Urbaners, apa lo selalu merasa kekurangan waktu buat olahraga? Atau, mau join pusat kebugaran, tapi belum mampu menyisihkan gaji untuk bayar membership? Sulit menemukan teman yang punya jadwal sama untuk latihan? Kalau semua hal itu selalu jadi alasan lo untuk nggak berolahraga, mungkin ada baiknya lo mulai berpikir untuk bergabung dengan Indo Sweat Camp.
Indo Sweat Camp (ISC) ini dulunya bernama Freeletics Jakarta. Komunitas ini menamakan diri sebagai Freeletics Jakarta karena mengadopsi pola latihan yang ditawarkan oleh aplikasi olahraga bernama Freeletics.
Prinsip Dasar Mengandalkan Beban Tubuh
Bahtawar Muzakky, salah satu anggota aktif ISC, mencoba meluruskan dulu istilah Freeletics. Freeletics bukanlah nama atau cabang olahraga, melainkan nama aplikasi olahraga dari Jerman. Sedangkan latihannya sendiri merupakan bodyweight training yang menggunakan metode HIIT (High Intensity Interval Training). Jadi, lo nggak perlu peralatan buat melatih otot-otot, cukup memanfaatkan berat badan lo sendiri.
HIIT adalah metode interval training dengan intensitas yang dipadatkan pada waktu tertentu. Setiap satu gerakan diselingi istirahat selama beberapa detik lalu disambung dengan gerakan lain. Gerakan-gerakan ini diulang sampai semua menunya selesai.
Sesi latihan biasanya diawali dengan pemanasan berupa latihan kardio seperti jumping jack, burpee, atau high knee. Setelah itu masuk ke strength dengan menu utama ditujukan untuk melatih otot-otot tangan dan kaki. Latihan push up, lunge, atau squat selalu ada di bagian ini. Setelah itu baru masuk ke core, yang dilakukan untuk melatih seluruh bagian otot yang menopang tubuh. Contohnya sit up, plank, dan spider twist.
"Durasi latihan ini hanya satu jam, dari pemanasan hingga pendinginan. Kita usahakan sesingkat mungkin, tetapi seefektif dan seefisien mungkin untuk membakar kalori," jelas Baba, sapaan akrab Bahtawar.
Karena intensitasnya tinggi, menurut Baba detak jantung bergerak sampai pada titik pembakaran lemak. Intensitas tinggi dilakukan karena tujuan akhirnya membakar lemak. Efektivitas terjadi ketika peserta didorong untuk terus bergerak dan hanya diseling istirahat kurang dari 1 menit di sela-sela pergantian gerakan.
"Tujuan kita memang menjaga agar detak jantungnya tetap di titik itu, bukan untuk ngerjain anggota atau menganggap mereka lemah. Kita nggak asal-asalan juga saat memberi waktunya segini atau repetisinya segini," ujarnya.
HIIT memang olahraga yang terbilang berat. Tetapi, kalau lo merasa nggak mampu mengikuti semua gerakan, nggak usah khawatir. Soalnya peserta latihan nggak dituntut untuk langsung bisa. Bagaimanapun, para sweat hunters—begitu sebutan anggota ISC—yang datang sukarela di tempat latihan nggak semuanya sudah biasa berlatih HIIT. Untuk yang baru pertama ikut latihan akan diberi pilihan gerakan yang lebih mudah, atau disesuaikan dengan kemampuannya.
"Kita nggak memaksakan mereka, tapi juga nge-push mereka untuk jangan gampang menyerah. Karena, kalau nggak dicoba, nggak akan bisa sampai kapanpun," kata pria yang berlatih menggunakan aplikasi Freeletics sendiri sebelum bergabung komunitas ISC.
Baba dan teman-teman yang biasa memimpin latihan akan selalu mendorong peserta untuk menghargai proses. Ada orang yang mengaku nggak bisa push up, tapi kalau terus berlatih suatu saat pasti bisa. Walaupun sedikit, kemajuan pasti tetap ada.
"Orang itu tendensinya ingin cepat melihat hasil. Misalnya, cara cepat agar berat badan turun. Kuncinya sabar, konsisten, udah itu aja. Mereka yang badannya bagus itu kan bukan pekerjaan sebulan atau dua bulan," ujar Baba yang kini memimpin Indo Sweat Camp di Margo City, Depok.
