Konser Menanti Arah yang dihelat oleh Glenn Fredly untuk merayakan dua puluh tahun karirnya di industri musik Indonesia memberikan pesan penting: Bahwa konser yang bagus perlu musik yang bagus. Bukan gimmick yang bertaburan di mana-mana.
Nyaris tidak ada teknologi baru yang dibawa Glenn Fredly di dalam konsernya di Istora hari Sabtu, 17 Oktober 2015 yang lalu. Ia fokus menampilkan pertunjukan terbaik lewat lagu-lagunya yang memang sudah luar biasa bagus.
Belakangan ini, nama-nama kondang di industri musik Indonesia seolah berlomba-lomba membuat konser besar nan megah yang mengundang liputan media dan perhatian orang banyak. Tapi sayang, terkadang sensasi lebih digarap ketimbang kualitas musiknya sendiri.
Glenn Fredly memilih untuk tetap mengedepankan musik, sesuatu yang memang membuatnya dikenal luas. Itulah yang disajikan secara maksimal kepada penonton yang datang. Seluruh sajiannya dibuat berdasarkan katalog yang telah ia rilis. Bukan sesuatu yang dibuat-buat.
Bintang tamu yang muncul pun semuanya sesuai konteks. Termasuk penampilan mengejutkan Tio Pakusadewo dan Julie Estelle yang menjadi penyanyi berkualitas bagus. Mereka berdua memainkan lagu tema film Surat dari Praha, yang juga kebetulan diproduseri oleh Glenn Fredly.
Penampilan Funk Section pun mengudang decak kagum yang tidak kalah menggema. Sebelum main, ia bahkan mengundang Mus Mujiono, legenda jazz Indonesia yang juga merupakan gitaris Funk Section, berkeliling panggung untuk menyapa penonton.
Terakhir yang juga tidak kalah bagus adalah keputusannya untuk mengundang tiga orang penyanyi rap yang penting asal Yogyakarta, Jakarta dan Bandung; Killthedj (Yogyakarta), Kojek (Jakarta) dan Ivan Saba (Bandung). Tiga orang ini ditampilkan lewat video wall yang terpasang di atas panggung.
Glenn Fredly sukses memagari semua perhatian dalam koridor musik. Ia tidak perlu sensasi untuk membuat konsernya jadi omongan. Yang ia perlukan, sepertinya, hanya kepuasan penonton yang telah membayar tiket untuk masuk ke konser itu dan merayakan perjalanan dua puluh tahun yang panjang bersama-sama.
Tidak heran, sepanjang konser, penonton tidak pernah berhenti bernyanyi bersama. Getaran suara yang keras menjadi penegas bahwa cuma ada satu Glenn Fredly di negara ini. Dan musik Indonesia harus bersyukur untuk keberadaannya.
Comments