Urbaners yang punya hobi nonton film, pastinya sekarang lagi happy terus karena bioskop Indonesia diisi oleh film-film yang bagus. Bahkan, di antaranya, bioskop Indonesia juga dihiasi oleh film festival. Siti jadi judul film yang saat ini lagi bikin pecinta film bangga sama karya Indonesia. Bahkan salah satu illustrator Indonesia juga bisa menembus Hollywood lho.
Selain itu, A Copy of My Mind yang berhasil memenangkan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2015 juga sudah rilis di bioskop. Lo nggak perlu merasa takut rugi buat nonton film Indonesia di bioskop, karena kualitasnya sudah dibuktikan lewat festival film!
Film Indonesia: Jagoan di Luar, Melarat di Dalam
Sebenarnya, Indonesia sendiri punya banyak stok film bagus yang terkenal di kancah internasional. Tanpa perlu jauh-jauh ke sana pun, lo bisa dapat referensi film Indonesia yang bagus dengan mantengin berbagai festival film. Jadi Urbaners, jangan pernah ketinggalan kesempatan buat datang ke festival-festival film. Selain harganya yang nggak lebih mahal dibanding nonton bioskop biasa, acara itu menampilkan film berkualitas dari segi cerita dan visual.
Kenapa sih film bagus itu jarang ada di bioskop? Jawabannya adalah karena mayoritas film-film itu nggak lolos sensor untuk ditampilkan secara komersil di Indonesia. Entah karena materinya dianggap provokatif dan memiliki kecenderungan nimbulin opini politik, punya konten yang dinilai beda dengan budaya Indonesia, dan lain-lain. Sayang banget ya, Urbaners? Padahal, sebenarnya dunia perfilman Indonesia itu nggak jauh-jauh amat kualitasnya kalau mau bandingkan dengan Hollywood.
Serunya Nambah Referensi Film
Siti sendiri terkenal lebih dulu di luar negeri dibanding di Indonesia, Urbaners. Sempat tidak bisa tampil karena masalah sensor pula. Ada juga berbagai judul film lain yang punya sambutan luar biasa di luar negeri, namun di sini sulit dapat apresiasi. Misalnya Babi Buta yang Ingin Terbang (2008) karya Edwin, Parts of the Heart (2012) karya Paul Agusta, Something in the Way (2012) dan About a Woman (2014) karya Teddy Soeriaatmadja, serta The Sun, the Moon, and the Hurricane (2014) karya Andri Cung.
Nggak kalah kreatif sama yang buat film, sebagai penonton, lo juga harus kreatif mencari referensi dan keep update dengan film-film Indonesia. Kalau dilihat dari keadaannya sekarang, kayaknya Indonesia mulai ada titik cerah buat mulai mengapresiasi film sendiri tanpa kebanyakan terjegal masalah sensor. Selamat menonton, Urbaners!
Sumber:
Comments