Dalila Azkadiputri atau yang lebih dikenal sebagai Dea Dalila bukanlah orang baru di industri musik Tanah Air. Setelah memutuskan berpisah dari grup musik HIVI!, Dea, sapaan akrabnya, mulai mencoba untuk mengeksplorasi dan berkarya dalam dua bidang yang sangat berbeda; musik dan visual. Jenis musik yang dieksplorasinya pun kini lebih beragam. Ia mengaku ingin mencoba semua genre musik untuk mendapatkan banyak pengalaman baru.
Bagi Dea, musik adalah suara untuk dirinya sendiri. Namun, seperti halnya kebanyakan orang, nggak semua suara dalam kepala bisa diungkapkan dengan lantang. Beruntung, Dea punya caranya tersendiri, yaitu melalui seni visual. Penasaran bagaimana Dea Dalila yang multitalenta menciptakan karya-karyanya, Bro? Simak cerita lengkapnya, ya!
Eksplorasi Musik melalui Dalilektra
Musik mempunyai arti tersendiri bagi seorang Dea Dalila. Musik juga telah menjadi salah satu bagian paling penting di hidupnya. Menurutnya, musik itu menyuarakan proses ia tumbuh sebagai manusia. Musik awalnya merupakan sesuatu yang kosong dan harus diberi “nyawa”. Karena inilah, ia membuat musik dari nol, “Sekarang gue lagi rajin ngulik-ngulik musik dan bereksperimen, produksi di studio,” ungkap Dea.
Dea pun mencoba lebih kreatif dan broad dengan proyek musiknya sekarang yang bernama ‘dalilektra’. Nama tersebut diambil dari singkatan ‘dalila electronic’, sesuai dengan genre yang disajikan. Meskipun terdengar sebagai proyek solo, Dea nggak melulu ingin mengaitkan dalilektra dengan dirinya. “Dalilektra nggak mesti figur gue atau dalam bentuk orang, bisa aja dalam bentuk digital. Jadi memang lebih ke musik yang gue buat,” aku Dea.
Diakui Dea, hobinya dalam eksplorasi musik juga disebabkan karena ia tumbuh dengan mendengarkan berbagai genre musik, dari alternatif seperti Placebo, Nine Inch Nails, Thom Yorke, sampai Britney Spears yang nge-pop abis.
Ia mendeskripsikan musiknya kini sebagai musik new age, “Musik gue ngegabungin semua yang gue suka, contohnya soundtrack. Dari anime, tema cyberpunk, dystopian sampai Interstellar dan The Last Emperor pun ada,” ujar Dea yang mengidolakan karya-karya dari Hans Zimmer ini.
Dalam waktu dekat, bakal ada dua proyek musik yang siap Dea rilis dengan genre yang berbeda dari musik dalilektra sebelumnya. Jadi nggak sabar ya, bro!
Mengungkapkan Isi Hati dengan Seni Visual
Selain bermusik, Dea Dalila ternyata juga aktif dalam seni visual. Ide akan seni visual ini berasal dari banyaknya pemikiran Dea yang nggak bisa diungkapkan ke orang lain. Hal-hal yang dipendam inilah yang kemudian dituangkan Dea melalui media seni dalam seri buku trilogi berilustrasi abstrak, “Nomadic Existence”. Sejauh ini, sudah ada dua buku yang telah diluncurkan, yaitu “Star Theory” dan “Astral Bodies”. Buku terakhir, yang judulnya belum dipublikasikan, juga akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Dalam buku Astral Bodies yang dirilis Februari 2020 lalu, lo bisa menemukan beberapa unsur, salah satunya aksara buatan Dea yang dinamakan SCHMEW CODE. Kode-kode ini terdiri dari bentuk kotak dan lingkaran yang menggambarkan simbol kehidupan, “Selain doodling, astral bodies yang gue bikin sendiri, buku ini memadukan sesuatu yang terbatas dan nggak terbatas,” jelasnya.
Pada SCHMEW CODE, bentuk kotak menggambarkan sesuatu yang terbatas dengan adanya sudut berjumlah empat. Lalu, bentuk lingkaran justru menggambarkan sesuatu yang nggak terbatas alias nggak terhingga karena tidak ada satu pun sudut yang membatasinya. Kalau diperhatikan baik-baik, di antara kedua bentuk ini terdapat bentuk lain, yaitu titik. Bentuk ini merupakan simbol dari kebijaksanaan. Di titik tengah ini pula manusia bisa menemukan ketenangan, kebahagiaan, dan kebijaksanaan yang sesungguhnya. Filosofis sekali, ya!
Ilustrasi gambarnya sendiri juga mempunyai filosofi. Dea menggambarkan Astral Bodies yang menyimbolkan tubuh sebagai sesuatu yang nggak abadi. Ilustrasi ini didominasi oleh warna merah yang melambangkan keberanian sekaligus kehancuran, “Gue menggambarkan ini sebagai sesuatu yang chaotic, perasaan yang berbenturan. Mirip kayak film-film apocalypse kali ya. Lucunya ilustrasi ini secara nggak sengaja bisa menggambarkan kondisi kita sekarang ini,” cerita Dea.
Mulailah Berkarya
Kepiawaian Dea Dalila dalam berkarya di dua bidang, musik dan seni visual, memang perlu diacungi jempol. Dea mantap menjalani keduanya beriringan. Padahal, fokus menjalani satu bidang saja terkadang cukup sulit buat dilakukan. Nah, pastinya sebagian dari lo mungkin juga ingin mulai menciptakan suatu karya dan membagikannya pada orang lain. Namun, untuk memulainya terkadang lo dihadapkan dengan keraguan. Untuk membuat lo jadi makin mantap dan yakin, Dea Dalila punya beberapa tips yang bisa diaplikasikan.
Pertama, lo disarankan untuk rajin melakukan research. Semakin banyak research, semakin banyak pula inspirasi yang akan lo dapatkan. Pengetahuan lo akan topik tersebut pun akan lebih berkembang. Kalau lo ingin membawa karya lo ke ranah yang lebih luas, seperti publikasi, Dea menyarankan untuk memastikan diri lo untuk tahu apa yang lo lakukan, “Kalau udah tau what you’re doing, lo harus bisa mempertanggungjawabkan karya lo itu. Lalu cari partner kerja yang bisa membantu lo. Proses ini jarang banget bisa dilakukan sendiri, ikuti prosesnya, bangun apa pun yang bisa dibangun dari karya lo.”
Sudah memulai tapi menemukan kendala? No worries! Dea Dalila pun sempat berada di tahap itu saat menyelesaikan Nomadic Existence, “Gue sempat nggak pede dengan karya gue karena pendapat orang lain. Karya gue ini kan not everyone’s cup of tea ya, nggak semua orang suka dengan hal ini. Hanya karena gue berbeda bukan berarti itu nggak berguna dan nggak bisa bikin gue happy. Just start to get to know yourself yang paling penting,” tambah Dea.
Penasaran seperti apa karya seni Dea, baik musik dalilektra dan isi dari Nomadic Existence? Langsung cek Instagram Dea Dalila di @dea_dalila. Lo juga bisa pesan buku Nomadic Existence: Astral Bodies dengan mengirim Direct Message secara langsung ke Dea.
Comments