Aksan Sjuman Trio: Project Guru & Murid Mainkan Contemporary Jazz
Nama Aksan Sjuman, Merry Kasiman dan Indra Perkasa mungkin sudah tidak asing lagi di telinga pencinta jazz dan musik kontemporer Indonesia, Urbaners. Tergabung dalam Aksan Sjuman and The Committee of The Fest, supergroup ini juga beranggotakan Nikita Dompas, Kartika Tjahja dan Dion Janapriya. Tapi, di gelaran Stage Bus Jazz Tour 2019 di Yogyakarta, mereka hadir menggunakan format bertiga yang mereka namakan Aksan Sjuman Trio.
“Disebutnya Aksan Sjuman Trio, tapi kita sebenarnya lebih suka bilang ini project, bentuk eksplorasi kita dalam bermusik,” ujar Wong Aksan, panggilan akrab Aksan Sjuman saat ditemui di belakang panggung. Malam itu, MLDSPOT mengambil kesempatan untuk ngobrol langsung dengan mereka bertiga usai tampil sebagai pembuka di area parkir Transmart Carrefour.
Penampilan Wong Aksan terlihat sederhana. T-shirt hitam dipadu dengan jeans biru yang beralaskan Converse Classic. Mery menggunakan pakaian serba hitam dan Indra tampil casual dengan kemeja denim. Pembicaraan diawali dengan tujuan Aksan membentuk Aksan Sjuman Trio. Alasannya cukup sederhana, mantan pemain drum Dewa 19 ini ingin memainkan lagu-lagu yang dikenal banyak orang, tapi dengan aransemen baru bernuansa jazz yang kuat. "Aksan Sjuman Trio itu musiknya lebih lite, lah. Bawain lagu yang banyak orang-orang kenal. Tapi gue mau ngasih sesuatu yang beda. Sesuatu yang lebih jazz!" jelas Aksan.
Bagaimana Aksan menemukan Mery Kasiman (vokal, keys) dan Indra Perkasa (modular synthesizer) pun terbilang unik. Ternyata, mereka berdua adalah anak didiknya di Sjuman School, Urbaners. Sambil mengarahkan telunjuk ke arah Mery, Aksan mengakui bahwa mereka berdua adalah murid yang teladan. Mery tersipu malu dan hanya membalas ucapan Aksan dengan senyum tipis sambil memeluk tasnya.
"Dulu itu ada ungkapan, kalo lo bingung mau main sama siapa, you make one. Jadi, Indra dan Mery itu murid yang rajin belajar. Kalo disuruh latihan pasti datang, walau telat-telat dikit hahaha," ujar Wong Aksan sambil meledek.
Mery lanjut menyerobot pembicaraan. Dengan suara lembutnya dia mengambil giliran menceritakan pengalaman pertamanya bertemu dengan Wong Aksan. Kilas balik ke tahun 2005, saat dia baru mempelajari piano di Sjuman School, Mery melihat Wong Aksan sebagai guru yang memudahkan proses pembelajaran. Menurutnya, Wong Aksan selalu punya jalan pintas untuk membawanya keluar dari sesuatu yang complicated.
Dan ikatan itu masih terjalin sampai sekarang, Urbaners. Mery mengaku kalau Wong Aksan itu musisi yang ‘kenyang pengalaman’. Kerja sama mereka akhirnya terus berlanjut . Dari seorang guru dan murid, kini mereka berdua juga menjadi personil band Potret yang digawangi Melly Goeslaw dan Anto Hoed. Dan tentunya, Aksan Sjuman Trio.
“Aksan Sjuman Trio itu project fun. Karena lagu-lagu yang kita udah tau. Kita mainin dengan aransemen baru. Kebetulan Indra main modular synth dan itu ngasih warna baru. Karena secara sound juga pasti beda," tutur Mery.
Sementara, Indra punya pandangannya sendiri terhadap Wong Aksan. Satu hal yang begitu berkesan dari gurunya adalah cara mengatur keseimbangan antara bermain musik di dalam dan luar ruangan. "Aksan itu guru yang sangat balance. Proses belajar bareng dia itu nggak berhenti di kelas, tapi dia juga banyak ngajarin di lapangan. Itu yang asik banget. Walau kita masih banyak trial & error, tapi Aksan terus kasih kita kesempatan," jelas Indra .
Bicara genre, Mery dan Indra melabeli Aksan Sjuman Trio sebagai band yang memainkan contemporary jazz. Mery menjelaskan, kalau peran Indra yang justru memberikan warna-warna baru di tubuh Aksan Sjuman Trio. “Musiknya jadi lebih kaya. Bukan cuma bass, tapi bisa kasih ambience dan texture. Bisa jadi bass, kadang-kadang juga bisa nge-lead, atau ngasih nuansa lain. Seru!” tutup Mery.