Penata artistik sekaligus sutradara kawakan, Jay Subiakto sukses menggarap film dokumenter. Sebuah dokumenter tentang sejarah singkat kejayaan komoditi pala di Kepulauan Banda yang menjadi rebutan para penjajah kolonial asal Eropa.
"Banda, The Dark Forgotten Trail" diputar perdana pada 31 Juli 2017. Bertepatan dengan peringatan 350 tahun Perjanjian Breda yang menyerahkan Pulau Rhun, Banda dari Inggris ke Belanda kemudian ditukar dengan Manhattan, New York.
"Banda, The Dark Forgotten Trail" juga bakal tayang di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada 25 November mendatang. Menurut Jay, IDFA tertarik memutarkan film ini karena film ini mengungkap kejelekan bangsa Belanda di Indonesia khususnya di Pulau Banda.
Film dokumenter ini juga mengungkap kekejaman pemimpin VOC, Jan Pieterszoon Coon, membantai seluruh warga asli Pulau Banda untuk menguasai dan memonopoli penjualan rempah pala. Dari 14 ribu warga asli Banda hanya tersisa 480 orang untuk dijadikan budak.
Saat itu memang pala dianggap lebih berharga dari emas karena rempah ini mampu menjadi pengawet makanan. Tak heran ada ungkapan “Pala setampah mampu membuat rumah mewah di Belanda”. Lantaran itu pula para penjajah melakukan segala cara untuk menguasai Pulau Banda.
"Banda, The Dark Forgotten Trail" yang kental dengan sejarah Indonesia ini mengharuskan Jay melakukan riset hampir satu tahun. Jay bahkan melakukan wawancara dengan banyak sejarawan baik dari Indonesia, Belanda dan para generasi muda yang ada di Banda Neira. Tanpa bermaksud menggurui, menurut Jay film ini menjadi sarana belajar sejarah yang menyenangkan.
Totalitas Jay menggarap proyek terbaru rumah produksi Lifelike Picture terlihat sekali. Pada film berdurasi 80 menit ini Jay ingin filmnya spesial tanpa mengkiblat pada film dokumenter yang sudah pernah dibuat. Proses syuting sendiri memakan waktu 30 hari.
Tak tanggung-tanggung, Jay mempercayakan enam kameramen ternama seperti Davy Linggar dan Oscar Motuloh untuk mendokumentasikan pulau Banda yang menjadi saksi bisu sejarah rempah Indonesia yang berharga itu. Jay juga menggandeng Barasuara dan Indra Perkasa untuk menambahkan musik modern yang sesuai dengan selera penonton generasi muda ke dalam dokumenternya.
Source:
Antaranews.com
Comments