Indonesia kembali menorehkan sejarah baru dalam dunia teknologi, Urbaners. Dalam beberapa tahun ke depan, negara kita bakal punya satelit terbesar di Asia dari segi kapabilitas. Satelit ini dinamakan Satria, yang merupakan singkatan dari ‘Satelit Indonesia Raya’. Mulai dibangun akhir 2019 dan diprediksi beroperasi pada 2023, satelit ini bakal menjamin akses internet terbaik di Indonesia.
Satelit multifungsi
Pembangunan satelit Satria ini bukanlah tanpa sebab. Satelit ini memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Nantinya, Satelit Satria bakal menjadi pelengkap jaringan kabel broadband dari Palapa Ring yang saat ini sudah rampung hingga 96%.
Proyeksinya, ke depan akan ada 150.00 titik layanan Satrian ini. Pembangunannya pun nggak melulu harus terpusat di Pulau Jawa, Urbaners. Menurut Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Rudiantara, kemungkinan bakal ada lima titik lokasi utama pembangunan. Lima titik itulah yang nantinya bakal dikembangkan menjadi 30 ribu titik layanan satelit ini.
Gandeng swasta bangun satelit
Dalam membangun satelit Satria, pemerintah Indonesia nggak sendirian, Urbaners. Pemerintah menggandeng pihak swasta demi kelancaran pembangunan proyek satelit nasional terbesar ini. Nilai total proyek pembangunan satelit pun mencapai kisaran Rp21,4 triliun. Selain itu, dibutuhkan waktu sekitar 3,5 tahun untuk proyek perancangan satelit tersebut. Ditargetkan pembangunan satelit bakalan rampung pada tahun 2022 dan bisa digunakan pada 2023 mendatang.
Hingga saat ini ,ada beberapa perusahaan swasta yang bakalan turut membantu menyukseskan proyek satelit Satria. Di antaranya adalah PT Aplikanusa Lintasarta, PT Indo Pratama Teleglobal, Konsorsium Ifore HTS, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Punya teknologi tercanggih
Satelit Satria juga dilengkapi dengan teknologi canggih masa kini. Digadang-gadang teknologi yang bakal diusung oleh satelit ini adalah High Throughput. Adanya teknologi canggih tersebut dinilai akan lebih efisien dan lebih menghemat biaya untuk mendapatkan akses internet tercepat dan merata di seluruh Indonesia.
Bayangkan, untuk satelit konvensional bisa memakan uang sewa sebesar Rp18 juta setiap Mbps. Sementara satelit yang menggunakan Ku-band, harga sewanya di kisaran Rp6 juta per Mbps. Sedangkan satelit multifungsi ini hanya Rp1 juta Mbps. Biaya murah inilah yang nantinya bisa mendukung kreativitas anak bangsa dalam menghasilkan konten-konten terbaiknya.
Jadi nggak sabar, kan, menunggu kehadiran satelit ini?
Source: Kompas.com, goodnewsfromindonesia.id
Comments