncak gunung, hormat kepada sang saka merah putih bersama puluhan atau bahkan ratusan pendaki lainnya?
Terinpirasi upacara adat tradisional
Upacara di lereng gunung atau bahkan puncak gunung sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Upacara Kasodo yang ada di Gunung Bromo bahkan dipercaya sudah turun temurun dilakukan sejak zaman Majapahit. Tradisi Upacara Kasodo memang sudah menjadi ritual wajib di Gunung Bromo, bahkan setiap upacara akan dimulai sudah ada ribuan pengunjung yang ingin mengabadikannya. Dari situ, ada beberapa pendaki yang ingin membuat hal yang sama, mengapa tidak dilakukan upacara setiap 17 Agustus di puncak atau di lereng gunung?
Gunung Semeru adalah puncak Jawa
Gunung tertinggi di Indonesia memang Puncak Jayawijaya di Papua, tetapi gunung tertinggi di Pulau Jawa adalah Gunung Semeru. Jadi nggak ada yang mengalahkan ketinggian bendera merah putih jika dikibarkan di puncak Gunung Semeru bukan? Itulah kebanggaan yang dirasakan oleh banyak pendaki ketika bersusah payah mendaki Gunung Semeru, kemudian hormat kepada bendera merah putih.
Risiko sangat tinggi
Tahun 2016 ini, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sudah menghimbau bahwa pada saat 17 Agustus 2016 kemarin, puncak Semeru belum sepenuhnya pulih. Pada beberapa minggu lalu, status Gunung Semeru memang meningkat menjadi waspada karena Semeru sempat “batuk-batuk”. Tetapi ternyata, itu nggak membuat nyali para pendaki menciut. Pada tanggal 17 Agustus 2016 kemarin, masih ada beberapa foto para pendaki yang berhasil mengibarkan merah putih di puncak Gunung Semeru.