Dinda, Pemanah Cantik indonesia
Panahan mungkin nggak menempati posisi atas dalam pilihan olahraga masyarakat Indonesia. Banyak yang menganggap kalau panahan merupakan olahraga yang ngebosenin. Tapi, beda dengan gadis bernama Dellie Threesyadinda ini, Urbaners. Nggak cuma menjadikannya sebagai hobi, kini ia bahkan udah jadi salah satu atlet panahan nasional di Indonesia!
Terlahir di Keluarga Pemanah
Panahan merupakan olahraga yang butuh kejelian tingkat tinggi agar lo bisa membidik anak panah secara tepat sasaran. Apabila lo nggak punya tingkat kesabaran yang tinggi, lebih baik lo cari cabang olahraga lain untuk ditekuni. Kalau Dellie Threesyadinda, sih, nggak usah dipertanyakan lagi. Hampir semua anggota keluarganya adalah pemanah. Mulai dari kakek, nenek, orang tua, hingga adik-adiknya. Ibunya, Lilies Handayani, adalah pemanah legendaris yang pernah meraih medali perak Olimpiade 1988.
Sejak masih kecil, Dinda udah sering diajak Lilies menyaksikan dirinya berlatih kejuaraan nasional, jadi ia udah familiar dengan suasana olahraga panahan. Sedangkan, Dinda pertama kali memegang busur panah sejak masih duduk di bangku SD. Bahkan, saat masih berumur tujuh tahun, gadis kelahiran 12 Mei 1990 ini udah mengikuti kejuaraan panahan pra-junior yang diadain di Bojonegoro.
Panahan Bukan Sekadar Olahraga
Bagi Dinda, panahan bukan sekadar olahraga, melainkan juga olah rasa. Manfaat utama yang ia dapat dari panahan adalah untuk melatih kesabaran. Semakin sering Dinda berlatih memanah, ia ngerasa kesabarannya makin terbentuk. Kondisi mental juga tentunya nggak kalah penting dalam pertandingan. Dinda harus mampu mengontrol emosi dan mood agar keduanya stabil. Selain itu, ia juga nggak pernah absen melatih kebugaran tubuhnya dengan latihan fisik, seperti lari dan nge-gym.
Pernah Bertanding Melawan Ibunya Sendiri
Sejak memutuskan untuk menjadi atlet panahan, banyak pengalaman yang udah Dinda rasain. Tapi, hingga hari ini, pengalamannya bertanding melawan ibunya sendiri pada ajang Asia Grand Prix 2007 di Iran jadi yang paling mengesankan. Saat itu, atlet-atlet dari negara lain udah tumbang kecuali Dinda dan ibunya dari Indonesia. Mau nggak mau, atlet Indonesia lah yang harus bertanding untuk memperebutkan medali emas dan perak. Dinda harus berbesar hati karena ibunya lah yang berhasil mendapat emas.
Tapi, saat itu Dinda nggak sengaja mengalah, Urbaners. Bagi peraih medali emas SEA Games Myanmar ini, nggak peduli siapapun yang ada di arena, semuanya harus dikalahkan meski harus melawan ibunya sendiri. Pengalaman lain yang nggak bisa Dinda lupakan adalah saat ia tergabung dalam satu tim dengan ibunya dan Lilies Herliati, tantenya, dalam ajang World Cup 2007 di Inggris. Mereka berhasil pulang membawa medali perunggu.
Setelah membaca cerita Dinda sebagai atlet panahan, apakah lo tertarik untuk mencoba cabang olahraga tersebut? Seandainya nanti ternyata lo nggak terlalu berbakat, pun, setidaknya tingkat kesabaran lo bakal makin tinggi, Urbaners. Coba, yuk!
Source:ngokos.com, sport.tempo.co, akusenang.com, www.ayamsiam.com