Ubud, salah satu daerah di Pulau Bali ini nggak hanya dikenal sebagai pusat panorama alam yang indah, tapi juga tempat berkumpulnya para seniman dan budayawan. Ubud mempunyai suasana rindang dengan pemandangan pedesaan yang dihiasi hamparan sawah yang menyejukkan mata. Banyak turis dan warga lokal datang ke Ubud untuk menyaksikan pementasan seni atau pameran lukisan, yang diadakan hampir setiap minggu.
Kalau lo lagi berlibur ke Bali, sempatkanlah untuk mampir mengunjungi beberapa atraksi menarik di Ubud. Salah satu yang bisa lo sambangi adalah Museum Blanco Renaissance yang terletak di Jalan Raya Campuhan, Sayan, Kecamatan Ubud. Hanya 30 menit dari Kota Denpasar, lo bakal menemukan karya seni dan tawaran fine dining yang nggak banyak diketahui turis lain.
Antonio Blanco, seorang pelukis berdarah Spanyol kelahiran 15 September 1911 di Manila, adalah sosok di balik berdirinya Museum Blanco Renaissance. Kecintaannya akan dunia seni terlahir ketika beliau duduk di bangku SMA. Setelah menamatkan sekolah, Antonio melanjutkan pendidikannya di National Academy of Art di New York di bawah ajaran Sidney Dickinson, seorang pelukis Amerika. Pada tahun-tahun itulah, Antonio berkonsentrasi dengan ketertarikannya akan bentuk tubuh manusia, lebih khususnya kepada tubuh perempuan yang kemudian dicurahkan melalui media lukisan.
Museum Blanco Renaissance sebenarnya adalah galeri milik Antonio Blanco, dimana ia memamerkan semua koleksi seni yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun. Untuk memasukinya, Urbaners bisa membayar tiket masuk seharga Rp35.000. Nggak hanya koleksi Antonio, lo juga bakal melihat hasil guratan karya mendiang Antonio Blanco di dalamnya. Terdapat pula satu lorong yang bakalan menuntun Urbaners untuk masuk ke ruangan studio yang menjadi tempat dimana Antonio Blanco melahirkan karya-karyanya. Semua tata interior sengaja dibiarkan sama seperti saat beliau terakhir berada di sana. Mungkin itulah yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung, sebuah suguhan untuk melihat tempat bersejarah nyata yang sulit ditemukan di galeri seni lain.
Fine Dining Tersembunyi di Blanco par Mandif
Nggak jauh dari Museum Blanco Renaissance, cukup berjalan kaki selama dua menit saja, lo akan menemukan sebuah plat berwarna silver dengan pahatan bertuliskan “Blanco par Mandif”. Lalu, sebuah lorong tangga akan menuntun lo untuk memasuki ruangan bar bernuansa vintage dengan lampu redup. Di tempat ini, lo bisa menikmati sajian fine dining ala Blanco par Mandif. Rasanya seperti menemukan hidden gem!
Area fine dining Blanco par Mandif mengusung nuansa elegan dan minimalis dengan pemilihan warna cream yang mendominasi. Sungguh tempat yang cocok kalau lo mau merencanakan makan malam romantis bersama pasangan atau pertemuan kasual yang santai. Sesuai dengan tema yang mereka usung, “Finest Progressive Indonesian Cuisine”, tempat ini mengedepankan ide kuliner dengan cita rasa yang progresif. Para koki menciptakan menu-menu andalan menggunakan kombinasi pengetahuan metode memasak profesional, bahan-bahan masakan tradisional, serta inovasi resep yang spesial. Sentuhan ramah dari sang manajer dan para staf yang hadir adalah nilai lebih yang patut diacungi jempol.
Sebelum memilih set menu yang diinginkan, sang manajer akan menanyakan terlebih dahulu, apakah lo memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu? Menariknya lagi, menu Blanco par Mandif juga dibagi ke dalam pilihan ala carte, degustation, vegetarian, dan pescatarian.
Dari menu yang tersedia tadi, lo bisa memilih set menu yang masing-masingnya akan menghidangkan 7 atau 9 macam hidangan. Jika memilih wine pairing atau mocktail, mereka akan menyajikan minumannya dengan meracik langsung di hadapan lo, jadi serasa menonton pertunjukan ala bartender. Setelah itu, hidangan pembuka, hidangan utama, hingga hidangan penutup akan bergantian disajikan. Salah satu yang menjadi pusat perhatian sembari menikmati setiap sajian adalah tampilan cantik dari setiap makanan. Presentasi setiap piring nampak sangat dipikirkan secara baik dan menghadirkan kata “wah” setiap kali para staf menyajikannya di atas meja.
Salah satu menu yang menggugah adalah Asinan Jakarta. Disajikan dalam porsi yang mungil dan sangat cantik, jika dilihat secara langsung lo mungkin nggak menyangka itu adalah asinan. Tapi, ketika disuap ke mulut, seluruh kekayaan rasa dan tekstur dari asinan langsung menyatu. Adapun cemilan ringan berupa roti sourdough dipasangkan dengan arak Singaraja yang diracik secara khusus menimbulkan kenikmatan tersendiri! Segar, mengejutkan, sekaligus membuat ketagihan untuk mengambil potongan roti sourdough baru kemudian mencocolnya ke dalam mangkuk dipping lagi dan lagi. Chef di Blanco par Mandif bahkan berhasil menyajikan kreasi hidangan octopus yang sempurna dengan saus kacang merah. Empuk daging octopusnya dan aroma bakaran yang pas menjadi highlight of the night.
Kejutan nggak berhenti di situ, Urbaners. Untuk menutup sesi fine dining, tentu nggak lengkap tanpa kehadiran dessert. Kebayang nggak, gimana caranya memadukan jajanan tempo dulu seperti getuk, ting-ting, hingga kueku dengan tampilan klasik modern? Temukan jawabannya di Blanco par Mandif.
Lo bisa menanyakan inspirasi ide dari menu dan sajian tersebut saat chef datang menghampiri sekaligus menjelaskan menu karyanya. Di Blanco par Mandif, lo bukan hanya pelanggan yang datang, makan, dan pulang. Lebih dari itu, lo diperlakukan bak tamu di rumah sendiri. Lo bisa bercakap-cakap dengan para koki dan ngobrol lebih lanjut tentang ilmu kuliner mereka. Pengalaman inilah yang membuat fine dining di Blanco par Mandif terasa makin sempurna!
Kalau lo tertarik menikmati jamuan makan malam di sini, sebaiknya melakukan reservasi terlebih dahulu melalui website resmi mereka yaitu di www.blancoparmandif.com atau intip akun Instagramnya di @BlancoParMandif!
Comments