Kemunculan kamera digital di penghujung abad ke-21 memang menggerus popularitas kamera film. Bahkan, sejumlah pabrikan kamera menghentikan produksi kamera film karena permintaan yang terus menurun. Pun demikian dengan pembuatan roll film yang terpaksa diberhentikan karena tak ada lagi peminat.
Banyak pengamat beranggapan, era kamera film telah berakhir. Namun ternyata sebaliknya. Berawal dari kesetiaan segelintir fotografer menjepret dengan medium analog, sejumlah orang kini balik menggemari kamera roll film. Kamera film kembali naik daun, khususnya di kalangan anak-anak muda.
Dalam sebuah survei yang dilakukan Ilford Photo, salah satu pabrikan kamera film asal Inggris, menunjukkan adanya peningkatan tren kamera film. Disebutkan, 60 persen pengguna kamera jenis ini baru memulainya dalam waktu lima tahun terakhir. Sebanyak 30 persen di antaranya berumur di bawah 35 tahun.
Ramai-ramai #35mm di Instagram
Ngeliat para penggemar kamera film ini bisa Urbaners intip di Instagram. Memasukkan saja tanda pagar alias hashtag #indo35mm, # 35mm, #35mmfilm, #35mmfilmphotography, #filmisnotdead, atau #35mmindo untuk para pehobi kamera film dari Indonesia.
Beberapa figur Tanah Air turut meramaikan tren kamera ini. Sebut saja penyanyi sekaligus dokter Tompi, aktor dan presenter Gading Marten, hingga YouTuber kawakan macam Fathia Izzati atau dikenal dengan nama "Kittendust".
Seni Menikmati Proses
Kenapa kamera roll film ini bisa kembali tren? Salah seorang pehobi, Fahmy Siddiq mengatakan kamera analog adalah soal menikmati dan menghargai proses. Mulai dari mengisi roll film ke kamera, menjepret, hingga menunggu hasil cuci foto. “Itu priceless sih,” ujarnya.
Melalui kamera lama ini, fotografer juga akan lebih menghargai hasil karyanya. Sang fotografer akan lebih berhati-hati dan mempertimbangkan semua hal sebelum memencet tuts pengambilan gambar. Ini karena jumlah roll yang terbatas dan hasil jepretan baru bisa diketahui ketika melewati proses cuci foto.
Berbeda dengan di kamera digital, lo bisa menjepret sebanyak mungkin foto untuk kemudian melihat hasilnya pada layar yang tersedia. Jika tak suka, bisa langsung menghapusnya.
Kembali Pada Keterbatasan
Diakui memang, popularitas kamera film alias analog ini tak bakal menggeser kejayaan era digital. Kamera analog memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah roll film yang kian langka di pasaran. Belum lagi medium kamera yang sulit didapatkan karena sudah menjadi barang antik.
Tempat cuci film pun demikian. Beberapa komunitas pehobi kamera film banyak mengandalkan Soup N Film di STC Senayan Jakarta untuk mencuci dan cetak foto hasil jepretan mereka. Tarif yang berlaku sekitar Rp 50.000 untuk mencuci satu roll film dan menunggu hasilnya selama 14 hari.
Source: Kompas.com
Comments