Belakangan ini, akhir pekan di Bandung dimulai lebih cepat. Jalanan padat dan pintu keluar-masuk kota macet sejak Jumat sore. Belum lagi kadang diperparah dengan datangnya hujan. Jalan Dr. Djundjunan di kawasan Pasteur, adalah salah satu titik kemacetan yang kadarnya berat. Bisa dimaklumi, sebab lokasinya berbatasan dengan pintu yang menyambungkan Bandung dengan Tol Cipularang.
Pavillion Function Point yang jadi lokasi MLDSPOT Intimate Sound di Bandung ada di kawasan ini. Ditambah, hujan mengguyur Bandung pada Jumat, 26 April 2019 sore. Bayangan bahwa perjalanan ke sana akan kusut, sudah ada di kepala. Tapi toh, pada akhirnya itu tidak menyurutkan niat penonton untuk datang.
Di gedung yang biasanya berfungsi sebagai tempat pesta kawinan itu, Monita Tahalea, Gerald Situmorang dan Sri Hanuraga akan unjuk gigi. Panggung kelima dari enam pertunjukan di tur ini terlaksana hari itu.
Engineer Danny Ardiono yang mengawal mereka bertiga sudah kerepotan sejak siang hari ketika sesi soundcheck dilangsungkan. “Suaranya gulung,” katanya. Ini merujuk pada bentuk ruangan yang cenderung dibatasi beton di seluruh sisinya dan tidak menyisakan ruang udara. Suara akan memantul dari satu sisi ke sisi lainnya sehingga akan menimbulkan efek gaung yang mungkin oleh telinga normal mengakibatkan terdengar tidak jelas.
“Nyarinya lumayan lama ini. Tapi sekarang amanlah,” lanjutnya. Dan benar, pertunjukan berlangsung dengan normal dan enak dinikmati. Setelah bermain di Malang, Surabaya, Yogjakarta dan Semarang, Bandung hadir dengan dimensi yang lain.
Suasana kota yang sejuk dan ruang yang lengang ternyata malah memberikan kehangatan yang intens. Monita, Gerald dan Aga, masih bisa mempertahankan ritme yang mereka sajikan di beberapa kota sebelumnya. Masih dengan repertoir yang sama, masih dengan setting yang sama. Yang ada, mungkin hanya sedikit sisa keletihan di raut wajah mereka.
Perjalanan Semarang-Bandung makan waktu tujuh jam. Ini merupakan leg paling panjang yang harus ditempuh dari seluruh agenda yang dimiliki di MLDSPOT Intimate Sound kali ini.
Sesi tanya jawab jadi yang menarik, seperti biasanya. Ketiganya sepakat untuk tidak membuka banyak waktu tanya jawab. “Main aja deh,” kata Gerald Situmorang. Tapi, namanya berinteraksi, ternyata tidak bisa ditolak. Sesi yang coba dikendalikan waktunya itu, ternyata berlangsung selama delapan belas menit. Bukan waktu yang sedikit, kalau dipikir. Membuka ruang untuk berkomunikasi dengan penggemar, adalah salah satu tanda bahwa pertunjukan intim itu berlangsung sesuai rencana.
Keintiman serta kehangatan juga terjadi lagi ketika penonton meminta lagu tambahan pada saat mereka bilang pertunjukan selesai. Monita, Gerald dan Aga memutuskan untuk memainkan Kekasih Sejati, sama seperti di kota-kota lainnya.
“Hayo, siapa yang masih galau di 2019? Ini lagu tahun 2007, lho,” canda Monita. Tentu saja sudah bisa ditebak, koor massal menutup malam itu.
Comments