Kalau di universe-nya brand-brand hypebeast – mereka yang punya karya kolaborasi pasti harga item-nya bisa selangit karena stok barangnya terbatas alias langka. Contohnya kaya Air Jordan 1 X Dior yang satu pasang sepatunya, bisa sampai 200 jutaan di Indonesia.
Tapi, bicara soal kolaborasi nih – gimana jadinya ya kalau aplikasi yang saling berkolaborasi. Belum lama ini, jagat dunia teknologi dan pop culture dikagetkan dengan berita burung yang menginformasikan kalau Twitter dan TikTok bakal ‘gabung’.
Seperti yang diketahui bersama kalau masing-masing aplikasi, baik Twitter dan TikTok sama-sama besar dan mempunyai banyak pengguna. Apakah langkah ‘kolaborasi’ ini jadi hal yang tepat di tahun 2020 ini? Buat lo yang penasaran sama berita yang satu ini, langsung simak aja selengkapnya sekarang!
Jajaki ‘Kemungkinan’ Kolaborasi
Credit Image: pikiran-rakyat.com
Kalau dilansir dari ussfeed dan AFP, Twitter sekarang ini sedang melihat-lihat kemungkinan buat mengakuisisi TikTok, atau dengan kata lain mengajak ‘kolaborasi’. Jika memang informasi ini benar, maka Twitter punya saingan yang berat.
Perlu lo ketahui juga nih kalau beberapa waktu lalu, yang mengajak kolaborasi TikTok bukan hanya Twitter saja, tapi juga Microsoft. Twitter bakal head to head sama Microsoft soal kemungkinan berkolaborasi ini.
Soal berat atau tidak persaingannya, lo bisa menilai sendiri, nih. Pasalnya Microsoft juga sedang berunding dengan ByteDance selaku perusahaan induk atau perusahaan utama dari TikTok terkait dengan adanya kemungkinan buat diakuisisi.
Sudah dipastikan kalau Twitter dan Microsoft punya cara masing-masing buat merayu ByteDance dan TikTok buat ‘berkolaborasi’.
Dari informasi yang beredar, Microsoft menawarkan jangkauan operasi yang lebih luas – jelas kelasnya global. Akan tetapi Twitter juga tidak mau kalah – walau perusahaannya lebih kecil daripada Microsoft, tapi Twitter menawarkan kerja sama berjangka panjang buat TikTok.
Perlu lo ketahui juga kalau Twitter sendiri secara aplikasi sudah mengizinkan untuk berbagi video, walau Sebagian besar kiriman masih berisikan pesan berupa teks singkat, foto ataupun format GIF.
Nah, 2012 yang lalu, Twitter juga sudah pernah mengakuisisi aplikasi lain, lho. Kalau lo ingat VINE, aplikasi yang membuat penggunanya bisa membuat dan berbagai video pendek, Vine diakuisisi oleh Twitter. Sayangnya, layanan tersebut ditutup pada tahun 2016.
Apakah Lo Tahu Kebijakan TikTok di Indonesia Seperti Apa?
Masih dilansir dari ussfeed, percaya atau tidak kalau pemerintah dan pihak terkait lainnya menerapkan kebijakan baru buat layanan atau aplikasi TikTok. Bersamaan dengan beberapa aplikasi lainnya seperti Facebook, Amazon, Alexa, Apple sampai Disney, mereka semua bersama TikTok akan dikenakan pajak sebesar 10% dari harga sebelum pajak mulai di bulan September ini.
Kalau dari pihak yang mengeluarkan aturan ini, mereka berpendapat dengan adanya pemungutan pajak untuk produk digital, akan tercipta kesetaraan berusaha bagi semua pelaku, baik mereka yang berada di dalam negeri atau di luar negeri dan juga mereka yang usaha konvensional.
Terlepas dari perihal kebijakan TikTok di Indonesia, buat perkara akusisi, nih – menurut lo apakah TikTok lebih cocok kolaborasi atau gabung dengan Twitter – atau dengan Microsoft? Buat lo yang sudah punya jawaban beserta alasannya, please drop your thoughts in the comments below!
Feature Image – ussfeed.com
Comments