Popularitas musik disko mungkin nggak setinggi genre musik lain di Indonesia, tapi Diskoria berhasil membangkitkannya. Hebatnya lagi, Diskoria lebih memilih musik-musik lokal Indonesia daripada musik disko luar yang lebih banyak dipakai dalam skema disko masa kini, Urbaners.
Berawal dari larangan
Aturan ada buat dilanggar, setidaknya kiasan ini bisa jadi hal yang positif di tangan Diskoria. Ya, perjuangan mereka buat menghidupkan kembali musik disko dalam skema permusikan Indonesia ternyata justru berawal dari sebuah aturan yang dilanggar. Tepatnya aturan “Dilarang memainkan lagu Indonesia,” yang beredar di klub-klub Jakarta tahun 2008.
Menurut penggagas Diskoria, Merdi Simanjuntak dan Fadli Aat, aturan tersebut adalah ironi. Gimana nggak? Setiap ada acara penghargaan musik, selalu didengungkan slogan “musik Indonesia harus jadi tuan rumah di tanah air.” Padahal, skema musik diskonya saja selalu antipati dengan musik-musik keluaran lokal.
Di mata Merdi dan Aat, aturan tersebut benar-benar harus dilanggar. Menurut pendengaran mereka, banyak musik Indonesia yang sebenarnya oke-oke saja kalau dimainkan di klub. Hingga akhirnya mereka memutuskan buat benar-benar mematangkan konsep full Indonesian disco set untuk perform di klub.
Eksplorasi tanpa batas
Awal mula Merdi dan Aat terjun ke musik dansa Indonesia sebenarnya merupakan sebuah kejutan, ini karena mulanya mereka justru jauh dari genre disko. Merdi memulai karir bermusiknya bersama Sweaters dengan main genre jangly pop. Ia juga sempat bereksperimen dengan shoegaze bareng Sugarstar di awal tahun 2000-an.
Sama seperti Merdi, Aat juga jauh dari disko saat memulai karir bermusik. Aat mengawali karir musik sebagai bassist Step Forward, sebuah band hardcore Jakarta. Ia juga mengungkapkan kalau nggak pernah membatasi diri untuk mendengarkan musik apa saja. Sang kakak yang pernah jadi DJ musik disko juga sedikit-banyak jadi influence buat eksplorasi musiknya.
Kolaborasi lintas generasi
Kejayaan musik dansa di Indonesia memang sudah lewat, untuk itu Diskoria terus berusaha buat mengembalikannya kembali. Salah satu upaya yang paling terlihat adalah dengan menggelar kolaborasi lintas generasi. Beberapa waktu lalu, mereka sempat melakukan collab dengan legenda musik Indonesia, Fariz RM.
Menurut Diskoria, musik-musik Fariz RM bisa dibilang evergreen. Karya semacam Sakura, bagi Merdi dan Aat masih bisa diterima beragam generasi, tua hingga muda. Fortunately, perhitungan mereka nggak salah, kolaborasi tersebut pecah dan dapat apresiasi maksimal dari penikmat musik dansa Indonesia!
Jadi gimana, Urbaners? Tertarik turun ke lantai dansa dan bergoyang bersama Diskoria?
Source: Whiteboardjournal.com
Comments