Datang dan Langsung Latihan
Indo Sweat Camp didirikan oleh empat sekawan: Andien Aisyah Haryadi, Irfan Wahyudi atau Ippe, Kris Wahyudi, dan Handryano Prasetyo alias Opaz. Mereka teman nge-gym di pusat kebugaran yang nggak jauh dari Taman Kerinci, Kebayoran Baru.
Mereka lalu menemukan aplikasi Freeletics, dan mencoba latihan yang ditawarkan. Menu latihannya dirasa berat, tapi seru karena dilakukan rame-rame di luar ruangan. Dari situ terbesit ide untuk membentuk komunitas Freeletics.
Sosok Andien sebagai penyanyi berperan besar dalam mengenalkan komunitas yang resmi dibentuk pada Februari 2014 ini. Dengan segera, Freeletics berhasil menggalang anggota-anggota baru, bahkan menularkan olahraga ini ke kota-kota lain.
Setelah dua tahun, mereka melakukan rebranding ke nama Indo Sweat Camp dengan tetap menerapkan pola latihan yang sama. Selain di Taman Kerinci, saat ini ISC juga mengadakan latihan di Kelapa Gading, Lapangan Banteng, Bogor, Depok, Bekasi, Bandung, Sukabumi, Surabaya, Malang, Bali, Palu, hingga Tanjungselor, Kalimantan Timur. ISC Taman Kerinci sendiri mengadakan latihan tiga kali seminggu, yaitu: Selasa di Gandaria City pukul 19.30, Kamis di GBK (Pintu Merah) pukul 19.00, dan Sabtu di Taman Kerinci pukul 08.00.
Komunitas ini berkembang dengan pesat karena untuk bergabung memang sangat mudah. Kalau lo melihat komunitas ini sedang latihan, langsung saja bergabung tanpa perlu registrasi. Nggak ada batasan usia yang ditetapkan dan nggak perlu bayar sama sekali. Mau latihan pagi atau malam? silahkan pilih sendiri jadwalnya. Nggak ada teman yang menemani? Di lokasi lo bisa ketemu teman-teman baru. Modal terberatnya cuma lo mesti bawa matras sendiri untuk alas latihan.
"Karena konsep dari awal ISC itu gratis, kita mau menghapus alasan-alasan orang untuk nggak olahraga. Ke gym mahal, olahraga sendiri nggak ada teman. Kalo di ISC, kurang banyak apa temannya? Jadi, kita memangkas itu supaya orang datang langsung. Nanti di sana lo diarahin, dibantuin, terus ada temannya," cetus freelancer digital marketing ini.
Anggota komunitas ini datang dari berbagai kalangan, seperti komunitas lari atau komunitas sepeda. Buat seru-seruan, sebulan sekali atau dua kali, ISC mengadakan sesi zumba dan yoga dengan mendatangkan special guest coach dari pertemanan mereka sendiri. Lama-kelamaan, bahkan ada banyak brand yang mendukung aktivitas mereka dengan membagikan produk atau memberikan kegiatan challenge.
“Brand makanan misalnya, mereka bikin activity bagaimana bikin makanan yang sehat pakai produknya. Jadi, mereka nggak sekadar ngasih produk, tapi ada edukasinya juga,” kilahnya.
Agar kemampuan peserta meningkat, ISC juga sering membuat challenge kecil-kecilan. Misalnya, gerakan 1.000 push up dalam seminggu. Peserta yang bisa menyelesaikan tantangan akan diberi reward seperti t-shirt bertuliskan “Finisher 1.000 Push Up”.
“Hadiahnya nggak seberapa, tapi bisa buat pride mereka secara moral. Yang bertahan ya, mereka yang serius menjalani latihan, dan ini bisa dilihat dari perubahan fisik mereka,” katanya.
Ingin melihat keseruan komunitas ini saat latihan atau meniru program latihannya, buka saja akun Instagram dan YouTube-nya. Lalu, jangan ada alasan nggak punya waktu lagi buat olahraga, ya!
Comments